The Perfect Girl

6.7K 452 5
                                    

Kenny's POV

Aku melirik Alice yang duduk disampingku. Kami sedang dalam perjalanan menuju kosnya.

Sejak tadi ia diam, dan tatapannya kosong. Seakan sedang memikirkan sesuatu.

"Tadi itu siapa?" Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Bukan siapa-siapa," jawabnya singkat. Ia menghela napas panjang.

Aku tahu dia berbohong. Senenarnya aku tadi mendengarkan pembicaraan mereka, dan aku tahu kalau pria tadi adalah mantan pacar Alice. Yang aku tidak tahu adalah kenapa Alice tampak begitu membencinya.

Aku menginjak rem ketika sudah sampai di depan kos Alice. Kumatikan mesin mobil lalu menatap gadis itu lekat.

"Kalau memang bukan siapa-siapa, kenapa matamu berkaca-kaca?"

Aku tidak bohong, matanya memang berkaca-kaca. Dan entah kenapa hatiku terasa perih melihat gadis itu tampak begitu terluka.

Ia mengerjap beberapa kali, berusaha memasukkan kembali air matanya. Ia berdeham, lalu berkata, "ini kelilipan."

Aku menghela napas. Sepertinya gadis itu tidak berniat menceritakan. Tapi aku penasaran.

"Dia mantanmu, bukan?"

Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulutku tanpa kusetujui. Aku bisa melihat mata bulat yang indah miliknya itu melebar.

"Tau dari mana?"

Aku nengangkat bahu, "hanya menebak."

"Bohong. Dasar penguntit."

Aku menoleh dengan tatapan kesal, tidak terima dibilang penguntit. Lalu gadis itu tertawa. Entah kenapa aku suka sekali melihat tawanya. Mungkin karena dia jarang menunjukkannya padaku. Tapi dia terlihat manis saat tertawa.

Namun tidak saat ini. Karena di sela-sela tawanya air matanya turun tanpa diduganya. Ia langsung menunduk dan menyembunyikan wajahnya.

Aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu dengan pria itu, tapi aku tahu satu hal. Gadis ini pernah tersakiti.

Tiba-tiba muncul dorongan dalam diriku untuk memeluknya. Bukan pelukan palsu yang biasanya kulakukan pada wanita-wanita lainnya. Tapi pelukan hangat untuk menenangkan hatinya. Untuk melindunginya...

Tapi aku tidak bisa. Aku sudah berjanji untuk tidak menyentuhnya. Apalagi di pikirannya sekarang aku sama saja dengan lelaki itu.

"Sebaiknya aku turun," suaranya serak. "Terimakasih udah ngantar." Alice membuka pintu dan turun dari mobil.

###

"Memangnya kita tidak boleh berteman? Kenapa?"

"Karena saya tidak suka sama kamu."

"Kamu kan belum kenal saya. Jadi kamu belum tau saya seperti apa."

"Ya, tapi saya sudah pernah bertemu cowok playboy seperti kamu. Dan mereka semua sama saja, setiap ada kesempatan pasti diambil dan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Cowok seperti kalian itu alasan kenapa banyak cewek membenci kaum pria dan tidak ingin jatuh cinta lagi."

Aku teringat percakapan kami dulu. Mungkinkah perkataannya itu berdasarkan pengalamannya bersama pria tadi?

Aku ingat aku tidak membalas perkataannya. Karena sejujurnya itu pula alasanku membenci perempuan. Karena aku merasa semua perempuan pasti akan memilih lelaki lain ketika mereka menawarkan sesuatu yang lebih. Seperti Elena yang mengkhianatiku...

Ya, aku memang brengsek. Menggunakan alasan itu untuk mempermainkan wanita padahal bukan mereka yang menyakitiku. Tapi toh semua wanita yang kupermainkan, pada akhirnya juga melupakanku dan memilih pria lain. Berarti selama ini pikiranku benar.

Colorful RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang