Pacaran itu Haram II

173 62 1
                                    

"He! Kamu! Kenapa senyum-senyum? Oh, saya tau. Kamu bahagia ya lihat saya diputusin sama pacar saya? Iyalah, kamukan murahan."

Wanita itu mendecih melihat tampilan Amirah. Dia tidak habis pikir, wanita didepannya ini sok baik padahal aslinya busuk. Ia yakin wanita dihadapannya ini pasti ingin mendapatkan kekasihnya. Wanita ini pikir, laki-laki hanya kekasihnya saja? Masih banyak! Ia bisa mencari cowok yang bahkan lebih dari kekasihnya. Ups, Mantan Pacar maksudnya.

"Gak heran aku lihat wanita seperti kamu. Banyak wanita sekarang pakaiannya aja tertutup tapi kelakuan? Bisa melebih dari--"

Ucapannya terputus kala mendapat tamparan keras. Ia melirik ke depan dan melihat wanita itu dengan wajah yang merah sambil melotot kepadanya. Hei, sebenarnya disini siapa yang berhak marah?

Dirinya atau Wanita di depannya ini?

Seharusnya ia yang marah karena Wanita di depannya inilah yang membuat hubungannya dengan kekasihnya kandas.

Ia harus membalas wanita di depannya ini. Berani sekali dia!

Ia maju dengan wajah mencemooh tapi lagi ia mendapatkan pukulan.

Apa? Pukulan?

Wanita ini benar-benar harus dikasih pelajaran.

Namun kala ia ingin menarik kerudung wanita itu. Tangan seseorang mencegahnya, ia melihat kekasihnya, bukan tapi mantan pacarnya. Apakah mantan pacarnya ingin membantu wanita ini?

"Apa? Kamu ingin membela dia? Dia yang membuat hubungan kita putus Bi. Kamu kenapa jahat banget sih sama aku?!"

"Aira, aku gak jahat sama kamu tapi mbak ini benar dan dia berkata jujur. Seharusnya kita bersyukur ada yang memberikan nasehat kepada kita."

"Alah. Jangan Kita-Kitalah. Kita udah putus! Atau kamu ingin ngajak aku balikan? Iya? Sorry, aku gak niat barang bekas kayak kamu!"

Wanita yang disapa Aira itu berniat pergi sebelum ada tangan yang menahannya. Aira melirik seseorang yang memegang tangannya. Ia pikir itu tangan Mantan Pacarnya yang ingin mengajak balikkan padanya, tapi itu tangan..

Wanita ini benar-benar cari gara-gara dengannya.

"Saya tidak peduli akan kisah cinta kalian. Satu yang harus kamu tau, saya disini hanya menyampaikan. Tidak perlu ucapanmu itu sampai ke Jilbab dan Kerudung saya! Jika sekali lagi kamu mencela apa yang terdapat pada Syari'at, maka jangan salahkan jika darah keluar dari tubuh kamu."

Aira tertawa. Apa tadi katanya? Darah keluar dari tubuhnya? Alah, sok kali wanita ini.

"Emang kamu siapa hah? Emang benarkan kata saya? Kamu itu wanita M-U-N-A-F-I-K. Sok berpakaian besar-besar padahal--"

Ucapannya terputus lagi karena merasa tamparan bahkan ia ditendang. Aira terjatuh sambil merintih sakit diperutnya. Tiba-tiba, Aira mendadak takut. Wanita didepannya ini ga bisa dianggap sepele. Dia, hebat.

"Dengarkan saya! Saya tidak peduli kamu mengatakan apa tentang saya. Tapi satu hal, saya akan mengingatkan kamu kembali. Apabila kamu mencela apa yang terdapat pada Syari'at termasuk Jilbab dan Kerudung saya maka jangan salahkan jika darah keluar dari tubuh kamu. Dengar, ini bukan sekedar Ancaman tapi Peringatan!"

Aira mengangguk dengan takut sambil melirik Abimanyu untuk meminta bantuan. Aira memohon dari sorot mata kepada abi dan Abi menangkap pandangan butuh bantuan itu.

"Mbak, maaf. Saya ingin bawa Aira pulang."

Amirah melirik laki-laki disampingnya ini. Sebenarnya ia heran, ada ya laki-laki sepertinya yang sudah direndahi, masih mau aja menjalin dengan wanita itu. Ia pikir mereka saling mencintai tapi melihat sikap dan perkataan Aira, Amirah menangkap bahwa laki-laki yang disapa Abi ini mencintai Aira dengan tulus. Dan Aira malah kebalikannya, hanya bermain-main dengan Abi.

Mencari Ridha AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang