Dua Belas

3.8K 212 4
                                    

"You know what I mean so well, Lan!"

"NO!" tolakku, "cukup Juno dan Renata!" tambahku yang tetap menjaga volume suaraku.

"Gua baru sehari disini, tapi gua nggak nyaman sama sekali karena merasa dikejar psikopat. Kemanapun gua pergi diikutin, walaupun gua akui caranya berkelas" jelasnya, "sekolah ini sangat berbeda sama sekolah gua disana dulu."

"So sorry to hear that. Tapi gua nggak bisa bantu masalah lo. Punya musuh orang yang paling ditakuti cewek-cewek di sekolah udah jadi masalah banget untuk gua. So, gua nggak mau nambah masalah baru."

"Oke gua bisa nerima alasan lo. Tapi untuk urusan sekolah gimana? Gua bener-bener nggak tau harus nanya ke siapa, karena nanya ke temen baru nggak sama seperti nanya ke orang yang udah dikenal. Satu lagi, gua nggak mungkin nanya Bintang di sekolah, kan?"

"Kalo masalah itu, gua masih bisa bantu deh." Delvan terlihat senang dan langsung mengacak rambutku.

"Oh ya, bersikap biasa aja kalo lagi sama gua. Gua nggak mau menimbulkan gosip nggak penting di sekolah, oke?"

"Siap!" balasnya yang tersenyum.

Oke, sekarang aku tegaskan, dia manis. Oh tidak, bukan manis, tapi ganteng! Tubuh tegap, hidung mancung, serta wajah yang mengisyaratkan ketegasan membuatku sedikit terpaku. Ya, Delvan dan Juno, dua sahabat yang benar-benar mirip secara fisik, tentu bukan mirip seperti kembar. Mereka mirip karena memiliki fisik yang membuat cewek dengan mudah suka dengan mereka. Tapi mata Delvan tidak setajam mata Juno. Matanya lebih mengisyaratkan kelembutan.

"Hey, Lan! Kok melamun? Ada yang salah?" Delvan membangunkanku dari lamunan tidak pentingku itu.

"Eh, nggak kok nggak ada."

"Pulang sekolah bisa nunjukin isi sekolahan ini sama gua? Memang sih udah di kasih denahnya sama wakepsek tadi, tapi tetep aja beda. Tadi juga temen-temen cuma nunjukin gedung kelas 11 dan kelas 10."

"Yaudah, gua ke kelas duluan ya!" pamitku.

Tepat setelah aku masuk kelas, beberapa teman cewek mendekatiku.

"Jadi, apa yang baru aja kalian bicarain?" Ayu bertanya to the point.

"Sepertinya agak mesra ya untuk orang yang baru kenal." selidik Vio.

"Dia cuma nanya tentang sekolahan kok, katanya sih lebih nyaman nanya sesama siswa baru daripada sama temen-temennya. Dan dia minta gua jadi guide-nya sepulang sekolah nanti." jawabku setengah jujur.

"Hmm, Lan, lo tau nggak salah satu cewek yang duduk sama kak Delvan tadi?" tanya Vio.

Aku hanya menggeleng. Sebenarnya aku tahu yang dimaksud Vio pastilah Natasha.

"Dia Natasha, adik kandung Renata. Dan sepertinya dia tertarik dengan kak Delvan. Lo tau maksud gua, kan?"

"Tenang aja, Vi, gua tau maksud lo kok. Tadi kata kak Delvan, dia nggak enak minta tolong temen-temennya, gua sih udah tolak. Siapa sih yang mau cari masalah sama pentolan sekolah dan adiknya sekaligus?"

"Bagus deh kalo lo masih sadar..."

"Good luck, Lan! Semoga lo nggak kena masalah sama Natasha, terutama sama kak Juno. Dia kan lagi deketin lo." jelas temanku yang lain, Nadya.

"Mungkin bukan Bulan yang kena masalah sama kak Juno, tapi kak Delvan." Ayu memperjelas.

Tepat setelah Ayu bicara, bel masuk berbunyi. Baru kusadari mengenai Juno dan masalah yang akan ditimbulkan Juno. Mungkin untuk mengatasi nya sementara aku harus melarang Juno ke area kelas 10, kalau bisa melarangnya ke semua tempat di sekolah kecuali area kelas 12, lapangan, dan tempat parkir. Sebenarnya aku bukan takut dengan Juno, melainkan gosip yang akan membuat Juno melakukan tindakan anehnya itu.

It's Not A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang