Jangan Menyerah, Dakwah Terus

141 38 0
                                    

- "Wallahi, Demi Allah. Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, agar aku menghentikan dakwah ini, niscaya aku tidak akan menghentikan dakwah ini hingga Allah memenangkannya atau aku binasa." -
[Nabi Muhammad ﷺ]

* * *


Sumayyah, Amirah, Khansa dan Lathifah sedang duduk melingkar. Mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ bila ingin berunding dan saling beri pendapat dengan cara duduk melingkar. Keempat gadis itu masih mengenakan busana sekolah, mereka membahas MMT kedepannya dan berbagai materi yang berhak disampaikan di kalangan gadis dan masyarakat.

Lathifah menghembuskan nafasnya. Ia menyenderkan tubuhnya pada dinding kokoh berwarna putih keramik itu. Ketiga gadis meliriknya, mereka masih saling berdiskusi, tapi Lathifah dengan seenaknya menyenderkan tubuhnya. Mereka melihat raut lelah terpatri di wajah Lathifah.

Mereka tidak mau mengusik, Lathifah hidup dengan segala kemewahan. Mencoba memberi ruang gerak untuk Lathift.

Lathifah mengangkat kepalanya, melihat asbes yang entah kenapa lebih enak dipandang. "Seandainya aja Rasulullah Muhammad ﷺ masih hidup, pasti kita tak serepot ini. Menyampaikan kebenaran kepada mereka yang keras kepala. Pasti akan sangat memudahkan bila Rasulullah ﷺ masih hidup, ada apa-apa maka Rasulullah akan langsung menerima Wahyu. Coba lihat sekarang? Bahkan teman kita aja malah keasikan berpacaran!"

"Mereka belum menangkap hidayah Allah dengan baik," sambung Khansa. Kini Khansa pun ikut menyenderkan tubuhnya di dinding.

Siapa yang tidak tahan, bila sifat manusia keluar begitu saja, saat melihat dakwah yang kita sampaikan tidak diterima baik oleh mereka?

Keempat gadis itu hanyalah gadis-gadis yang masih mengenyam pendidikan, tapi tekad keempatnya sangat kuat untuk menyampaikan kebenaran.

Mereka berkata, "Cukup aku saja yang salah jalan dan bahagia akan maksiat yang ku buat. Cukup aku, dan aku tidak akan menerima bila ada maksiat didepan mataku, -sampai mereka mau menerima Islam dengan niat ikhlas dan menjadi sebagai muslimah sejati dan tentunya menambah teman diantara kita."

Benar, bukankah terasa Indah bila dakwah bersama jama'ah yang lebih banyak?

Seperti Rasulullah ﷺ dan para sahabat yang menyampaikan Islam kepada orang-orang Mekkah. Dan berakhir, Khalid bin Walid dan Amr bin Ash yang masuk Islam setelahnya. Disusul lainnya, seperti ayahanda sahabat Rasulullah ﷺ bernama Abdullah bin Suhail dan Abu Jandal bin Suhail. Yah, pria itu salah satu tokoh penting di Makkah, yaitu Suhail bin Amr.

"Kita tidak berhak menyampaikan hal itu."

Khansa dan Lathifah langsung duduk tegak. Keduanya melihat Amirah dengan raut sedih, tapi kesan tegas tak meninggalkan wajahnya. Yah, selama mereka bersama, mereka mulai menyadari sikap Amirah. Tegas, tak suka dibantah bila menurutnya salah, tidak mudah menyerah, dan bersikap lantang namun tak meninggalkan kesan ramah. Mereka tau bila Amirah memiliki sikap keras, tapi Islam mampu mengubahnya untuk memiliki sifat penyayang dan ramah kepada siapapun.

Walaupun sikap dan tata bicara yang tegas itu masih ada, tapi Amirah sebisa mungkin untuk tidak menyakiti siapapun.

Perkataan itu mampu membuat seseorang hancur dengan perlahan, sedangkan perbuatan hanya akan menimbulkan efek sekali tanpa meninggalkan bekas sekalipun.

"Kenapa?"

"Rasulullah ﷺ itu juga seorang manusia. Apa yang ada pada diri Rasulullah, sama dengan kita. Memerlukan oksigen, air, api dan lainnya. Kita tau, bila Rasulullah ﷺ adalah manusia. Tapi selalu berharap ada keajaiban untuk sang nabi, siapa yang tidak menginginkannya?"

Mencari Ridha AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang