Seorang gadis tengah memandang ke depan dengan tatapan kosongnya. Harapannya kini musnah saat kakaknya, Liora. Menolak untuk memaafkannya.
Luna kembali murung.
Kembali menyalahkan dirinya.
“Hey. Ngapain sih kamu disini?” Leon yang melihat adiknya melamun segera menghampirinya.
Luna mengerjap. Menatap Leon dengan sendu.
“Bang Leonnnn....” lirihnya sembari mengarahkan kepalanya pada pundak Leon.
“Hey. Hey. Kenapa? Ada apa sebenernya?”
“Apa kesalahan Luna sangat fatal ya bang? Sampe-sampe kak Lio gak mau maafin Luna?” Luna mendongak, menatap dagu Leon yang mulus dan berbelah.
“Kamu ngomong apasih? Liora gak mau maafin kamu? Ya mungkin dia butuh waktu sayang. Jadi kamu sabar aja.”
“Sampe kapan?”
“Sampe Liora bener-bener maafin kamu dan menerima takdir dengan sepenuh hati. Kamu mau nunggu kan?”
Di elusnya rambut adik kesayangannya ini. Sesekali mengecupnya.
Luna tak menjawab pertanyaan Leon. Kini mereka diam.
“Lagi ngapain sih?”
Suara Liam mengagetkan mereka berdua. Ditatapnya Liam dengan sengit, kemudian Luna kembali menaruh kepalanya di bahu kanan Leon.
“Kapan sampainya bang?” Leon bertanya pada Liam
“Tadi, terus gak sengaja liat kalian mellow gini di ruang TV. Yaudah samperin. Kenapa sih kalian, hmm?”
“Menurut abang, Liora wajar gak sih marah gitu?” tanya Leon
“Ya wajarlah. Dari dulu kan Liora emang emosian. Lagian kenapa sih bahas Liora?” Liam menjawab dengan bingung
“Tadi si Luna minta maaf tapi gak dimaafin.” Adu Leon pada Liam. Luna kini tengah memandang abang-abangnya dengan sendu dan masih menutup rapat mulutnya.
“Sabar aja ya. Liora pasti butuh waktu buat maafin kamu dan nerima tadir yang telah di gariskan Tuhan. Jadi kamu tenang aja.”
Ucapan Liam persis seperti Leon barusan. Liam mengelus dan mengecup puncak kepala adik bungsunya kemudian pamit kedalam kamar, ingin mandi.
--oOo--
“KAKK LIOOOOOO AWASSSSS!!!!!!!”
Luna berteriak sembari berlari ke arah Liora yang hendak tertabrak oleh mobil.
Mereka jatuh diatas trotoar.
Posisi Luna masih mendekap erat kakak nya, Liora yang setia memejamkan matanya sampai sekarang.
“Kak. Kita selamat.”
Liora menatap Luna sebentar. Air matanya sudah tak dapat terbendung lagi olehnya. Kini dia menangis di hadapan Luna. Luna yang melihat itu hanya mengernyitkan dahi bingung. Liora kenapa??? Begitu katanya dalam hati
“Lu-Luunaaaaaaa... Gue minta maaf. Gue minta maaf selama ini selalu ngebenci lo. Padahal gue tau kalo semua ini takdir, ini semua takdir yang Tuhan beri, ini semua bukan salah lo. Luna..... gue minta maaf... Gue ngelakuin ini semata-mata karena ngelampiasin rasa kehilangan bunda. Maaf Lunaaaaaa........”
Liora mengucapkannya dengan nada yang bergetar kecil, sesekali dia terisak dan segera mendekap adik bungsunya yang selalu dia benci. Adik yang dulunya dia anggap pembawa sial karena kematian sang bunda.
“Iya kak. Luna juga minta maaf ....”
Mereka kembali berpelukan satu sama lain di jalan tepatnya di atas trotoar. Pengendara dan seluruh orang yang melihat kejadian mereka hanya memandang aneh.
A/n : SAOLOHHHHHHH. KEJADIAN YANG TAK TERDUGA-DUGA.......
ENDING SEBENTAR LAGI ELAH. ADA YANG MAU BERKELUH KESAH GAK SIH?
INI GAK TERLALU KECEPETAN KAN PEMIRSAH????
KAMU SEDANG MEMBACA
MoonStars [END]
Fiksi RemajaKejadian rusaknya kamera kesayangan gadis berwajah baby face disebuah pantai membuatnya membenci seseorang yang telah merusaknya. Hari demi hari mereka lalui bersama. Sampai sebuah rasa mulai tumbuh. Tak hanya ingin mendapat maaf. Sang pemuda juga i...