Sepuluh

3.8K 249 0
                                    

"Om, tante, malam ini Delvan nginap di rumah kami aja ya? Besok Bintang mau ngajak Delvan keliling."

"Sure." balas om Ferdinant singkat.

"Pa, ma, I wanna go out with them tonight, can I?" pinta Delvan.

"Iya, boleh." Tante Jihan mengizinkan.

Mau tak mau aku pun ikut dengan kak Bintang dan Delvan. Kak Bintang mengajak kami ke cafe favoritnya. Untungnya malam ini cafe yang menurutku sangat romantis ini tidak seramai biasanya. Kami hanya memesan minuman.

"Kenapa diem aja, Lan? Gua nggak sekaku yang Bintang bilang kok. Yeah, it's right for some people." ucap Delvan yang sedikit membuatku terkejut karena senyumannya. Terlihat lebih hangat, menurutku.

"Eh, nggak apa-apa kok..." balasku tanpa menyertakan panggilan. Sejujurnya aku memang belum tahu akan memanggilnya apa. Umurnya pun aku belum tahu. Seperti bisa membaca pikiranku, kak Bintang hanya tertawa dan berkata, "Delvan lebih tua setahun dari kamu dek, jadi terserah kamu mau manggilnya apa."

"Hmm, gimana kalo kak Delvan?"

"Terlalu kaku." balasnya.

"Tapi lo kan akan jadi seniornya di sekolah, bro!" timpal kak Bintang.

"Oke, gimana kalo di luar sekolah Bulan panggil gua Delvan aja?" usul Delvan.

"Terserah lo deh, Van!" Kak Bintang menyetujui.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pesanan kami datang.

"Yang penting adalah lo jangan kaget ketika di sekolah, lo kenal gua dengan Juno-si-preman-sekolah ya dengan sedikit meniru sikap dan sifat lo dulu, dingin ke semua cewek." Kak Bintang tersenyum kecil.

"Maybe I'll be your rival as soon as possible, bro!" Senyum singkat dengan wajah tegas itu kembali terlihat.

"Juno, cowok populer yang terkenal dengan wajah ganteng banget, tajir tapi nggak pelit, pinter juga walaupun sering biat onar." jelasku.

"Jadi, itu termasuk pujian, right?" gumamnya, "oh ya, Van, di sekolah gua dan Bulan nggak bilang kalo kami kakak-adik. Gua pura-pura suka sama Bulan karena ada cewek yang bisa dibilang terobsesi sama gua, dia akan melakukan apapun biar nggak ada cewek yang berani deketin gua. Like a movie."

"Dia Renata, cewek yang paling ditakutin cewek-cewek di sekolah." tambahku yang sedikit frustasi.

"Do you think what I'm thinking, bro?" Delvan tersenyum misterius.

"Sejak kapan kita nggak sepikiran untuk hal seperti ini?" Kak Bintang membalas senyum misterius itu.

Oke, aku nggak mengerti apapun.

"Siap jadi cewek spesial untuk 2 cowok keren di sekolah?" tanya kak Bintang yang menatapku.

Aku mulai mengerti maksud mereka. Apa aku tidak salah dengar? Cowok keren? Sure, they're perfect with their own. Tapi Delvan belum masuk sekolah, jadi siapa yang bisa menilai dia keren atau tidak?

"Tolong jangan ngelakuin hal gila lagi. Baru dideketin kak Bintang aja para cewek itu udah seperti ingin mencabikku."

"Kak Bintang, kakak tau kan kalo aku masih kelas 10, baru masuk juga. Cukup aku bantuin kakak untuk jadi cewek bohongan kakak aja ya, nggak lebih." pintaku.

"Oke, Van, rencana gagal." seru kak Bintang kecewa.

"Oh ya, Van, di sekolah kita seperti orang nggak kenal aja ya, gua males diinterogasi cewek-cewek yang kepo sama lo." pintaku lagi.

"As you want."

"Besok ada acara nggak, dek?" tanya kak Bintang.

"Ada, mau nemenin Vio cari dress untuk birthday party dia minggu depan."

It's Not A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang