26: Bad Life

358 43 5
                                    

LISA'S POV

Aku begitu terkejut setelah mengetahui apa yang telah dialami Yoongi. Aku melupakan semuanya dan berpusat kepada Yoongi saja. Aku tahu dia melakukannya karena aku, aku adalah alasannya. Aku sangat tahu paman adalah orang tegas dan kasar. Karena itu, aku sangat takut jika dia melewati batas dan menyakiti Yoongi. Aku tida bisa berpikir lagi. Aku akan menemui mereka untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Saat itu, aku membuka pintu rumah dan kemudian mendapati bibi menangis melihat Yoongi mencoba menahan hentaman puluhan cambuk di punggungnya. Ini tidak benar, paman tidak bisa menyiksa Yoongi begitu saja sedangkan aku adalah pangkal dari semua ini. Aku berlari hendak menghentikan paman, namun bibi menahanku dan membiarkan Yoongi tersiksa.

"Tidak, Bibi, lepaskan aku!"

"Jangan ikut campur. Pamanmu saat ini sangat marah, bisa-bisa kau juga kena imbasnya." Bibi memegangiku seraya menahan tangis.

"Kumohon..."

"Tidak! Biarkan dia belajar kali ini."

"BIBI, INI SEMUA KARENA AKU! Paman tidak bisa terus memukinya padahal aku yang salah."

"Berhentilah, Lisa."

Kulihat mata bibi sangat sakit melihat anaknya kesakitan, tetapi apa boleh buat dengan paman yang memandang Yoongi sebagai preman. Ini semua karena Jungkook. Biar pun kusumpahi berapa kali, rasa sakitku tidak akan pernah hilang. Untuk diriku sendiri dan untuk Yoongi, lalu jeluarga ini yang menanggung malu. Walau sikap Yoongi memang salah karena gegabah, tetap saja ini tidak akan terjadi jika aku tidak mengenalnya.

Sangat sakit hatiku melihat pria yang mati-matian menjagaku menanggung sakit yang lebih dariku. Aku berlutu menangis melihat amarah paman membara. Saat mata itu menatapku, aku mengerti itu adalah tatapan seolah dia menyuruhku untuk diam saja. Tetapi aku tidak bisa, jikapun memang dia harus mendapatkannya, ini sudah lebih.

"Paman, berhenti," pintaku menangis, "Kumohon."

"Kali ini kau tidak bisa ikut campur, Lisa." Kudengar Paman sekilas berteriak kepadaku.

"Paman, dengarkan aku." Aku memegan kakinya dan munduk.

"Lisa, hentikan dan pergilah!"

"DIAM!!! BAGAIMANA BISA KAU MENANGGUNG SEMUA INI SEDANGKAN AKU HANYA MENONTONG?!" Yoongi bertukar nenatap hal lain. "Ini salahku, Jika Paman benar-benar marah, maka hukum aku juga."

"Bagaiman ini bisa menjadi salahmu?!" Paman dingin kepadaku.

"Yoongi hanya malakukan tugasnya sebagai seorang Kakak untukku. Bukankah Paman yang menginkan itu? Paman ingin Yoongi menjagaku."

"Lisa, ini terakhir kalinya. Pergi!"

"Dia menjagaku dari para pria yang jahat agar aku tidak terluka." Aku tidak acuh kepada Yoongi. "Dia melakukannya untukku. Jadi hukumlah aku juga."

"LISA!" Yoongi membentakku sangat keras. Namun melihatku tunduk manangis di hadapan Paman membuat hatinya lemah untuk berteriak kepadaku. "Ini salahku, aku mengambil keputusan yang salah," katanya dengan suara lembut.

Tangisku semakin menjadi melihat Yoongi tersenyum dalam keadaan sukar seperti ini. Terasa hatiku yang dicambuk. Di antara orang-orang yang tidak tahu apa-apa, mereka mengakili Yoongi dan mengibarkan nama pria itu sebagai orang yang benar. Walau kami bertemu lewat Yoongi, tetapi aku jatuh cibte dengan perasaanku sendiri. Bukan salah antara aku atau Yoongi, melainkan dirinya.

"Berhenti menyiksanya, Paman. Putramu bukan orang yang memukuli tanpa alasan yang masuk akal." Aku masih berlutu dan menangis.

Walaupun kasar, hati paman tetap luluh kepadaku. Yang dilakukan Yoongi adalah keslaahn, namun alasannya adalah kebenaran. Paman melempar cambuknya lalu pergi meninggalkan kami semua. Aku meluhatnya menaiki tangga, dan saat itu juga aku malihat ibuku juga nenek yang menangis.

First Feeling (The Little Lady and The Crazy Man) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang