25: Yoongi and Jungkook Fight

352 46 0
                                    

Ribuan tetesan air hujan membasahi tubuhku yang kian membeku. Seakan alam ikut merasakan perasaanku saat ini, langit menjadi mendung dan akhirnya tidak bisa menahan air hujan seperti aku menahan air mata. Haruskah aku bertindak setelah ini? Setelah menjerumuskan diri ke dalam kesensaraan yang membekas, kurasa aku tidak akan jatuh cinta lagi. Aku akan kesusahan mengenal cinta untuk yang kedua kalinya. Cinta pertama yang begitu kejam membuat ku takut.

Berdiri tanpa sepatah katapun di jam yang seharusnya aku berada dalam masa pembelajaran. Kabur dari siklus ini lebih baik dan akan membuat ku lebih tenang setelahya. Percaya saja, aku sudah tidak punya harapan. Penyakit ini sudah kedua kalinya berada di tubuhku. Dan kali ini, aku tidak akan bertindak walau aku merasa kesakitan. Walau aku terjatuh di bawah awan hitam dan diselimuti rasa sakit.

Detak jantungku semakin kencang mengingat aku sama sekali belum mengomsumsi obat-obatan. Dan sialnya, dadaku kembali menjadi sesak diringi dengan sakit kepala yang sangat menusuk.

Aku tidak akan kembali ke sekolah, aku sudah di luar zonanya.

"Namun, di sini sangat dingin, sampai rasanya aku ingin mati..."

***

BRUK...

Yoongi masuk ke dalam rumah dengan mendorong pintu sangat keras. Nenek terkejut bukan main, ditambah lagi melihat Yoongi basah kucup membuatnya sangat bingung.

"Apa kau ingin ganti rugi jika pintunya terlepas?!" Neneh marah.

"Di mana Lisa?"

"Harusnya kau yang lebih tahu itu! Dasar anak ini!"

"Apa Lisa menelpon? Atau setidaknya dia memberi kabar baru-baru ini?" Nenek menggeleng seraya mengerutkan alis membuat Yoongi menghela napas sambil mengacak-acak rambutnya. "Astaga, di mana dia?!" Yoongi gusar.

"Sesuatu terjadi? Apa dia menghilang?" Yoongi terdiam dan ragu untuk menjawab. Dia kemudian berlari keluar dari rumah diikuti nenek yang kesal sebab tidak dijawab olehnya.

"Bibi, dia tidak di sini," ucap Yoongi.

Nenek terkejut melihat menantunya berdiri di depan rumah dengan wajah cemas. "Bagaimana kau..." Nenek menatapnya sembari mendekatinya. "Apa Lisa menghilang?" tanya kemudian kepada mereka berdua.

"Maafkan aku..." jawab Yoongi yang jelas mengisyarakan, 'iya'. "Sekarang aku sama sekali tidak bisa menghubunginya."

"Bagaimana ini?! Dia bahkan tidak membawa obat-obatannya. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepada adikmu?!" Nenek sangat cemas.

"Nenek, tenanglah. Aku akan kembali ke sekolah dan mencarinya. Tapi, tolong tenanglah."

"Bagaimana aku bisa tenang?! Jika kau kembali ke sekolah tapi dia tidak ada di sana, bagaimana?!"

"Aku akan mencarinya ke mana pun itu. Jadi, tetaplah di sini dan hubungi aku jika Lisa sudah pulang."

"Aku di sini!" Semua orang menoleh melihatku basah kuyup dengan seragam sekolah.

"Kau! Benar-benar!" Yoongi marah dan memajuhiku seraya bersiap mendaratkan tangannya pada tubuhku yang lemah. Tapi itu tidak terjadi sebab neneknya terlebih dahulu mendekatiku dan menyentuh kedua pipiku.

"Kenapa? Terjadi sesuatu?" tanyanya.

"Aku sepertinya harus beristirahat."

"Apa itu sakit?" tanyanya lagi kuangguki. "Nenek sudah melarangmu, tetapi kau sangat keras kepala!"

"Maaf," ucapku lirih dan memudian menangis memeluk nenek. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuat kalian khawatir."

"Berhenti menangis, Nenek tidak suka melihatmu menangis."

First Feeling (The Little Lady and The Crazy Man) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang