Lavi mengambil minuman yang ada di depannya kemudian meneguknya, Lavi itu duplikatnya Sky, hanya saja Lavi lebih dingin dan terkesan misterius, sedangkan Sky lebih ke arah polos tapi mematikan, dan jangan lupa mereka bertiga tampan dan dikejar semua gadis-gadis Amerika dan dunia.
"kamu adalah seorang laki-laki special yang bisa hamil, itu yang makin membuatku makin menyukaimu dan mencintaimu" sedangkan Levi tegang di tempatnya dan menengok ke saudara kembarnya kemudian berdiri dan meninggalkan kami berdua saja.
aku syok, keluarga Asthon benar-benar membuatku kaku di tempat, segampang itu mereka mengetahuinya.
"bagaimana jika kita kencan hari ini? karena saudaraku memilih mengalah" Lavi tersenyum puas saat melihat kemenangannya.
"kamu berpikir harusnya aku yang syok bukan? kamu salah sayang, aku mengetahuimu luar dan dalam, bahkan aku juga tahu kamu mantan saudaraku kak Sky" Lavi tahu segalanya, aku hanya bisa menunduk perlahan, tidak kuat melihat keadaanku yang sekarang.
Lavi memegang tanganku dan mengelusnya pelan. "aku mohon terima aku, aku akan menjadi ayah yang baik, walaupun aku masih bocah di matamu, kenapa tidak pernah menggangapku seorang pria?" aku menarik tanganku dari tangannya dan mengadahkan wajahku menatapnya, aku mendekatkatkan wajahku ke wajahnya dan menempelkan bibirku ke bibirnya, aku sudah yakin dengan keputusanku jika aku akan menerima dia, aku tahu pemikirannya bahkan lebih dewasa daripada aku.
"terima kasih" ucapku seteleh ciuman kami terlepas, dan baru sadar jika beberapa wartawan telah mengabadikan moment kami dan aku yakin jika malam ini akan gempar.
"aku yang berterima kasih" Levi tersenyum pelan dan menarik kembali wajahku ke wajahnya dan menyatukan bibir kami.
aku dan Lavi masih kikuk dan kuabaikan dia dengan dokumen yang tadinya kuanggurkan.
"aku tidak percaya jika kita sudah jadian" Lavi tersenyum manis.
"kamu tahu umur aku berapa?" aku melihat ke arahnya.
"dua puluh lima tahun?" tebakku.
"sembilan belas tahun" aku menatapnya tajam, apa dia berbohong? umur itu harusnya masih kuliah.
"aku melompat kelas saat aku smp dan melompat lagi saat sma, dan aku mempercepat sarjanaku, sehingga saat tujuh belas tahun aku sudah memegang perusahaan papa yang ada di sini dan kak Sky di Paris, sedangkan Levi baru lulus dua tahun yang lalu dan sedang kuliah di universitasku dulu.
"apa kau masih menganggapku bocah?" aku langsung menggelengkan kepalaku, dia lebih dari yang kubayangkan.
"kau adalah cinta pertamaku"
"aku juga!" kami berdua langsung memalingkan wajah kami ke asal suara itu dan itu adalah Sky dengan tray yang ada di tangannya dan langsung duduk di depanku karena sekarang Lavi sudah pindah saat kami sudah berciuman tadi.
"jangan menganggu Sky" Lavi menatap kakaknya dengan tajam.
"kami sedang berkencan, ini hari jadian kami, kamu jangan merusak" Lavi memeluk punggungku seakan menyatakan jika aku adalah miliknya dan menatap tajam ke arah kakaknya.
"bagaimana jika aku mengatakan jika kami punya penghubung kamu mau ngomong apa?" Sky menatap tajam Lavi.
"ingat darah lebih kental dengan air" lanjut Sky menatap remeh adiknya.
"dan air tidak akan mudah dipisahkan daripada darah" Lavi berucap cepat.
"kalian jangan ribut di sini!" aku menyusun dokumenku dan memberikan kode karyawanku agar mengambil dokumennya.
"Lavi ayo kita pulang, si kembar sudah lelah bermain, besok mereka akan pemotretan" aku menarik lengan Lavi meninggalkan Sky yang sudah terlihat murka karena aku mengabaikannya begitu saja, hatiku bahkan sudah kuhentikan untuk berhenti berdegup kencang, tapi tidak bisa, dia tidak bisa dikontrol, bahkan aku takut jika Lavi mendengar suara jantungku yang bredetak sangat cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE IN MIRACLES
Fanfickalian percaya keajaiban? saya selalu percaya keajaiban, keajaiban akan datang dengan cara yang manis, yang tidak pernah kalian sangka. keajaiban berbeda dengan takdir. Takdir bisa dirubah, menurutku. Tapi kata orang takdir itu tidak bisa dirubah. a...