PROLOG

6.1K 267 1
                                    

Menahan diri agar tidak mengeluarkan amarahnya di tengah kepadatan orang-orang. Ya, itu yang dilakukan Lisa dengan wajah datarnya. Terkadang dia melirik sekilas kepada orang yang tepat berada di sampingnya dengan tatapan dingin.

Mencoba untuk menenangkan dirinya yang sudah kelelahan berdiri. Sekali-kali dia mengibaskan tangannya ke wajah agar panas yang dirasakan berkurang. Cairan bening yang mulai memenuhi wajahnya membuatnya semakin tidak betah berada di tempat itu. Ditambah suara yang begitu berisik yang mengusik telinganya.

"Aku lelah, aku ingin istirahat!" Lisa bergumanng. "Aku ingin pergi dari tempat ini! Suara ini benar-benar menusuk kepalaku, aku bisa sesak jika terlalu lama di tempat ini!"

"Tenanglah, Ibu sedang menghubungi seseorang untuk menjemput mu!"

"Tidak bisakah Ibu sendiri yang mengantar ku?!" Nada bicara yang meninggi membuat orang di sekitar memandangi mereka. Dan sedikit tatapan aneh dari mereka.

"Kau tau Ibu tidak bisa! Dalam beberapa menit Ibu akan berangkat ke Amerika!"

"Benarkah?" Lisa tersenyum menyeringai tidak percaya. "Kalau begitu urus saja pekerjaan Ibu!" Lisa pergi dengan membawa koper yang digenggam erat.

Kemarahan yang tadinya benar-benar ditahan sekarang telah keluar berhamburan. Tidak perduli jika orang di sekitar memperhatikan mereka berdebat. Yang pasti mereka sudah berpegan teguh kepada keinginan mereka masing-masing.

"Lisa!!!" teriak orang yang dipanggil Ibu kepada Lisa yang sudah pergi menjauhinya.

Ibu Lisa adalah seorang yang sangat sibuk, begitu pun ayahnya. Sekarang ibunya akan berangkat ke Amerika untuk menjalankan bisnis yang dia lakukan dengan temannya di sana. Sebelumnya, Lisa dan ibunya pergi dari Seoul ke Busan, dan sekarang Lisa kembali lagi ke Seoul tanpa ibunya, karena urusannya.

Ayah Lisa sudah 2 bulan yang lalu ada di Amerika, dia akan mengurus perusahaannya. Entah berapa banyak perusahaannya sampai-sampai tidak tau ingin tinggal di mana.

Lisa pergi meninggalkan ibunya sendiri di tengah kepadatan bandara. Dia hanya mengoceh dalam hatinya, dan berjalan dengan emosi yang tidak stabil.

Masih dia ingat pesan ibunya sewaktu masih di dalam pesawat. "Ibu akan menitipkan mu di rumah Nenek. Jika kau sudah sampai di sana, kau langsung istirahat saja. Ibu juga sudah mendaftarkan mu disalah satu sekolah di sana. Jadi besok kau sudah tidak perlu mengurus pindahan mu lagi, kau tinggal belajar!"

Dengan api yang mulai memadam di kepalanya, Lisa hanya berjalan lurus tanpa tujuan. Tidak tau siapa yang di suruh ibunya untuk menjemputnya.

Sekilas Lisa mendengar seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Panggilan itu membuat langkah kaki Lisa berhenti sejenak. Entah dari mana asal suara itu, hingga membuatnya menengok kesegala arah.

Seketika pandangannya lurus ke depan, terlihat seorang pria memakai baju hitam polos ditambah topi hitam dengan wajah datar telah berdiri tegak dihadapannya. Pria itu mendekati Lisa dengan langkah kaki kecil dan tatapan datar yang seperti tidak memiliki arti apa-apa.

Dalam sekejap mata Lisa terasa di tusuk-tusuk. Kakinya mulai melangkah. Tanpa dia sadari, koper yang digenggam di tangan kanannya dia lepas begitu saja.

Lengannya mulai mengalung di leher pria itu dan dagunya di letakkan di bahu pria itu membuat tangan kirinya ikut melingkar di pinggang Lisa.

"Aku merindukan mu Nona Kecil," gumang pria itu tepat di telinga Lisa, membuat Lisa semakin erat memeluknya. Terasa dia tidak ingin melepas pelukannya.

First Feeling (The Little Lady and The Crazy Man) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang