"Gue bukan orang romantis, yang bisa ngasih kata-kata ke cewek. Gue cuman punya satu kalimat yaitu 'I love you'."
Tiga hari setelah kejadian tersebut, Bara menjalankan aktivitas disekolahnya seperti biasa. Begitu juga Vana, mamanya sempat khawatir ketika dirinya tak pulang saat itu dan untung saja Bara mau menjelaskan kejadian Vana diculik didepan gerbang sekolah mereka.
"Nanti lo check up jangan lupa," ujar Vana mengingatkan Bara yang duduk di sampingnya.
Mereka berdua duduk di kursi taman belakang sekolahnya, Angin yang menerpa wajah Vana membuat rambut gadis itu berterbangan, sempat sedikit mengenai wajah Bara.
Ikat rambut berwarna hitam kecil yang berada dipergelangan gadis itu diambil oleh Bara, "Balik coba, gue pengen iket rambut lo," titah Bara membuat Vana mengernyitkan bingung.
"Emang lo bisa? awas aja sampe kusut rambut gue," kata Vana was-was.
"Tenang aja gue ahlinya," ucap Bara meyakinkan.
Bara mengambil rambut gadis itu dan mengumpulkannya menjadi satu, lalu dengan gesit ia memakai kan pengikat rambutnya dan memutar beberapa kali agar pengikat rambut tersebut kencang dan tidak mudah jatuh.
"Selesai kan," ucap Bara melihat hasil karyanya mengikat rambut Vana.
Vana berbalik menghadap Bara, "Kok lo bisa sih? biasanya cowok mana tau hal-hal kecil kayak ngikat rambut cewek," celetuk Vana.
Bara sempat berfikir sebentar, "Gue pernah disuruh nyokap buat ngikat rambut anak temenya nyokap pas masih kecil," jawab Bara diangguki Vana.
"Abis check up kita mau kemana?" tanya Bara.
"Pulang lah, mau kemana lagi emangnya?" balas Vana–Bara menyenderkan badanya di kursi kayu tersebut, "Gue pengen ngajak lo ke tempat favorit gue."
"Tempat favorit? apaan tuh?" tanya Vana penasaran.
"Kedai mochi."
***
Namanya juga indonesia, kalau gak macet bukan indonesia namanya.
"Sumpah greget banget liat yang didepan gak mau ngalah semua," gerutu Vana melihat mobil yang tidak mau kalah di sebuah persimpangan.
"Ngeliat gitu greget, kalo ngeliat gue greget gak?" tanya Bara menyandarkan kepalanya di jok mobil dan membuka kaca jendelanya.
Vana menoleh, "Greget banget, saking gregetnya gue pengen makan lo hidup-hidup," balas Vana membuat Bara mengerucutkan bibirnya kesal.
"Ngambek deh," sindir Vana membuat Bara menggeleng keras.
"Gue gak ngambek kok,"
"Iyain biar bahagia."
"Awh," rintih Bara saat Vana dengan sengaja menekan lukanya yang belum kering.
Mereka sudah selesai check up dan berjalan menuju suatu pantai yang letkanya tak jauh dari rumah sakit.
Vana duduk bersebelahan dengan Bara di kursi bewarna hijau lumut itu, kaki jenjangnya ia luruskan bersamaan dengan ikat rambut yang ia lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA [ON GOING]
Teen Fiction[UPDATE SABTU-MINGGU] Budayakan follow terlebih dahulu lalu baca dan jangan lupa vote dan comment nya, hargai karya saya ya hihi. Bara Amerisium Wilhelm, panggilanya Bara. Cowok yang memiliki badan bagus dan selalu memikat kaum hawa di SMA Garena. K...