"Jadi, rumahnya disini?" tanya seorang gadis cantik berdarah Jepang-Indonesia yang tengah melihat foto rumah dan alamatnya.
"Iya, aku mau kau bisa mengusirnya jauh dari sini dengan cara apapun, Sakura chan" jawab Kevin.
"Ini cukup mudah, tenang tuan Kevin, semuanya akan selesai secepatnya" kata Sakura.
"Tidak usah menggunakan embel tuan disini Sakura, hanya ada kita berdua disini" kata Kevin sambil tertawa kecil.
"Terserah kau saja, lalu bagaimana dengan Umji? Kau akan menikahinya? Lalu bagaimana denganku?" cerocos Sakura, gadis itu terlihat manyun.
"Umji? Dia sedang pergi dengan kekasihnya sekarang, dia juga berusaha membatalkan perjodohan terselubung ini sayang, bersabarlah hm?" jelas Kevin tak lupa mendaratkan kecupan singkat di bibir Sakura.
"Aku harap itu semua berhasil, aku benci melihat foto kalian berdua yang benar-benar mesra" kata Sakura berapi-api.
Kevin tertawa kecil, lucu sekali.
"Tenanglah sayang, kau harus pergi bukan? Aku akan mengantar mu bagaimana?"
---
"Ada apa Heejin? Kau mau bicara apa?" tanya Minju, Heejin tampak resah.
"Sebenarnya aku mau bilang soal aku diperkosa, aku tau orang itu" kata Heejin.
"Kau serius? Siapa orangnya? Biar Jaemin dan kepolisian akan mencari orang itu" kata Minju.
"Jangan, jangan bawa kepolisian" kata Heejin yang membuat Minju bingung.
"Hyunjin, hyunjin orangnya" sambung Heejin.
"Kau serius?" tanya Minju tak percaya.
Hyunjin? Bukankah Heejin dan Hyunjin tak pernah saling bicara?
"Iya, di malam kelulusan yang kita rayakan bersama. Dia mabuk lalu-" Heejin tercekat, rasa sesak di dadanya muncul, airmatanya mendesak keluar.
Dengan cepat Minju mengelus pelan bahu Heejin, membuat gadis itu sedikit tenang.
"Tidak perlu dilanjutkan, aku paham. Lalu sekarang bagaimana? Kau akan minta tanggung jawab Hyunjin?" tanya Minju.
"Entahlah Minju, aku tak bisa katakan semuanya. Kalaupun aku katakan, apa ia akan menerima aku dan Jihyun?" balas Heejin.
"Tapi kau mau membiarkan Jihyun hidup tanpa ayah selamanya?" tanya Minju, Heejin menggeleng.
"Pikirkan Jihyun juga Heejin, dia butuh seorang ayah"
---
"Kau juga suka makan disini?" tanya Hyunjin ke gadis berambut pink soft.
"Iya, kau juga?" tanya gadis itu balik.
"Iya, kau mau makan apa?" tanya Hyunjin pada Nakyung-gadis dengan rambut pink itu.
"Yang itu saja" tunjuk Nakyung, Hyunjin akhirnya memesan lalu mencari tempat duduk.
"Kurasa kita bisa bicara banyak hal disini, tapi aku bingung memulainya dengan apa" kata Hyunjin canggung, tidak biasanya ia secanggung ini dengan perempuan.
Ah Hyunjin ayolah, dimana bakat menggombalmu?
"Kau bisa tanya apa saja, seperti kesukaan, atau kalau kau pria mesum kau bisa bertanya hal yang lain" balas Nakyung santai.
"Maksudnya? Seperti apa contohnya?" tanya Hyunjin balik.
"Ukuran pinggul? Atau mungkin kau bisa bertanya tentang pakian dalam" jawab Nakyung dengan tawa kecil.
"Ahaha, tenanglah aku bukan pria mesum seperti itu. Tapi aku suka pertanyaan itu" kata Hyunjin.
"Yang mana? Pakian dalam?" tanya Nakyung balik.
"Tidak, kesukaan mu. Apa kesukaanmu?" tanya Hyunjin.
"Banyak, salah satunya membaca buku" jawab Nakyung, Hyunjin hanya menganggukkan kepalanya.
"Kau adalah manager direktur Pratama corp? Saudara sepupu dari Guanlin Pratama" kata Nakyung.
"Wow, kau tau semuanya tentang ku" balas Hyunjin.
"Yiren mengirimkan daftarnya padaku, ia sampai menjelaskan kebiasaan dan juga mengatakan kau sedikit dramatis" kata Nakyung.
"Nyonya Pratama itu malah mengumbar aibku, ia dan suaminya sama saja" balas Hyunjin sedikit kesal.
Ah ayolah, kesan cool nya dimana jika semua aibnya didaftarkan?
"Rileks, kita perlu saling mengenal jauh" kata Nakyung.
"Lalu, apalagi yang kau tahu dariku?" tanya Hyunjin.
"Kau sangat suka berfoto, mengatai dirimu sendiri tampan, menjuluki dirimu pangeran" jawab Nakyung.
Hyunjin terkesiap, Nyonya Pratama itu membeberkan semuanya dengan lengkap.
"Bagaimana? Aku benar?" tanya Nakyung.
"Iya, kau benar" jawab Hyunjin, Nakyung tertawa.
"Kepercayaan dirimu sangat tinggi, tapi itu bagus. Daripada kau tampan tapi pemalu" kata Nakyung.
"Kau benar, berarti tidak salah aku seperti itu" balas Hyunjin, keduanya tertawa bersama.
Di sela tertawa Hyunjin melihat gadis itu. Cantik, itu yang ada dipikirannya.
Tawanya, senyumnya, lucu. Hyunjin juga ikut tersenyum.
---
"
Bunda,ayah Hyunjin tidak datang ke rumah?" tanya Jihyun begitu sampai dirumah.
"Tidak" jawab Heejin, Jihyun muram.
"Bunda memasak makanan kesukaanmu, ayo dimakan sayang" kata Heejin, Jihyun menggeleng.
"Jihyun mau disuapi ayah Hyunjin" balas Jihyun lalu berlari ke kamar.
"Jihyun, ayah Hyunjin bukan siapa-siapa mu, dia tidak bisa ada 24 jam bersama mu. Jadi ayo makan lah" kata Heejin yang pusing dengan Jihyun.
"Dia bukan bunda yang ada dirumah ini 24 jam untukmu, dia juga bukan ayah-" Heejin menjeda kalimatnya sebentar, berusaha menetralkan rasa sesak di dadanya.
"Ayo makan Jihyun" sambung Heejin.
"Gamau, aku mau sama ayah Hyunjin" tegas Jihyun dari dalam kamar.
"Berhentilah keras kepala Jihyun, keluar dan makan bersama bunda. Atau kau tidak boleh bertemu ayah Hyunjin mu selamanya" balas Heejin, tak lama Jihyun keluar dengan mata sembab.
"Jihyun mau punya ayah, bunda" kata Jihyun sambil menangis.
Heejin memeluk Jihyun erat, mengelus rambut putrinya itu dengan penuh kasih sayang. Benar kata Minju, ia tak bisa selamanya begini terus, Jihyun butuh ayah.
"Akan ibu datangkan lagi ayahmu, Jihyun"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda; Heejin✔
FanficMalam kelulusan yang harusnya menyenangkan justru berakhir menyedihkan bagi Heejin, kejadian dimana ia diperkosa, lalu mengandung anak dari pria yang memerkosanya. Lari selama tujuh tahun, membesarkan putrinya dengan susah payah hingga akhirnya bert...