Hal

26.2K 1.5K 37
                                    

Rasa mual berlebihan membangunkan Ellena dari tidurnya, Ia memaksakan diri berjalan ke kamar mandi tanpa sedikit pun mengusik Allice yang tertidur.

"Are you oke" Edward memastikan keadaan Ellena.

Ia merasa kasihan pada Ellena, bagaimana pun kesehatan Ellena menjadi proritas utama. Disana terdapat darah dagingnya dan Edward tak akan membiarkan hal apapun terjadi padanya.

"I'm fine" balas Ellena membasuh wajahnya, menetralisir rasa mual yang tiba - tiba menyerangnya.

Seperti ibu hamil lainnya, terkadang Ellena pun merasakan mual berlebihan walau pun diawal Edward yang merasakannya. Sesekali itu terjadi juga padanya.

Setelah merasa baikkan,Ellena merasa lapar seketika "Kau masak? " heran Ellena saat memergoki Edward menyiapkan omelette di patri padahal Edward baru saja bersamanya.

Edward bangun lebih awal pagi ini sehingga ia berinisiatif membuat ommellet untuk Ellena, usut punya usut ternyata ia diberitahu Adga bahwa ibu hamil memiliki selera nafsu makan lebih tinggi dari biasanya.

Ia tersenyum lalu mendudukan Ellena untuk mencoba ommellet buatannya.

"Bagaimana? Bukankah enak? " tanya Edward penasaran menunggu penilaian.

"Lumayan"

"Hanya lumayan? "Lirih Edward tersirat rasa kecewa dengan penilaian Ellena.

"Bagiku lumayan sudah cukup" Ellena menghentikan makannya sebentar menatap Edward.

"Apa masih terasa mual? "

Ellena menggeleng, lanjut memakan ommellet buatan Edward.

"Tak ada imbalan? "Tanyanya kembali, seperti seorang wartawan yang banyak tanya. "Seperti morning kiss" imbuhnya menggoda, Ellena membelakan matanya tajam.

"Kau... " geram Ellena, lalu kembali memakan omelettenya yang tinggal separuh.

Mereka sedikit melupakan keberadaan bayi, hingga terdengar tangis dari arah kamar. "Astaga, Allice.." Ellena menghentikan makannya.

"Ed... Diwajahmu ada sesuatu"

"Dimana? " Edward mendekatkan wajahnya ke arah Ellena, panik.

Cup... Ellena mengecup bibir Edward sebentar, lalu berlari ke kamar menemui Allice. Seperkian detik Edward terhipnotis dengan kejadian yang baru saja terjadi, sesekali ia memukul wajahnya untuk memastikan bahwa tadi ia tidak bermimpi. Ellena benar - benar menciumnya.

Biasaa.. ae.. Si Elle.

Ellena menyembunyikan rona wajahnya, ia merasa gugup dan malu saat ini, dia bener - benar sangat malu kejadian tadi pertama kalinya ia mencium pria. Bagaimana pun Ellena terlahir dari keluarg baik - baik,jauh dari kehidupan malam walau pun Grandpanya memiliki harta kekayaan.

"Allice... Buang air" gugup Ellena keluar memberitahu Edward.

"Kemarin aku sudah menyiapkan semuanya, apa kau bisa memandikannya? " jelas Edward menghampiri Ellena, berpura - pura tadi tidak terjadi apa - apa.

"Tentu bisa" cicit Ellena, dia tidak berbohong kemarin selama di rumah sakit ia belajar di ruang persalinan.

Satu persatu baju Allice, Ellena lepaskan tak lupa Edward menyiapkan bak mandi serta keperluan lainnya. Jika dilihat seperti ini mereka seperti kedua orang tua baru.

Tiba saat hendak memandikan Ellena terkejut dengan kemunculan Edward, "kau mau apa? "

"Mandi"

"Nanti saja, Ed"larang Ellena cepat.

"Jika nanti ke tampananku bisa luntur" jawabnya, ia tetap kekeh masuk ke dalam batroom tidak jauh dari tempat Ellena memandikan Allice. Untung saja terdapat kaca besar blur sebagai penyekat sehingga Ellena tak melihat tubuh telanjang Edward.
Kamar mandi ini, terhitung cukup luas dibanding kamar mandi Penthouse lainnya, dominasi marmer hitam di dinding menambah segi kemaskulinan si pemilik.

Allice sedikit rewel saat dimandikan, menambah kadar kehati - hatian Ellena. Ia takut jika membuat kesalahan dan itu bisa berkemungkinan membuat tubuh Allice sakit.

Edward keluar dari batroom hanya mengenakan handuk yang dililit dipinggul, jangan lupakan perut sixpacknya terpapang jelas. Ellena menghiraukannya ia terfokus menutup bagian tubuh Allice yang sudah selesai dimandikan.

"Elle... Bisakan kau fotokan aku dan Allice" bujuk Edward, masih di kondisi yang sama.

Ellena membelakan kedua matanya heran "Untuk apa? "

"Sebagai kenangan"

Ellena menuruti kemauan Edward, ia menfoto mereka berdua, untung saja Allice tak menangis sehingga hasil fotonya cukup Bagus.

"Dia seperti malaikat" guman Edward memuji Allice yang tetap diam saat di gendongnya,  sejak awal Allice datang, Edward tak pernah menganggapnya risih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Dia seperti malaikat" guman Edward memuji Allice yang tetap diam saat di gendongnya, sejak awal Allice datang, Edward tak pernah menganggapnya risih. Malah ia sangat berantusias seakan Allice buah hatinya, "seperti Abi kecil" menciumnya lembut.

Seperti kisah awal, Edward sudah terpisah sejak kecil dari Abi. Hal itulah yang membuatnya sangat menyayangi Allice, ia teringat tentang Abi yang harus tinggal jauh karna keadaan keluarganya.

Kelihaian Ellena dalam mengurus bayi mulai teruji saat ia mulai memakaikan pakaian Allice, Seumur hidupnya ini adalah pengalaman pertamanya belajar menjadi seorang ibu. Menjadi keluarga tunggal tak semengenakan orang kira.

"Libur? " Edward datang membawa susu Allice ditangannya, sekarang ia sama lihainya dengan ibu - ibu.

"Ya, kemungkinan"

Mendengar jawaban Ellena, Edward berantusias mengajak Ellena keluar rumah. "Bisakah kita jalan - jalan? "

"Jalan" Ellena memikirkan tawaran Edward, memang hari ini ia ingin sekali berjalan - jalan kemana pun itu. Yang terpenting Allice tetap aman, "tentu,kita bisa pergi"

Antusias Edward bertambah lebih dari awal ia mengatakan keinginannya, sesegera mungkin ia menelpon asistennya untuk mengamakan tempat yang akan mereka tuju. Kejadian kemarin sedikit membuatnya resah dan ia tak ingin hal itu terjadi kembali.

"Sayang, kau harus berbandan cantik Mommy akan mengajakmu berjalan - jalan" Ellena menyiapkan beberapa keperluan Allice.

"Dan Mommy juga harus mandi, supaya bertambah cantik" balas Edward seakan menjawab ucapan Ellena, Ellena mendelik tajam lalu menyuruh Edward menjaga Allice. Kemarin ia tidak membawa baju ganti sehingga harus pulang ke Penthousenya terlebih dahulu.

-----------------------

Maafkan jika makin kesini, tulisan semakin berantakkan berusaha maksimal ternyata bisanya segitu. Mungkin jarang bacanya jga jdinya begini😂😅

Semangat beraktivitas
Yang lagi sekolah rajin - rajin belajarnya, ibadah jga pastinya biar nanti ujian masuk Univ dipermudah, karna berjuang masuk Univ tak selamanya sesuai realita apa yg udah kita rencanain bisa ajh gagal karna mengganggap mudah. Nanti kya Me yg akhirnya harus nunda 1 thn, sedihnyaaa, ngirinyaaa bercampur kya nutrisari liat kawan beralmet kita masih ngejugrug di kamar. Tpi tak apalah namanya jga kehidupan klo lurus terus tiba" anjlok kan kita syok nanti jantungan lgi 😆😆 dahh... Sekian.. Keluar jga kan unek" anak gagal masuk kampus Negri yg nolak masuk Swasta diakibatkan sudah bosan sejak SMP Swasta mulu kan sayang duit my father klo Swasta mulu...

"Setidaknya berani berjuang dan mengungkapkan itu hebat dibanding diam lalu termakan mimpi"nya" gubrakkk ketika seorang bapak menguatkan anaknya yg sudah berusaha namun gagal, love - love dahh... Abahku makannya jdi idola kawan" klo maen ke rumah 😂😂

My Baby ( TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang