Strange Feeling

6.7K 409 5
                                    

Kring kring kriiingg

Suara alarm memaksaku untuk membuka mata. Aku mengerjap beberapa kali, masih berusaha mengumpulkan kesadaranku.

Mataku terasa berat. Ohya, kemarin aku menangis sampai mataku bengkak bagaikan panda. Alhasil aku sulit untuk membuka mataku seluruhnya.

Melihat Terry dan Joanna kemarin benar-benar mengingatkanku pada perasaan yang berusaha kukubur dalam-dalam dalam hatiku. Perasaan sedih, hancur, benci, dan kecewa.

Kenapa Joanna ada disini? Aku juga tidak tahu, mungkin dia sedang datang berlibur, mengunjungi kekasih tercintanya.

Kurang sial apa coba, aku harus melihat mereka berdua bermesraan kemarin? Hatiku seakan dicabik-cabik melihat pemandangan itu.

Untung ada Kenny.

Seketika wajahku merona mengingat kejadian kemarin. Saat aku menangis dihadapannya. Saat dia menarikku kedalam pelukannya. Dan anehnya lagi aku tidak menolak atau melepaskan diri.

Oke, aku punya alasan untuk itu. Pertama, karena aku sedang butuh sandaran. Perasaanku meluap dan air mataku tidak bisa terbendung. Kedua, pikiranku penuh dengan Terry dan Joanna sehingga tidak bisa berpikir lurus. Jadi saat dia memelukku aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Dan ketiga, siapa yang bisa tahan dengan aroma tubuh dan dada bidang miliknya itu? Banyak wanita yang pasti akan melakukan apapun untuk menggantikan posisiku.

Sejujurnya aku juga tidak mengerti kenapa kemarin aku membiarkannya memelukku. Ada kehangatan yang menjalar dari pelukannya dan membuatku tidak ingin melepaskannya.

Tapi aku harus berkali-kali mengingatkan diriku. Lelaki itu pasti sudah melakukannya ke beratus-ratus wanita. Jangan menganggapnya sebagai sesuatu yang spesial.

Meskipun tiap kali mengingat kejadian itu, pipiku pasti memerah.

###

"Pagi, cantik."

Aku tertegun melihat Kenny yang berdiri di depan teras kosku. Dia terlihat tampan seperti biasa, dengan pakaian kasual yang dikenakannya.

"Kamu ngapain disini?"

"Jemput kamu ke kampus," sahutnya santai.

"Sejak kapan aku punya supir pribadi?"

Kenny hanya tertawa lalu berjalan menuju mobilnya. Aku mengikutinya.

"Udah baikan?" tanyanya saat kami sudah berada dalam mobil.

Aku memasang seatbelt lalu mengangguk malu. "Maaf, merepotkan kamu..."

Kenny tertawa pelan. "Nggak sama sekali. Malah aku senang bisa memeluk- Aw!"

Aku memukul bahunya keras. Pipiku memerah, sehingga aku harus menunduk untuk menyembunyikan wajahku. Sial! Kenapa aku berdebar sih?

Kami sampai di kampusku dan aku sudah bersiap untuk turun. Lalu aku berbalik dan menatap Kenny. "Kelasku masih setengah jam lagi, mau mampir di kantin dulu?"

Kenny berpikir sejenak, lalu mengangguk mengiyakan.

Saat kami berjalan dari tempat parkir menuju kantin, aku sadar betapa besarnya pesona Kenny. Hampir seluruh wanita yang kita lewati berhenti untuk menatap Kenny lebih lama, dan beberapa diantaranya menatapku heran. Iya, aku memang tidak pantas berjalan disamping pria sempurna ini...

"Alice, nonton yuk."

Aku menoleh ke arah Kenny dan mengerutkan keningku. "Nonton apa?"

"Nonton bioskop."

Colorful RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang