Tok tok tok
"Iya sebentaar!" Teriak ku dari dapur, aku sedang makan didapur, pagi ini aku bangun udah sendiri dirumah, apa minghao selalu mengetok pintu kalau dia tinggal sendiri? Aku pun membuka pintu nya,"siapa?"
"Saya kurir bu, apa ini benar alamat yang tertera disini" kurir itu menunjukan alamat nya di kertas,"oh bukan pak, itu di komplek sebelah"
"Oh saya salah ya? Maaf menganggu, saya permisi" dia kembali naik ke motor nya dan pergi.
"Huuhh, mengganggu saja, kenapa pak satpam membiarkan dia masuk" aku baru saja menutup pintu, tapi aku merasakan kalau pintu ini tidak bisa ditutup," loh kenapa ini?" Aku mendorong pintu itu lebih keras.
Apa ada yang mendorong nya?Aku mengurangi kekuatan ku, tiba tiba badan ku terdorong oleh pintu karna kekuatan didorong dari luar. Alhasil punggung ku terbentur tembok cukup keras.
"aw!!"
"Kau tidak apa apa?" Minghao memegang kedua pundak ku dan membangunkan ku dari duduk karna terhempas dengan tembok tadi.
"Sakiit tauu, kau kenapa mendorong nya?!!" Aku menatap minghao tajam.
"Bukan aku tapi jun"
Aku melihat tangan minghao belum lepas dari pundak ku dan dia malah merangkul ku,"jun ini yang kau dorong tadi" aku bisa liat orang depan yang baru hari ini aku liat, bahkan di pernikahan waktu itu dia gak ada. Ku akui dia lumayan tampan.
"Oh, sorry ya, aku gak tau kalau kau ada disitu"
"Yaya terserah, jangan ganggu aku makan" aku melepas rangulan minghao dan jalan kedapur untuk melanjutkan acara makan makan ku.
"Apa sikap dia seperti itu?" Bisik jun ke minghao yang masih bisa aku dengar.
"Dia lagi sensi, sudah jangan di ganggu dan segera bereskan barang barang mu"
Minghao
"Apa kau tidak salah menerima perjodohan nya?" Tanya nya, kami lagi jalan sore berdua, hanya untuk cari angin segar aja, aera tidak mau ikut, kalian sudah tau dia kan?
"Tidak sama sekali, aku suka saja, dia lucu, sebener nya aku merasa tidak membutuhkan perempuan, tapi ntah kenapa melihat dia secara langsung, aku jadi menyetujui nya, lagi ini rencana ku kok, kau kan sudah tau" aku tersenyum ketika mengingat kejadian saat bertemu dia pertama kali di apartemen nya.
"Kau ini sudah gila, apa kau akan membuat anak?"
"Jangan memikirkan hal gila itu dulu"
Jun terkekeh," sebelum kualitas mu jelek wahahaha"
"Aih, kenapa kau harus kemari sih!" keluh ku, karna dia adik paling menyebalkan.
"Apa dia pergi?" Tanya jun saat kami baru masuk rumah.
"Seperti nya dikamar, aku cek dia di kamar" ucap ku sembari naik tangga, diikuti sama jun di belakang ku,"oke" dia pun masuk kamar nya sendiri.
Kurasa dia tidak pergi kemana mana, aku buka pintu kamar dengan pelan takut nya aera udah tidur.
"Hiks"
Aku bisa liat aera duduk di tepi kasur dengan isakan nya, aku mutusin buat duduk samping dia,"kau kenapa?"
Dia melihatku langsung menghapus air mata nya, aku menahan lembut tangan nya,"jangan di hapus, keluarkan saja, butuh sandaran?" Dia menggeleng pala nya.
Kenapa dia menangis sendirian dirumah? Melihat itu ntah kenapa sangat menyakitkan, seakan akan ini salahku.
Dari tadi Kami tidak mengeluarkan suara kecuali suara isakan aera, lama kelamaan suara isakan nya menghilang,"kau tau kenapa aku tidak perduli dengan mu?"
Aku menatap nya dan menggeleng kepala.
"Aku benci dengan cinta, aku tidak mau bertemu dengan hal bodoh itu lagi. Aku bersyukur perjodohan ini hanya karna hutang, bukan karna perasaan atau cinta" aera berhenti bicara untuk sesaat,"cinta bisa bikin orang mati karna rasa kasih sayang nya" aera menatap lantai sedari tadi, dan mengendus sembari menarik bibir kanan nya.
"Apa kau mati?"
"Nggak, tapi aku pelaku pembunuh nya" aku mengerutkan dahi, aku binggung maksud nya apa.
"Dia nyelametin aku dari tabrakan mobil, aku lari ketengah jalan pas aku marah sama dia, harus nya mobil itu menghantam tubuh ku, tapi kenapa malah dia yang kena? Terpental jauh, kata terakhir yang bisa aku denger dari dia" aera keliatan menahan isakan nya lagi, dan kayak nya dia susah buat ngeluarin kata kata yang mau dia sebut.
Aku memeluk nya, dan membiarkan dia mengeluarkan tangisan nya di dadaku.
"Aku sayang kamu, jangan merasa sendiri, masih ada voileta" selepas itu dia benar benar menangis.
Apa itu sangat berat bagi nya? Aku tau soal orang tua nya hanya mementingkan uang ketimbang anak nya.
asal kalian tau, kata papa ku, hutang papa aera itu semua di serahkan ke aera, sampai akhir nya, aku memutuskan untuk membuat perjodohan ini. Awal nya karna aku iba, tau nya aku bisa jatuh cinta pada nya.
"Kau bukan pembunuh nya, dia melakukan semua itu karna dia benar benar sayang padamu, dia membiarkan mu hidup, karna kamu kuat menjalani semua ini, kamu bisa, dan masih banyak yang sayang pada mu" aku mengelus rambut halus nya, biar aera lebih tenang.
Aku melepas pelukan dan menangkup wajah nya "Hey hey, kau sudah menjawab pertanyaan ku yang kemarin, apa kau mau aku menjawab pertanyaan mu?" Balesan nya hanya anggukan.
"Berenti menangis, baru aku jawab" aku tersenyum saat melihat wajah nya seperti anak kecil.
"Udah" balas nya saat tangisan nya sudah sedikit reda.
"Aku menerima perjodohan mu, karna" aku sengaja menggantungkan kata kata ku.
"Apa??? Jangan lama lama"
"Sabar"
"Ih!! jawaab jangan ngomong sabar"
"Masa gak boleh ngomong sabar"
"Jawaab!! jangan omongin hal lain dulu!!"
"Mau kapan di jawab?"
"Sekarang!" Nada nya seperti anak kecil balas nya.
"Kayak nya hari ini bukan hari yang tepat, kapan kapan aja yaa" aku melepas tangan ku dari tangkupan wajah nya tadi.
Anak di depan ku, langsung menatap ku tajam. tidak berpengaruh juga, karna itu yang bikin dia makin lucu. Aku cuman bisa ketawa karna wajah nya.
"Baik lah, aku mau siap siap tidur" aku beranjak dari kasur menuju clothes room ku.
"MINGHAOO BERI TAU AKU DULUUU!!!"
Aku terkekeh sendiri mendengar suara imut nya teriak "Cih, cute"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boomerang ||Xu Minghao (TAMAT)✓
RomanceBerawal dari orang yang tidak akan pernah mengenal cinta lagi sampai diri nya di jodohkan. Apa diri nya akan berubah? (End) MOHON MAAP UNTUK TYPO!!