Rumah sakit itu terlihat lebih ramai dari biasanya, jika di lihat sepertinya terjadi sebuah kecelakaan yang cukup memakan banyak korban.
Beberapa orang berpakaian serba putih berlarian menghampiri setiap bangsal tempat pasien membutuhkan pertolongan, tak luput disana terdapat Ellena. Raut wajahnya terlihat jelas menggambarkan lelahnya hari ini.
Sekitar pukul 3 sore, rumah sakit kembali normal. semua berjalan seperti biasanya, Ellena melenggangkan langkahnya menuju ruangan Tamara. sahabatnya itu mengiriminya pesan untuk datang ke ruangannya.
Keramaian terdengar jelas saat ia mulai menjejalkan kakinya,Suara tangisan bayi atau pun suara tawa renyah mereka yang sedang bermain menjadi hiburan tersendiri. tempat ini berbeda dengan blok ruangannya yang selalu sepi dan sunyi.
Ellena kembali melihat ke arah ruangan bermain, disana masih terdapat banyak anak kecil yang kemungkinan besar di titipkan orang tuanya yang sedang berobat. tidak ada raut kesedihan disana, mereka masih bisa tertawa bahagia.
"ah..alangkah indahnya menjadi kalian" guman Ellena dalam hati, sorot matanya terus tertarik untuk melihat ke arah mereka.
"Elle..kau akan tetap berdiri disitu?" Tegur Tamara dari depan ruangannya, ia sendari tadi sudah menunggu kehadiran sahabatnya itu. dan Tamara tau ruangan bermain di sebelah ruangannya pasti membuat Ellena harus terhenti disana.
Elllena hanya bisa tersenyum sambil menggerakkan lengannya membentuk viss, " mereka selalu berhasil menghipnotisku" balasnya.
"kau kemana saja, tak ada kabar?" runtut Tamara, ia menghela nafasnya.
"refreshing" jawabnya asal, tak ingin membahas lebih jauh pasal itu.
Tamara tau pasti sahabatnya ini menyembunyikan sesuatu darinya, tapi ia tidak bisa memaksa Ellena untuk selalu jujur padanya, lagian tujuan dirinya menyuruh Ellena keruangannya bukan untuk hal itu. "ini untukmu, seharusnya kemarin aku memberikannya tetapi kau tidak ada."
sebuah amplop berukuran sedang berbalut warna pastel, dengan beberapa ukiran menambah keanggunannya. diberikan Tamara. "ini apa?"
"bacalah dulu"
Ellena menuruti perkataan Tamara, ia membukanya dengan hati - hati, sayang sedikit saja tergores amplop itu takkan seindah di awal. "waaw....ini, SELAMAT AMARAAKU..." teriak Ellena girang, memeluk sahabatnya itu.
mereka saling berpelukkan, sedikit tangis mewarnai kebahagian mereka yang amat sangat bahagia, bagaimana tidak Ellena tidak bahagia sahabatnya itu akan segera meresmikan hubungannya dengan sang pujaan hati.
"mengapa tempatnya harus di italia" protes Ellena, menunjuk tempat acara pertunangan.
"karna Mommy Nicho berasal dari sana"
"jauh sekali, aku berpikir kemungkinan besar pernikahan kalian akan di adakan di antartika"
"hah ide yang bagus, aku akan mencoba ajukkan hal itu"
Ellena memukul Tamara pelan, " kau gila, aku tidak akan datang sudah cukup di Russia saja disini pun sudah sangat dingin bagaimana disana, kau mau melihat para beruang kutub dan penguin yang menjadi tamumu"
Sontak Tamara tertawa, membayangkan hal itu " itu..itu akan menjadi pernikahan terunik didunia" kekehnya masih tertawa.
Suara dering telpon Ellena kembali menghentikkan tawa Tamara, cepat - cepat ia mengangkat panggilan dari telponnya itu.
" iyah "
" ^ ^ "
"aku berada di ruangan spesialis anak, ada apa?"
"^ ^ "
"waitt...kau sedang apa?"
" ^ ^ "
"baiklah tunggu di situ, aku akan kesana"
Ellena mematikan panggilannya, Tamara terlihat penasaran dengan siapa Ellena berbicara. "aku akan pergi"
"baiklah sampai nanti" Tamara memeluk sahabatnya sebentar, "jangan lupa kau harus datang, disana sudah tersedia tiket pesawat pulang perginya dan aku memiliki saran sebaiknya kau membawa pasangan agar nanti tidak iri melihatku" seketika raut wajah Ellena berubah menjadi kesal, sahabatnya ini seperti Grandpanya yang selalu menggoda tentang pasangan.
"baiklah aku akan membawa suamiku nanti" asal Ellena, ia melambaikan lengannya keluar ruangan.
Ellena terburu - buru menghampiri lift, menetralkan setiap detak jantungnya. ia merasakan setiap gerakan lift yang akan membawanya ke lantai dasar lebih cepat dari biasanya.
di depan ruang tunggu, sudah terdapat seorang pria. dia cukup berbeda hari ini, pakaiannya lebih santai dengan memadukan kemeja flanel dan celana jeans serta swetter rajut menambah sisi kemaskulinannya.
dari belakang saja aura ketampanannya sudah terlihat, tanpa sadar itu membuat semua Ellena terpaku lebih tepatnya sih dia terpesona.
"Elle..." pria itu menegurnya, sontak Elllena melanjutkan langkahnya.
"apa luka itu masih sakit?"
"tidak"
"lalu kenapa kau disini?"
"dia ingin bertemu" pria itu menunjuk ke arah seorang wanita yang berjalan ke arah mereka, Ellena memalingkan wajahnya, sungguh wanita itu pun sangat cantik. dan Ellena bisa memastikan dia seorang model.
"maaf..lama, aku sedikit tersesat tadi" jujurnya, ia memperhatikkan wanita di samping kakaknya dengan sesama.
"Elle ini Abi"
"haii....kau Ellena, aku Abigail adik dari pria di sampingmu ini" Abi mengenalkan namanya senang.
"Hellena"
Abi langsung menggandeng Ellena, "bisakah kita menggobrol?" antusiasnya.
"tentu bisa," mereka berjalan bersamaan menuju cafe di sebrang jalan, Edward hanya bisa mengikutinya dari belakang tanpa protes sedikit pun.
matanya tertuju pada amplop berwarna pink di lengan Ellena, ia tertarik untuk melihatnya. "aku ambil ini" ia merebut amplop itu dari tangan Ellena, berjalan mendahului mereka sambil tertawa.
"Elle...kau sangat cantik" Puji Abi, Ellena tersenyum balas memuji Abi.
"kau tahu, ini pertama kalinya aku melihat kakakku tersenyum. sejak dulu wajahnya selalu datar, seperti tidak merasakan hal lain." ungkap Abi, ia mengeluarkan isi hatinya.
"walau pun selama ini dia selalu tersenyum di hadapanku, itu berbeda dengan sekarang." Abi menatap Edward yang sudah duduk di salah satu tempat kosong di dalam cafe.
"sepertinya ia sangat tulus denganmu bahkan sangat tulus dan aku berharap kau pun begitu"
Ellena ikut menatap Edward, bagaimana pun ia belum bisa menjelaskan perasaannya saat ini.
----------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby ( TAMAT)
RomanceHidupnya saja sudah cukup rumit, keluarganya meninggal karna dibunuh. Dan sebuah insiden menyebabkannya dirinya terikat dengan ketua Mafia, entah itu sebuah keberuntungan atau kesialan. =========== [ Ditulis dari 27 january 2019 ] Cerita ini mengand...