10# BRIGATA

1.3K 85 64
                                    

"Jangankan ngajak gelud, ngajak mati aja gue ladenin."

BUDAYAKAN FOLLOW,VOTE,COMMENT SEBELUM BACA CERITA CACA:)

Matahari mulai turun namun Bara belum juga turun dari lorong tersebut.

Matanya menelusuri para siswa maupun siswi yang berjalan menuju pintu gerbang SMA Garena.

Anggota Setados yang lain sudah pergi meninggalkan Bara satu persatu.

Dirinya melirik sekilas jam yang berada di tangan kirinya, lalu menghela nafasnya.

Gadis yang ia tunggu tak kunjung keluar dari kelasnya, tampak dari jendela wajah lesu gadis itu yang menerima arahan dari Pak Tarno.

Setelah kurang lebih sepuluh menit akhirnya para siswa maupun siswi kelas itu keluar dan segera pulang.

Bara yang bersandar di tiang lalu menegakkan badanya dan turun mengikuti gadis itu.

Bara terus memperhatikan gadis itu yang menolak tawaran temanya yang mengajaknya pulang bersama.

Hari mulai gelap namun gadis itu tetap duduk di bangku yang di sediakan untuk para siswa menunggu jemputan.

Deruman motor mengalihkan suasananya, "Naik,cepetan," ujarnya.

"Hah?" tanya Vana gadis itu.

"Mau sampe kapan lo nunggu? apalagi yang ga pasti," ucap Bara mengalihkan tatapannya kedepan.

Tak ada respon dari Vana, Akhirnya Bara mematikan mesin motornya.

"Gue udah baik-baik nolongin lo, sebagai senior gue termasuk orang paling baik," ucap Bara membusungkan dadanya sejenak lalu kembali menatap Vana.

"Jadi gimana? lo mau gue anter pulang atau masih mau diem,duduk, bernafas kaya gitu?" tanya Bara lagi karena tak mendapat respon dari Vana.

Vana mendengus kesal lalu berdiri, "Lo tu mau nya apa sih? kadang lo baik sama gue, kadang juga lo jahat, sekarang lo maunya apa?!"

"Gue maunya lo," ucap Bara singkat lalu kembali memasang helm yang sudah ia lepas tadi.

"Buruan naik, gue bukan angkutan umun yang mau disuruh nunggu kaya gini," ujarnya lalu menyalakan mesin hondanya.

"Ogah banget gue sama lo, bisa kena penyakit menular kalo gonjengan sama lo," balas Vana lalu duduk kembali.

"Yaudah kalo gitu, gue cuman nawarin karena sekolah ini angker hati-hati aja gue saranin," ucapnya menakuti Vana lalu pergi.

"WOY! TUNGGUIN GUE TAKUT WOY!" Vana dengan cepat berlari mengejar Bara yang sengaja melajukan motornya.

"Hosh! hosh! woy tungguin ngapa?!" ujar Vana kesal sambil menunduk memegangi lututnya meredakan detak jantungnya yang tak beraturan.

"Makanya kalo di suruh naik nurut, masih mending ada yang mau nawarin, kalo kuntilanak yang dibelakang naw—"

"Gue takut kampret!" ujar Vana menggebu-gebu sambil menaiki motor Bara dengan gerakan cepat bahkan secepat kilat sampai Bara sedikit terhuyung karena terkejut.

Bara terkekeh melihatnya lalu melirik dari kaca spion wajah Vana yang gemetar ketakutan.

"Cepetan woy!" raung Vana kesal saat mengetahui Bara melihatnya dari kaca spion.

"Sabar neng, pegangan dulu nanti abang bawa terbang baru tau rasa," balas Bara menirukan suara tukang ojek.

Vana menempelkan kedua tanganya di helm Bara dengan tepukan yang keras, "Iya-iya! nih udah gue pegang kan, cepetan!"

BARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang