Too Much Too Soon

7.1K 428 0
                                    

Bagaimana bisa?

Pertanyaan itu yang terlintas dibenakku. Kenapa aku? Apa yang telah kulakukan? Apa yang dilihat Patrick dari diriku?

Aku benar-benar tidak menyangka seorang Patrick yang gila kerja dan tidak pernah tertarik pada perempuan, malah memilih gadis seperti aku untuk disukai. Apa mungkin dia cuma bercanda?

Tidak, raut wajah dan tatapannya mengatakan kalau ia sungguh-sungguh.

Kami baru beberapa bulan berteman. Kenapa secepat itu dia menyukaiku? Apakah secepat itu perasaan suka bisa tumbuh? Ah ya, aku dan Terry juga hanya butuh beberapa hari untuk saling suka.

"Alice?"

Suara Patrick membuatku mengerjap dan menatapnya. Sejak tadi aku mematung, tidak tahu apa yang harus kulakukan atau kukatakan.

Aku tidak berlama-lama mengadukan pandangan dengan pria disampingku ini. Meskipun tidak tahu kemana harus mengarahkan pandanganku, tetapi dimanapun lebih bagus daripada di mata Patrick. Bukan karena aku takut meleleh, tapi karena aku salah tingkah.

Apa yang kau lakukan setelah seseorang menyatakan perasaan padamu? Apa yang kulakukan waktu Terry menyatakan perasaannya dulu?

"Kenapa?"

Akhirnya hanya itu yang terpikirkan olehku. Aku masih tidak berani menatapnya.

"Maksudnya?"

"Kenapa kamu bisa suka sama aku?"

Patrick terdiam sejenak, lalu menjawab, "Nggak ada alasan khusus. Aku suka sama kamu yang apa adanya, berani, dewasa, apa lagi ya? Pokoknya kamu tuh beda dari cewek-cewek lain."

Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya pelan. Bukannya aku tidak suka sama temanku yang tampan dan baik hati ini. Lagipula apa yang bisa dibenci dari dirinya? Tapi aku hanya melihatnya sebagai teman, tidak lebih.

Lagipula aku juga masih belum bisa melupakan Terry. Hatiku belum siap untuk menyukai seseorang dan mengambil resiko untuk sakit hati lagi.

Dan bagaimana dengan Meli? Oh astaga, gadis itu pasti akan sangat terpukul saat tahu kalau lelaki yang selama ini dipujanya menyukai orang lain.

Aku merasa sangat bersalah pada Meli saat ini. Padahal dia yang sudah lama menyukai Patrick. Tapi kenapa Patrick tidak membalas perasaannya? Alangkah bagusnya kalau Patrick juga menyukai Meli, dan tidak mengikutsertakan aku dalam masalah ini.

Akhirnya aku memutuskan untuk menatap Patrick dengan perasaan kacau. "Maaf Pat, aku nggak bisa. Aku belum siap untuk jatuh cinta lagi."

"Iya kamu udah bilang tadi. Dan aku ngerti, aku bisa menunggu sampai kamu siap. Mungkin ada orang yang nyakitin hati kamu dulu, tapi aku nggak bakal berbuat seperti itu," ujar Patrick lembut.

Aku menyentuh pundak Patrick dengan lembut. "Aku tahu kamu nggak bakal berbuat seperti itu. Tapi aku nggak bisa. Aku cuman nganggap kamu sebagai teman, nggak lebih. Aku harap kamu ngerti, Pat."

"Lagian aku yakin masih banyak cewek diluar sana yang jauh lebih baik daripada aku," lanjutku.

Patrick menggeleng pelan. "Mungkin aku keras kepala, tapi aku nggak bakal nyerah, Lice."

Aku menarik napas panjang. Aku membuka mulut hendak berkata sesuatu, tapi terhenti karena aku melihat Gina membuka pintu dan berjalan ke arah mobil. Aku membuka jendela ketika ia sudah berdiri di samping mobil.

"Aduh maaf nih gue ganggu," ujarnya sambil memasang senyum termanisnya.

Aku tersenyum masam. "Gin, kenalin ini Patrick. Pat, ini temenku yang aku ceritain tadi," ujarku sambil menunjuk Gina.

Colorful RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang