Hal

14.6K 891 8
                                    

Semenjak kepergian Grandpa, Ellena lebih suka mengurung diri didalam kamar tidak sekali pun terlihat keluar. Kondisi Dalton pun sedikit terlantar karna tidak mendapat ASI hanya menerima susu penganti.

Edward sudah berkali - kali membujuk, mendatangkan keluarga, sahabat terdekat  Ellena namun hasilnya tetap sama gagal bahkan tidak satu pun melangkah masuk ke dalam kamar.

Namun sepertinya hari ini sedikit ada keajaiban, para pelayan pengantar makanan diperbolehkannya masuk dan menyuruh mereka membawa Dalton masuk ke dalam kamar.

Edward yang melihat hal itu merasa tenang, setidaknya sekarang Ellena tidak melupakan buah hatinya.

"Bagaimana??" Tanya Abi sama khawatirnya dengan yang lain, menanyakan kesalah satu pelayan yang baru saja keluar.

"Nona sudah membaik bahkan tuan muda sedang menyusu dengannya" jelas pelayan itu.

Semua menarik nafas lega, "aku akan masuk" antusias Edward sekarang namun langsung dihadang Abi.

"Biarkan mereka bersama dulu" saran Sarah disetujui Abi sehingga Edward mengurungkan niatnya.

Di dalam kamar, Ellena memangku Dalton yang sedang menyusu dengan rakus. Mengusap pipi cubi anaknya lembut, "maafkan mommy sayang...." lirih Ellena menyesal.

Jika mengingat kembali kejadian akhir - akhir ini, hatinya seperti tersayat belati. Terkadang hampa tanpa perasaan membuat tidak sadar menghabiskan sepanjang waktu di dalam kamar.

Ellena sangat menyesal terlalu berlarut dalam kesedihan, melupakan segalanya bahkan buah hatinya juga ikut menderita akibat ke egoisannya.

"Masuklah" perintah Ellena, seakan mengerti ada orang lain yang memperhatikan mereka dari balik pintu.

Edward melangkah masuk, memeluk Ellena secara tiba - tiba, "maafkan aku, lain kali kau tidak boleh seperti ini lagi" ucapnya dengan nada penuh kekhawatir, setelah sekian lama tidak memeluk wanita yang di cintainya.

"Tidak seharusnya aku yang minta maaf karena membuat semua orang khawatir" lirih Ellena, "aku merindukkanmu tapi kau ingin membuat anakmu tidak bisa bernafas?" Seketika Edward melepaskan pelukkannya, dia lupa kehadiran anaknya sendiri.

"Ahh...baby, maafkan Daddymu ini" cerca Edward pada dirinya sendiri, membuat Ellena sedikit tertawa.

Edward menatapnya, sehingga Ellena menghentikkan tawanya. "Kenapa??" Tanya Ellena bingung.

"Terus tertawa seperti itu" jelas Edward, "kau tahu sepekan ini aku sangat takut" jujur Edward, mencium kening Ellena mengelus rambutnya lembut.

Bibirnya mengulas senyum, "mari kita mulai semuanya dari sekarang" mencium secara spontan pipi Edward.

Edward mengeleng pelan, "kau salah posisi" sergahnya, mengambil kendali mencium permukaan bibir Ellena.

"Aisss...penglihatan anakku tercemar" protes Ellena, menidurkan Dalton disebelahnya.

"Setelah ini aku berjanji akan menjadi ibu yang baik dan istri yang sangat baik" ucapnya sungguh - sungguh menggenggam tangan Edward.

"Aku pun akan menjadi ayah yang baik dan suami yang sangat - sangat baik" sahut Edward mengulangi ucapan Ellena.

Mereka sama - sama tertawa lalu tertidur disebelah Dalton, "kita belum mengumumkan pernikahan??"

"Secepatnya" balas Edward, memeluk dua orang yang sangat di cintainya.

Sebenarnya mereka sudah melangsungkan pernikahan sudah lama, waktu berada di Italia hanya saja yang mengetahui hal itu hanya Daddy dan Aunty Sarah. Sekarang Edward menyesal kenapa tidak dari awal meminta restu Hammet lalu melangsungkannya secara besar - besaran sehingga mereka memiliki kenangan tersendiri namun saat itu Ellena menolak karna sangat takut mengecewakan Grandpanya.

Ellena menatap Edward lekat - lekat, mengusap lembut permukaan wajah Edward, "mampukah aku bertahan disampingnya" guman Ellena dalam hati, jika mengingat posisi Edward berbeda dengan yang lain. Kekerasan bahkan pembunuhan serta dendam satu sama lain, entah berapa nyawa yang telah hilang ditangannya, seperti apa wajah dan sifatnya saat berada diluar Ellena tidak mengetahuinya.

Mungkin kali ini Ellena harus memulai kembali kisahnya, lebih memperhatikan karna bisa saja lain waktu Ia kehilangan pria yang benar - benar Ia cintai.

"Apa aku sangat tampan??" Tanya Edward memasang senyum terbaiknya.

Ellena mengangguk mengiyakan, "sangatt....tampan"

"Tapi kau tak pernah mengatakan, Edward i love you, i love you so much" protes Edward dengan ekpresi lucu, bangun dari posisi tidurnya

Tawa Ellena menderai, "benarkah??"

Edward mengangguk, menarik  kedua tangan Ellen. "Aku ingin mendengarnya sekarang" ucapnya seperti sebuah perintah.

"Ahh....sekarang aku memiliki bayi besar yang manjanya melebihi" sungut Ellena menggoda Edward.

"Bayi besar lebih membutuhkan kasih sayang, katakan sekarang" pinta Edward penuh penekanan.

"EDWARD, I LOVE YOU" ucap Ellena, Edward memeluknya hangat.

Mengosok - gosok hidungnya di rambut Ellena, "sekarang itu lebih baik" bisiknya senang masih memeluk Ellena.

Mereka berdua seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran baru pertama kencan dan melupakan keberadaan anaknya yang menatap penuh kebingungan.

"Aku ingin meminta sesuatu" Ellena menengadahkan kepalanya sehingga mereka saling menatap.

"Katakan, apapun yang kau inginkan akan dituruti"

"Aku ingin belajar beladiri dan menembak" pinta Ellena, seketika Edward melepaskan pelukkannya menatap Ellena.

"Bisakah ganti permintaan seperti belikan aku mobil keluaran terbaru, tas, baju atau pun rumah"

Ellena mengeleng, "tidak bisa diganti"  tegasnya pura - pura memasang muka kesalnya.

"Baiklah, lusa setelah kau sehat kita bisa mulai belajar" Edward mengalah, dibanding melihat Ellena mengurung diri lagi lebih baik Ia turuti.

"Kau dengar Dalton, Daddymu memang yang terbaik" ucap Ellena senang.

Dalton hanya menampilkan ekpresi ikut senang walau tidak mengerti maksud dari Mommynya.

"Istirahatlah dulu, aku akan pergi sebentar" pamit Edward mencium putranya lalu beralih ke sang ibu.

"Ed, kau taukan sekecil apa pun dendam bukankah harus dibalas?? Apalagi menyangkut nyawa, jadi ku mohon jangan halangi" pinta Ellena penuh keyakinan, Edward mendengar jelas ucapan Ellena namun tidak membalasnya.

Hanya saja ia tidak menyangka hati wanitanya akan berubah secepat ini, Ia tidak merisaukannya. Cepat atau lambat hati seorang akan berubah, hanya saja mereka belum tau pasti musuh seperti apa yang akan mereka hadapi.


^^^^^^^^^^^^^^^^^









My Baby ( TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang