Kamu tidak sendiri

243 78 20
                                    


Seorang gadis mengenakan Kaos berwarna Biru Tua dan Celana berwarna Hitam. Ia berdiri di depan rumah sahabatnya.

"Assalamu'alaaykum."

"Wa'alaaykumussalaam Warahmatullahi Wabarakatuh."  sahut wanita paruh baya sambil tersenyum kepada gadis tersebut, yang tak lain adalah Sahabat anaknya.

"Nak Amirah, silakan masuk nak. "

Gadis itu menyalami Ummi dari sahabatnya, Sumayyah. "Iya Ummi, Terima kasih."


Sambil masuk ke dalam rumah yang diiringi dengan perbincangan menuju ruang tamu tersebut.

"Nak Amirah sudah lama ya ga kerumah. Lagi sibuk ya nak akhir-akhir ini?"

"Hehe, iya Ummi. Lagi sibuk buat laporan pertandingan Pencak Silat."

Wanita yang disapa Ummi tersebut tersenyum menanggapi.

"Amirah."

Sapa Gadis yang tak lain adalah Sumayyah. Ummi dan Gadis yang di sapa Amirah tersebut pun menoleh ke arah Sahabatnya Aya —yang memanggilnya.


* * *

Huaaaaaaaa...
Hiksss hiksss hiksss...

"Amirah, tenanglah. Jangan menangis seperti ini. Coba jelaskan padaku kenapa kamu sampai seperti ini."

Gadis memakai Khimar maroon itu sungguh bingung dengan sahabatnya —Amirah yang sama sekali tidak berhenti menangis, sejak ia membawa sahabatnya itu kedalam kamarnya.

" huhuuuu huuu huuuhuu Abri jahat padaku Ay, DIA memutuskanku dengan alasan bahwa aku bukan wanita tipenya. Katanya hiksss, aku ga kayak perempuan. Aku kayak laki-laki yang suka berantem. Huaaaa huuhuu. Aya, dia jahat padaku. Hiksss. "

Mata gadis itu sayu, wajahnya sembab di penuhi air mata. Bibirnya bergetar. Pikirannya melayang dimana Abri  -Abriansyah Handomo- memutuskannya secara sepihak karena tidak menyukai Amirah yang memiliki jiwa Pesilat.

Sumayyah membiarkan sahabatnya untuk mengadu keluh kesah hingga suara dan isak tangis sahabatnya akan berhenti.

"Dia jahat ay, dia jahat padaku. Hikss... Aku sendiri sekarang. Dia meninggalkanku dengan kisah cinta kami yang sudah ku lukis di hatiku. Huaaa ..."

"Apa yang harus kulakukan ay?"

Aya yang mendengar isak tangis yang sudah mereda meski terasa nyaring di pendengarannya. Ia menatap sahabatnya yang merasa merana karena harapan gadis yang selama ini di berikan kepada sosok laki-laki yang bukan makhramnya, hingga Allah memberikan kepahitan padanya. Agar kelak ia tau bahwa Allah tidak menyukai hambanya yang berharap selain Allah.

Aya menggenggam tangan Amirah dengan kuat seolah memberikan kasih sayangnya yang selama ini telah tertimbun sangat dalam.

"Sahabatku..
Kenapa kamu menangis, menangisi seorang pria yang bahkan bukan makhramMu. Berhentilah, Allah menegurmu untuk senantiasa berharap kepadanya. Dan akan memberikan kepahitan kepada mereka yang berharap selain Allah.

Mencari Ridha AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang