Hal

18.1K 1.4K 36
                                    

"Mereka sudah tau? " tanya Ellena, menenggelamkan wajahnya di pelukan Edward. Sekarang mereka berada dikamar yang sepertinya biasa di tempati Edward jika datang berkunjung.

Menunggu jawaban.

"Sudah" ia mencium kening Ellena, menatap kearah luar jendela.

Tadi ia sudah menceritakan tentang kehamilan Ellena, menjelaskan hubungan mereka. Dad nya menanggapi semua dengan bahagia karna sejak dulu menginginkan seorang cucu tapi berbeda dengan aunty Sarah, nampak kekhawatiran dari sorot matanya.

"Kau tahu, keluarga itu sejak dulu di incar pembunuh" kata itu masih terdengar saat aunty Sarah mengatakan kekhawatirannya. Edward tak pernah memikirkan itu, ia tidak takut, ia hanya memikirkan beberapa resiko yang akan di tanggung Ellena jika terus bersamanya.

Dan Edward yakin musuhnya pun akan menjadikan Ellena titik kelemahannya, traumanya bahkan nyawa bisa hilang jika ia tidak benar-benar menjaga Ellena seperti awal mereka bertemu bahkan Ellena sudah menjadi incaran musuhnya.

Bagaimana pun Edward belum pernah menceritakan jati dirinya pada Ellena, wanita itu hanya mengetahui separuh tentangnya dan reaksinya entahlah Edward tak bisa membayangkan saat Ellena tahu ia ketua Mafia.

Hammet, kakek tua itu pun pasti tak kan rela melepaskan cucu semata wayangnya menikah dengan seorang ketua Mafia.

Edward sudah terlalu jauh, ia takkan bisa melepaskan Ellena begitu saja.

"Ed? " suara Ellena membuyarkan lamunannya.

Ellena melepaskan pelukkannya, ia menatap Edward. "Where is your Mom? " tanyanya kembali, meraih wajah Edward agar tidak memalingkan wajahnya kearah lain.

Edward sudah menduga Ellena pasti akan menanyakan hal itu, ia pasti merasakan kejanggalan saat meninggalkan Villa secara tiba - tiba. " dia pergi" jawabnya santai, mengubah posisi tidurnya menghadap langit-langit kamar yang pekat.

"Aku tahu itu tapi alasan ia pergi, mengapa? Dan aunty Sarah menyuruhku menanyakan langsung padamu"

Edward menarik nafasnya, mungkin saatnya ia menceritakan hal yang harus Ellena tahu. " She gone, karena satu alasan" Edward menarik tangan Ellena menggenggamnya, "ku mohon kau harus berjanji saat aku selesai menceritakan semuanya kau tak kan meninggalkanku" pinta Edward, ini pertama kali baginya memohon pada seorang wanita.

Kening Ellena nampak berkerut, sepertinya pembicaraan mereka akan sangat serius. "Aku takkan meninggalkanmu karna alasan yang bahkan aku belum ketahui" tutur Ellena, mencium pipi Edward menghilangkan kegelisahannya.

Sepertinya hal yang Ellena lakukan cukup berdampak, Edward sedikit santai memulai menceritakan. "Dia memilih pria lain, meninggalkan aku dan Abi yang saat itu berumur 1 tahun" jeda Edward mengingat kenangan yang bahkan tidak ingin ia ingat kembali.

" menelantarkan kami karna ia tahu Dad seorang ketua Mafia," Ellena terkejut mendengar perkataan terakhir Edward, " dia mengetahui rahasia yang Dad sembunyikan dan dia ketakutan, menyalahkan Dad karna mengapa tidak jujur tentang pekerjaannya"

Tak ada suara yang terdengar, Ellena menyimak berusaha menahan reaksi terkejutnya.

"Sejak saat itu mereka lebih sering bertengkar hingga akhirnya Mom menemukan seorang pria yang akhirnya meninggalkan kami semua, Dad sangat mencintainya sehingga ia memutuskan tinggal di Italia karna Mom berasal dari sini. Ia belum bisa merelakan, saat itu keluarga kami hancur Dad berubah, sebagai seorang ketua Mafia dia sudah terbiasa melihat darah bahkan kematian. Tapi masalah wanita ia hanya mencintai Mom, pada akhirnya ia melampiaskan semua hal pada jaringan Mafianya melupakan segalanya, agar Abi bisa tumbuh sebagai gadis kecil yang bahagia, merasakan kasih sayang seorang ibu. Dad menyuruh Aunty Sarah merawatnya, menjauhkannya dari jangkauan musuh yang ingin menjatuhkan kelompok Mafia Dad pimpin sedangkan aku di didiknya untuk mandiri semacam latihan seorang angkatan militer, itu terasa berat" dengus Edward bercanda merasakan sakit saat pertama kali tubuhnya terkena luka tembak akibat kurang teliti saat menghindari musuh.

Ellena tidak percaya Edward masih bisa bercanda saat menceritakan kisahnya padahal itu menyakitkan jika ia diposisi Edward, Ellena tak bisa memastikan ia masih sekuat dirinya sekarang.

"Jangan menatapku seperti itu" peringat Edward mencubit ujung hidung Ellena.

"Sekarang dia bagaimana? " tanya Ellena menghiraukan peringatannya.

"Dia sudah sangat bahagia, membesarkan anak tirinya dengan baik melupakan kami anak kandungnya"

"Aku tak yakin, dia masih bisa bernafas dengan baik" dengus Ellena, ah dia merasa jengkel sendiri. Bagaimana tidak, ada seorang ibu yang masih bahagia saat meninggalkan kedua anak kandungnya.

"Jika dia tidak bernafas, tadi kau pasti takkan melihatnya" kekeh Edward, pikirannya menerawang mengingat kejadian siang tadi.

Ellena bangun, duduk menghadapi Edward"Aku berpapasan dengannya? Kenapa kau tak memberi tahu??" seriusnya.

"Untuk apa?"

"Setidaknya, memberikan petuah jika hidup itu hanya berlangsung satu kali"

Edward tertawa seketika, " tidak perlu lakukan itu Elle, kau hanya perlu terus berada disampingku" ia mencium kening Ellena.

"Bagaimana jika aku pergi karna alasan lain? " tanya Ellena menengadah, menunggu jawaban keluar dari mulutnya.

"Aku akan terus mencarimu lalu menanyakan alasan itu"jawabnya serius memangku wajah Ellena.

"Ahh.. Aku takkan meninggalkanmu, nanti anakku tak memiliki ayah"

"Elle, kau tak takut? " sekarang giliran Edward bertanya serius, "aku seorang ketua Mafia sekarang" jujurnya.

Mereka sama - sama diam.

"Itu hanya sebuah kelompok yang mana kau pemimpin mereka saat disana, selama kau bisa menjaga dan membiarkan aku berada disini" Ellena menunjuk hati Edward, "aku tak kan pernah takut padamu" Jawabnya pasti, ia sudah memilih, hatinya sudah jatuh. Sejak kapan? Ellena tak tahu secara pasti hanya ia merasa tepat saat memilih Edward.

"Itu pasti"

"Ahh... Sudahlah aku ingin tidur" tutur Ellena berpura - pura tidur menghilangkan blushing dipipinya.

Edward terus menggoda Ellena, mengelitiknya sehingga Ellena terus tertawa.

"Kau membencinya? "

Edward terdiam cukup lama, "entahlah" jawabnya mengabaikan luka hati yang diberikan ibu kandungnya.

"Aku ingin mengunjunginya" pinta Edward mengelus permukaan perut Ellena, "baby, Dad boleh mengunjungimu kan? " pintanya kembali, tanpa menunggu persetujuan Ellena.

Ia mencium bibir Ellena dengan lembut sampai lehernya meninggalkan bekas merah disana, perlahan membuka baju yang dipakai Ellena.

Mata nakalnya menatap intens setiap inci tubuh Ellena, Ellena nampak malu memperlihatkan bagian tubuhnya. Tangannya mulai bermain menghilangkan rasa malu Ellena yang mulai terbiasa dengan apa yang dilakukan Edward sekarang.

Mereka sudah terbawa perasaan ingin menyatu, tanpa penolakan Edward melakukannya perlahan.

Menghilangkan rasa sakit yang berganti kenikmatan, melupakan lelahnya perjalan yang siang tadi mereka lakukan.

Dahh... Segitu ajh...

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

Udh bagian ke 25 gk nyangka sama responnya, makasih semua yang udh baca + bintangnya.

Oh iyah Sarah itu bibinya Edward yah...

Tunggu terus kelanjutannya...
Karna masih lama endingnya
Sebenernya aku jga ada niatan buat nulis cerita Abi tpi yahh biasalah kadang masih belum percaya diri jdinya tulis apus terus setiap hari.

100K bentar lgi 😂😂

MAKASIH YG UDH BACA CERITA INI
WALAU PUN AKU TAHU CERITA INI MASIH BANYAK KESALAHANNYA BAHKAN GAK JELAS ATAU PUN GAK SESUAI, KALIAN TETEP SETIA NUNGGU KELANJUTANNYA...

My Baby ( TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang