Stuck In Between

7.1K 429 4
                                    

"Dah, Kak Alice. Dah, Kak Gina," seru Reina bersemangat saat turun dari mobil. Aku dan Gina melambai sambil tersenyum lembut pada anak kecil itu.

Sementara Kenny mengantarkan Reina masuk ke dalam rumahnya, Gina menepukku dari jok belakang.

"Gila Lice, bos lo itu udah ganteng, tajir pula. Mobilnya ini loh, baunya juga khas banget. Gue berasa nggak mau turun dari mobil ini," serunya bersemangat.

Aku tertawa melihat kelakuan Gina. "Ya udah lo deketin gih si Kenny. Gue jamin dia pasti mau kok."

"Nggak ah, gue kan maunya sama cowok yang setia," ujar Gina sambil mengerjapkan mata.

Aku mengangkat alisku. "Jadi kalo digodain sama Kenny, lo tetep nggak mau sama dia?"

Gina tampak berpikir keras. "Nggak lah, Lice."

"Yakin?"

Dia menggeleng pelan. "Orang kayak Kenny itu cuma bagus buat cuci mata. Kalo dijadiin pacar mah berabe. Bisa-bisa nangis bombay sambil mewek tiap malam. Waduh, itu sih elo, Lice." Gina terkikik sambil menunjukku dengan senyum usilnya.

Aku melempar bantal yang ada di mobil ke kepalanya dengan pelan. "Sotoy lo," umpatku sementara Gina tertawa puas.

Aku mengamati Kenny yang sedang berbincang dengan kedua orangtua Reina, sementara Reina masih memeluk kaki Kenny seakan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu.

"Aduh, gantengnyaa.."

Aku menoleh ke arah Gina yang sedang menopang dagu dan memperhatikan Kenny yang berdiri di luar sana. Aku hanya bisa menggelengkan kepala dan mendecak melihat kelakuan temanku itu.

Namun ketika Kenny berbalik badan dan melangkah menuju mobil, Gina langsung memperbaiki duduknya dan berusaha bersikap tenang.

Aku menahan tawa melihat anak satu itu bersikap sok jaim.

"Maaf ya, nunggu lama," ujar Kenny setelah ia masuk ke dalam mobil.

"Nggak pa-pa kok," gumamku datar.

Ia lalu menghidupkan mesin dan melesat menuju jalan raya.

###

"Makasih ya udah dianterin," ujar Gina sambil tersenyum manis.

Kenny tersenyum balik. "Sama-sama, Gina."

Gina lalu turun dari mobil sambil melangkah masuk ke dalam kos-kosan dengan langkah senang.

"Maaf ya merepotkan," ujarku pelan. Lalu aku membuka pintu mobil hendak turun menyusul Gina. Tapi suaranya menghentikanku.

"Alice..."

Aku menoleh dan mengangkat alisku. "Hm?"

"Kamu nggak pa-pa?" Tanyanya sambil menatapku lekat.

Aduh, tatapannya... Nggak kuat...

"Maksudnya?"

"Kamu dari tadi terlihat murung. Ada masalah?" tanyanya lagi.

Ah ya, aku sejak tadi memang lebih banyak diam karena memikirkan masalah Patrick. Tapi kenapa dia bisa menyadari kalau aku sedang ada masalah? Padahal dari tadi aku berusaha bersikap biasa.

"Bukan urusanmu, kan."

Lagi-lagi aku bersikap ketus padanya. Aku tidak tahu mengapa, terjadi begitu saja. Padahal tadi aku sudah memikirkan kata-kata Gina dan aku tahu kalau dia tidak salah. Tapi aku terbiasa bersikap ketus padanya selama ini, sampai-sampai aku tidak sadar.

"Kenapa sih kamu benci sekali sama saya?" Kenny bertanya dengan suara pelan.

Aku menggigit bibir. Kenapa ya?

Colorful RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang