Sudah tiga minggu semenjak kekejaman mulut Luna, Luna sudah tidak pernah bertegur sapa lagi sama bule sialan Juna. Dia dan Juna sama-sama kayak orang yang gak bener-beneran saling kenal. Sumpah.
Tapi anehnya Luna kayak merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya. Beneran.
Luna sudah berusaha berfikir alasan apa saja yang harus dia lakukan agar dapat menemui Juna.
Oh ya, Kameranya belum diambil padahal sudah sekitar satu bulan lebih, dia belum ambil juga. Sekarang dia harus menghubungi Juna atau dia kerumahnya aja ya?
Oke. Sudah Luna putuskan Luna akan kerumah Juna secepatnya.
--oOo--
"Ehh Luna apa Rella yah? Ayo masuk! Cari Juna kan? Kebetulan banget dia ada dirumah mukanya kusut mulu. Kalian marahan ya? Galau terus dia, diem mulu bawaannya, biasanya kan dia ceria udah gitu crewet lagi, eh sekarang pendiem kayak orang gak punya tujuan hidup, aduh tante jadi ngomong panjang lebar gini," Rina bercerocos panjang lebar, padalah mereka masih di ambang pintu
"Luna tante. Nggak kok kami baik-baik aja."
"Yaudah yuk masuk dulu,"
Akhirnya sekian lama Luna menunggu kalimat untuk menyuruhnya masuk terlontar dari mulut Mami Juna -Rina- betisnya sudah mulai pegel mendengarkan curahannya Rita
"JUNA, ADA LUNA," Rina berteriak kencang sekali, cempreng juga yaaa
"IYA MI,"
Tak lama kemudian Juna menuruni anak tangga dengan menggunakan celana jeans selutut dan kaos oblong berwarna hitam. Senyum samar tercetak di wajahnya. Akhirnya moment yang dia tunggu datang juga. Luna menghampirinya. Ahaha.
"Yaudah mami tinggal dulu ambil minum ya?"
"Eh, gak usah tan, Luna cuma sebentar kok."
"Udah gak papa sayang."
Rina sudah pergi, kini tinggal mereka berdua yang berada di ruang tamu dengan euforia yang begitu awkward sekali.
"Kenapa La?"
"Itu, gu- gue ah iya itu ambil apa yah, gi-gi mana sih itu loh, ah iya kamera gue. Gimana udah jadi belom?" Luna berkata begitu gugup
"Santai aja kali La, gue masih sama kok kaya kemaren, gak gigit."
Sialan. Dia ngledekin gue ya?
"Lo ngledekin gue ya?!"
"Gak kok. Kemaren sih gue di telfon katanya masih tiga harian lagi soalnya tokonya beneran penuh banyak pekerjaan katanya. Sorry banget ya La?" Juna menjawab dengan wajah merasa bersalahnya
"Ah, yaudah deh, gapapa. Oiya, gue balik dulu yaaa,"
"Eh, bentar gue panggilin mami gue dulu ya"
Juna meninggalkan Luna sendiri dalam keterasingan. Mata Luna sibuk berkeliling ruangan, tidak sengaja menatap foto keluarga Juna, disana ada Juna dan Mami Rina.
Kening Luna berkerut. Kenapa fotonya cuma berdua?
"Eh, Luna gak main dulu? Tadi mami lagi bikinin jus loh, tapi kamu sebentar aja, udahlah disini aja dulu."
"Aduh, gimana ya tan. Tadi abang saya udah nunggu. Maaf banget ya tante, lain kali aja deh."
"Yaudahlah hati-hati ya sayang."
"Iya tante permisi, Jun gue duluan."
Setelah mencium tangan Rina, Luna langsung menuju ke depan. Disana sudah ada Leon yang menunggunya dengan wajah ditekuk.
"Lama banget sih kampret?" Leon bertanya saat Luna sudah sampai dihadapannya
"Ya maaf bang, tadi cuma sebentar kok gak ada acara minum-minuman, cuman ada curhat sedikit tadi," jawab Luna
"Yaudah buruan naik!"
"Ck! Iya iya ah! Bawel amat lo kayak ikan bawal!" Niatnya hanya ingin mengajak bercanda tapi Leon malah
"Yang sopan kamu Luna!" digentak. Huhh nasib-nasib punya abang galak dan brandal tapi sok perhatian eh peduli beneran, sih
Luna duduk dibelakang Leon, motornya melaju meninggalkan pekarangan rumah Juna.
A/n : Lucu yah Luna. Pengen ketemu karena rindu aja perlu cari-cari alesan.
Dasar ceue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
MoonStars [END]
Novela JuvenilKejadian rusaknya kamera kesayangan gadis berwajah baby face disebuah pantai membuatnya membenci seseorang yang telah merusaknya. Hari demi hari mereka lalui bersama. Sampai sebuah rasa mulai tumbuh. Tak hanya ingin mendapat maaf. Sang pemuda juga i...