24: Broken

1K 108 17
                                    

Sekarang aku tahu yang sebenarnya. Tidak perlu lagi aku mengemis penjelasan dari Jungkook atas semua sikapnya kepada ku selama ini. Itu semua hanya kebohongan belaka, hanya sandiwara untuk memenuhi keinginannya.

Hanya, aku takut, Yoongi tahu semua ini tetapi dia tidak mau memberitahu ku. Mengingat, orang yang selalu membantu Jungkook untuk mendekati ku adalah Yoongi. Jika benar dia juga di balik semua ini, aku sungguh tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan.

Jennie, orang yang telah membuka rahasia Jimin dan pria itu, kurasa dia mengerti perasaan ku. Dia terus mendampingi ku selama perasanku masih panas. Dia setia berdiri teguh di samping ku menatap diriku yang seakan tak memiliki nyawa lagi.

Aku mematung, aku merasa bodoh dan tidak berguna. Akankah aku hidup dengan tekanan serta obat-obatan seperti ini? Aku lebih baik bunuh diri jika seperti ini.

Bagaimanapun juga sekarang nyawaku sudah pergi, mengomsumsi obat-obatan tidak akan mengembalikan ku ke masa hidup yang aku inginkan.

Seorang siswa tiba-tiba datang dan berkata, "yang bernama Lisa, ada yang mencari mu." Sontak aku mengangkat tangan. "Ikut dengan ku," suruhnya lalu pergi.

Aku melirik Jennie sekilas lalu berdiri dari kursi. Aku berjalan keluar ruangan ditemani Jennie mengikuti siswa itu.

"Siapa yang mencari ku?" tanyaku kepada Jennie sambil berjalan. Jennie menaikkan pundak tidak tahu sebagai balasan.

Tidak terlalu jauh dari ku dan Jennie, terdapat sebuah kerumunan dan suara yang berisik. Terdapat juga suara wanita sedang berteriak sangat kencang. Suara itu berasal dari balik kerumunan di depan.

"Kurasa ada yang mengamuk," ucap Jennie memberitahu ku.

Jennie mengangguk lalu menarik ku agar segera dekat dengannya. Melihat kerumunan ini sangat padat sedangkan aku mudah sesak.

Jennie menarik lenganku dan sesekali dia menyuruh orang di depan kami untuk minggir, membuka jalan untuk ku dan Jennie. Ternyata seorang wanita berteriak menuntut para guru yang berbaris di depanya.

Sekilas ciri tubuhnya mirip dengan ibuku, dia membelakangi ku sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya. Dia memakai baju luaran yang panjang sampai lutut dan syal di lehernya. Warna syal itu senada dengan baju luaran yang dia kenakan, abu-abu. Dia terlihat seperti seseorang yang habis dari perjalanan jauh.

Guru-guru menunduk seakan mereka menerima ancaman oleh wanita itu. Sedangkan aku dan Jennie tak kunjung melihat wajahnya, dia masih tetap membelakangi kami.

Suara itu terdengan sangat jelas, aku seperti mendengar suara ibuku. Jennie menarik ku berpindah tempat dari keruman yang sesak ini.

"Di mana Lisa?!"

Aku tersentak kaget mendengar namaku di sebut dengan lantang. Aku perlahan mengangkat tangan gugup sambil berkata, "aku." Semua orang kemudian melirik ku sambil berbisik satu sama lain.

Aku melihat wanita itu dan benar saja dugaanku, dia ibuku. Aku meremas tangan Jennie seketika melihanya.

"Katakan pada Ibu, siapa yang menjatuhkan mu di dalam toilet?" tanyanya menuntut jawaban.

"Ibu, dengarkan aku dulu," pintaku menenangkan Ibuku.

"Cepat kau jawab saja pertanyaan Ibu, Lisa!" tekannya.

Rasanya aku sangat malu menjadi perhatian semua orang, terlebih lagi dengan masalahku tentang terjatuh di dalam toilet. Seharusnya ibuku tidak mengatakan ini di depan semua orang.

Maksudku, aku dan ibu bisa bicara empat mata, atau bersama dengan beberapa guru saja. Jika seperti ini aku sama saja dipermalukan.

"Lisa, kau baik-baik saja?" tanya Jennie kebingungan melihat ku tak kunjung berbicara.

First Feeling (The Little Lady and The Crazy Man) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang