Akibat kerusuhan yang terjadi di Hongkong salah satu cabang perusahaan Edward terkena imbas, sehingga ia harus benar - benar turun tangan apalagi dengan terjadinya perang dagang antara Amerika dan China bertambahlah keruyaman dalam perusahaannya.
Beberapa anggota Mafianya di Meksiko harus berurusan dengan pihak berwajib akibat tertangkap tangan secara legal menjual Holland & Holland Royal Deluxe senapan terkenal di dunia yang banyak diincar para kolektor.
Hampir sepekan ia bekerja dan bekerja, sedikit waktu senggang ia langsung menelpon Ellena hanya saja wanita itu tak pernah sekali pun menjawab panggilannya. memang kejam sekali Ellena untung saja Edward menyuruh bawahannya untuk selalu mengawasi Ellena sehingga ia bisa mengetahui keadaan Ellena.
La Voiture Noire mobil keluaran Bugatti yang baru saja di belinya, melenggang mulus membelah jalanan kota Moscow. Dibeberapa kesempatan mobilnya menjadi bahan tatapan orang - orang karna mobil ini memiliki desain tersendiri dan hanya di jual cukup sedikit di banding mobil lainnya, jangan lupakan pula harganya yang membuat kantung terkuras karna mobil ini sangat terkenal sebagai mobil termahal di dunia.
Lupakan hal tersebut sekarang Edward memikirkan tentang Ellena, ia benar - benar ingin menerkam wanitanya itu. Wanita yang lebih rumit dari pekerjaannya, wanita yang selalu ingin menjauh darinya padahal wanita lain yang dulu didekatinya tak pernah seperti ini.
Sesampainya di Penthouse milik Ellena dengan mudah ia masuk karna mengingat pin Penthouse Ellena sebelumnya, keadaan yang di dapat Edward saat membuka pintu hanyalah suara musik instrumental menangkan.
Asal musik itu terdengar dari ruang tamu yang sepertinya kelupaan ditinggal si pemilik yang tertidur, Edward mematikannya lalu berjalan mendekati pintu kamar Ellena yang tidak terkunci.
Memeluk Ellena yang sepertinya tidak merasa terganggu dengan kemunculnya, ia menghirup dalam - dalam aroma lavender. Wangi khas yang selalu ingin ia hirup setiap saat, Ellena sama sekali tidak bergerak, memang ia mirip Putri tidur jika sudah tertidur tak kan mudah terbangun bagaimana pun keadaannya.
Edward ikut memejamkan matanya sebentar, merasakan ketenangan yang sebelumnya tak pernah ia miliki. Tertidur sebentar melupakan penatnya sambil memeluk Ellena sepertinya pilihan terbaik sebelum dia terbangun lalu menendangnya seperti kejadian terakhir kali ia tertidur bersama Ellena.
Kamar luasnya saja tak sedikit pun melebihi kamar - kamar di Mansion Edward atau pun Penthousenya ini selalu menjadi saksi kebersamaan mereka.
Ellena terbangun lebih pagi dari biasanya, ia menetralkan cahaya yang masuk ke pupil matanya. Merangangkan tubuhnya yang seperti tertindih badan lain.
"Ed... " Suara Ellena tercekat, menghilangkan keterkejutannya di pagi hari.
Semalam ia memang pulang lebih awal dari biasanya, beberapa hari di minggu ini ia akan cuti dikarnakan lusa hari pernikahan Tamarra sehingga pagi ini ia akan berangkat menuju Italia.
Sebagai sahabat Tamarra yang memangnya gadis itu menyuruhnya datang lebih awal,Ellena tak bisa menolak keinginan sahabatnya karna bagaimana pun sahabatnya itu menikah di negara kelahiran calon suaminya yang tentu ia pun membutuhkan sosok sahabat untuk menemaninya selain keluarga.
"Ed, aku harus pergi" lirih Ellena lembut membangunkan Edward yang mulai terbangun.
Ellena merasa tidak tega saat membangunkan Edward, pasalnya wajah Edward terlihat lusuh. Sedikit kantung mata terhias disana tak terlalu jelas, bahkan tidak sedikit pun mempengaruhi wajah tampan Edward, hanya saja itu cukup jelas mengambarkan lelah Edward selama ia menghilang.
Sebenarnya bukan menghilang, Ellena tahu Edward menelponnya tapi ia sangat malas terus berurusan dengan pria dihadapannya ini.
"Kau sudah bangun" tanpa basa - basi Edward langsung mencium Ellena.
Mendapat serangan mendadak Ellena hanya mampu terdiam, merasakan permukaan bibir Edward menempel di bibirnya. "Morning kiss" kekeh Edward setelah menyudahi sesi ciumannya.
Ellena mendengus kesal, pria dihadapannya ini benar - benar selalu mencari kesempatan dalam kesempitan.
"Aku harus mandi" Ellena hendak terbangun dari posisinya tapi Edward menambah erat pelukkannya sehingga ia tidak bisa terbangun.
"Tidurlah sebentar lagi" pinta Edward.
"Hari ini aku harus pergi ke Italia" jelas Ellena, memandang wajah Edward.
Edward menutup matanya sebentar, " kita bisa pergi nanti siang"
Ellena membelakan matanya tidak percaya dengan ucapan Edward barusan.
Bukannya menjawab Edward malah memeluk Ellena, "kita bisa pergi bersama Elle, bukankah itu bagus?" Ellena tak menjawab mereka sama - sama diam.
"Sayang sekali tiket yang sudah di belikan Tamarra untukku" gerutu Ellena, Edward hanya terkekeh mendengarnya, tak mengira jawaban Ellena yang hanya mempermasalahkan sebuah tiket penerbangan gratis dari sahabatnya itu.
"Kita tidak membutuhkan tiket itu, hanya perlu kesediaan"
"Jika aku tidak bersedia? "
Ellena sudah tahu jawaban yang akan keluar dari mulut pria dihadapannya ini sebelum ia mengucapkan kata dari mulutnya.
"Aku akan memaksa" tutur Edward, Ellena memanyunkan bibirnya berpura - pura protes. Membuat gemas Edward seketika.
"Sekalian kita bisa mengunjungi ayahku, sudah lama aku tak menjenguknya"
"Didaerah? "
"Tuscany,Kau pasti akan suka tempat itu" jelas Edward, ia memejamkan matanya menutup obrolan mereka. Melihat hal itu Ellena pun ikut memejamkan matanya.
Ellena berinsiatif memeluk Edward perlahan, menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Menetralkan detak jantungnya yang tak disadari Edward.
Pagi ini mereka habiskan dengan tidur.
-----------------------
Harap koreksi jika ada kesalahan 😂
Don't forget mampir di cerita Ku yg satunya yah 😁😀
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby ( TAMAT)
RomantiekHidupnya saja sudah cukup rumit, keluarganya meninggal karna dibunuh. Dan sebuah insiden menyebabkannya dirinya terikat dengan ketua Mafia, entah itu sebuah keberuntungan atau kesialan. =========== [ Ditulis dari 27 january 2019 ] Cerita ini mengand...