Déjà vu

6.8K 409 3
                                    

Lagu Glowing yang dinyanyikan The Script tidak berhasil membuatku tertidur. Begitupun lagu-lagu sebelumnya yang biasanya selalu menamaniku tidur di malam hari.

Sejak satu jam tadi aku hanya bisa berguling di kasurku sambil tidak hentinya memegangi pipiku yang mendidih. Jantungku berdetak kencang seakan aku habis dikejar anjing herder.

Aku dicium Kenny...

Dan aku tidak membencinya...

Aku menggeleng keras. Apa yang sudah terjadi? Bagaimana bisa aku membiarkan hal itu terjadi? Aku merasa seperti wanita murahan, bisa-bisanya aku tidak menolak saat dicium oleh lelaki itu.

Atau aku sudah jatuh cinta padanya?
Tidak. Itu tidak mungkin. Demi langit Alice, dia itu playboy! Masa kau mau mempercayakan hatimu pada pria seperti itu? Dia tidak ada bedanya dengan Terry, hanya saja dia menunjukkan sikap playboy-nya pada semua orang, tidak seperti Terry.

Lamunanku buyar saat mendengar ponselku berbunyi tanda pesan masuk. Aku meraih ponselku dan membuka pesan itu.

From: Kenny
Goodnight, Princess :*

Apaan sih, norak banget. Pake emo kiss segala. Aku kan jadi teringat kejadian tadi lagi.

Tapi aku tidak bisa menahan senyumku. Kalau sebelumnya aku tidak pernah menanggapi sms gombal dari Kenny, entah kenapa sekarang tanganku bergerak mengetik balasan, meskipun hanya balasan singkat.

To: Kenny
Night..

Aku memang tidak pintar mengekpresikan kata-kata lewat sms. Tapi setidaknya aku membalas pesan darinya, kan?

Kuletakkan ponselku di atas meja lalu kembali berbaring di atas kasur. Aku menyentuh bibirku dengan lembut, dan teringat rasa manis bibir Kenny di bibirku. Senyumku mengembang, pipiku kembali memanas.

Gila. Aku sudah gila.

###

Untuk kesekian kalinya mataku melirik ke sosok Kenny yang sedang mengobrol dengan beberapa orang di meja depan.

Saat ini kami sedang mengadakan acara ulangtahun pernikahan. Acaranya hanya sederhana dan tidak mengundang banyak orang.

Aku tidak fokus. Sejak tadi mataku terus-terusan melirik ke arah Kenny dan mengamati gerak-geriknya. Sejak kapan dia jadi makin tampan?

Beberapa kali juga aku tertangkap basah sedang memandanginya. Saat ia melirikku dan melemparkan senyum mautnya, aku hanya bisa membuang muka dan langsung salah tingkah.

Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Dan aku tidak ingin tahu. Yang aku tahu apapun yang kulakukan, mata dan pikiranku pasti tertuju padanya.

"Lice, jangan melamun terus."

Aku menoleh ke arah suara dan mendapati Patrick sudah berdiri di sampingku. Dengan kikuk aku berdeham, lalu bergumam, "Oh iya, maaf."

"Kamu ngelamunin apa emang?" tanyanya dengan muka datar.

Aku terdiam. Nggak mungkin kan aku bilang kalau aku sedang melamuni kakaknya yang notabene adalah seorang playboy dan sudah diwanti-wanti oleh Patrick sejak awal.

"Nggak penting kok."

Aku melirik ke arah Kenny yang juga sedang mengamati aku dan Patrick. Patrick yang sepertinya melihat hal itu tertawa masam.

"Kamu nggak bisa bohong, Lice."

Aku mengerutkan kening, tidak mengerti maksud lelaki itu. Tetapi Patrick tidak berniat menjelaskan perkataannya, karena ia sudah berbalik pergi.

Colorful RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang