Namaku Bulan Juventia. Hari ini, Senin tepatnya, aku melaksanakan MOS pertamaku di SMA Darma Bangsa, di kota tempat aku dilahirkan, Jakarta. Yang namanya MOS adalah hal yang ditakuti siswa baru. Diperintah ini-itu oleh senior adalah hal yang biasa. Pertama, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdapat 4 senior. Tentunya kelas 12. Ya! MOS dimulai!
Aku dan teman-teman sekelompokku mulai diperintah. Seperti membersihkan kelas yang akan kami gunakan beberapa hari, memperkenalkan diri dengan nyanyi untuk cewek dan joget untuk cowok, membersihkan toilet, hingga membelikan makan siang untuk senior! Untuk yang terakhir ini sampai menghabiskan uang jajanku dan hanya tersisa untuk ongkos pulang.
Oke, aku mungkin lupa memberitahu, aku dan mamaku baru beberapa minggu pindah ke Jakarta, dengan penghasilan mama sebagai designer di butik biasa aku harus menghemat uang jajan untuk membantu mama membayar uang sekolah. SDB memang salah satu sekolah termahal, dan akupun tidak tahu apa motivasi mama menyekolahkanku di sekolah super-mewah ini selain alasan klise para orang tua agar anaknya mendapat pendidikan yang lebih baik.
Setelah mengumpulkan uang, salah satu senior cowok memerintah teman sekelompokku, Andri, untuk membelikan makan siang di kantin. Tak lama setelah Andri keluar, dia masuk dengan senior cowok. Menurutku dia ganteng. Ganteng banget!
"Duduk lo!" perintah cowok itu kepada Andri.
"Apa maksud lo semua nyuruh dia beli makan siang?!" tanya cowok itu yang menunjuk para senior.
Para senior di kelasku hanya diam. Sedangkan kami, para junior, diam-diam memperhatikan.
"Ng..." seniorku yang bernama Jimmy mencoba menjawab.
"Kalo lo semua pada nggak mampu, ngomong! Nanti gua yang bayar! Dari awal gua udah bilang terserah kalian mau nyuruh dan ngehukum apapun, kecuali memeras! Ngerti?!" seru cowok itu.
Sepertinya dia berkuasa sehingga senior lain takut. Tapi tentunya dia bukan ketua OSIS, karena tadi kami sudah melihat rupa sang ketua OSIS. Dia langsung meninggalkan kelas. Terlihat jelas para senior bisa bernapas lega. Kami yang penasaran, melihat senior dengan wajah ingin tahu. Para senior kami bernama Jimmy, Eki, Ratu, dan Putri sepertinya bersiap menjelaskan. Eki menutup pintu.
"Oke, kami akan jelasin..." ucap Jimmy, "Namanya Juno, dia pentolan sekolah. Dia juga siswa yang paling ditakuti junior dan paling disegani anak-anak seangkatannya. Dia selalu buat onar di sekolah, dia nggak segan berantem di depan guru, dan bagi junior yang dia anggap membangkang siap-siap aja nggak aman di sekolah..."
"Dan bukan hanya di sekolah, dikalangan anak SMA Juno juga dikenal sebagai ketua geng yang paling disegani. Walaupun banyak julukan negatif, Juno nggak bahaya kok, tapi kadang berbahaya juga sih. " tambah Putri.
Kami hanya menyimak. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas untuk melihat reaksi mereka, dan aku hanya melihat para cowok dengan wajah takutnya.
"Juno itu orangnya dingin, tapi dia nggak pilih temen, yang mau jadi temennya ya silahkan aja, tapi temen-temennya yang segan sama dia jadi takut duluan. Mungkin untuk beberapa orang yang temenan sama dia, dia itu kayak bank karena royal banget! Setiap ngeluarin uang warnyanya cuma biru sama merah muda. Pokoknya tajir banget deh! Untuk masalah cewek, kata Rezi dan Fahri, temen-temen deketnya, dia itu belum punya pacar, kalo cewek yang coba deketin sih banyak banget, secara kalian tau sendiri dia ganteng banget, tajir tapi nggak pelit, pinter juga walaupun sering buat onar..." jelas Ratu.
"Ada juga pentolan cewek di sekolah kita, namanya Renata. Dia seperti Juno, tapi nggak lebih parah dari Juno. Dan dia sangat terobsesi sama Juno." tambah Jimmy.
"Pokoknya nanti kalian juga akan tau mereka itu gimana. Yang jelas kalian jangan cari masalah sama senior, terutama Juno dan Renata. Ngerti?!" tegas Eki.
Jujur, aku penasaran dengan mereka. Teman semejaku bernama Vio bertanya, "Gimana caranya biar kami nggak kena masalah sama kak Juno atau kak Renata?"
"Kalo untuk Renata lebih mudah, untuk para cewek yang penting gaya kalian nggak ngelebihin Rena, nggak memakai aksesoris yang melebihi Rena, nggak menel, nggak membantah Rena, dan yang terpenting nggak cari perhatian Juno! Untuk cowok sih masih aman, yang penting kalian nggak membantah Rena." jawab Putri.
"Kalau untuk kak Juno?" tanyaku yang mengangkat tangan dan bertanya sepelan mungkin. Takut yang menjadi bahan pembicaraan mendengar.
Ratu hanya menjawab dengan gestur seperti 'gua nggak tau'.
"Yaudah kita keluar sekarang, kumpul di lapangan mau ada instruksi! Ayo cepet!" perintah Eki.
Dengan hanya mendengar cerita para senior, aku sudah bisa membayangkan kalau Juno itu badboy seperti tokoh-tokoh di novel, tapi sampai sekarang aku belum yakin bahwa tokoh di novel itu benar. Who knows?
***
Hallo! This is my first story! Thank you for reading!
And don't judge the story from its first page, guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not A Dream
Teen FictionPertemuan. Awal dari sebuah kenyataan dan harapan. Ataukah akan menjadi sebuah luka yang membekas?