Delapan

3.5K 249 6
                                    

Otomatis kami semua keluar. Dengan refleks akupun serupa.

“Kecuali elo, Bulan!” timpalnya.

Aku kembali ke tempat dudukku. Juno duduk di sebelahku. Dia berbicara pelan, sangat pelan agar tidak ada yang mendengar kami.

“Tadi ditanya yang aneh-aneh ya?”

“Iya, kak, untungnya kakak dateng...”

“Tapi kamu nggak jawab jujur kan?”

“Nggak, kak, aku aja masih bingung mau jawab apa. Tapi kak, apa nggak ada yang curiga sama nama kita? Nama kita kan hampir sama dan seperti saling berkaitan...”

“Kamu tenang aja ya! Yaudah kalo ada sesuatu bilang kakak ya!”

Juno berdiri dan berkata, “Semua masuk!”

Semua teman-temanku masuk dan duduk di tempat masing-masing.

“Yang mau tanya obrolan tadi langsung ke gua! Jangan tanya ke Bulan!” serunya yang langsung keluar kelas dan pergi bersama kedua temannya.

Ucapan Juno dituruti semua teman-temanku, mereka tidak ada yang bertanya termasuk Vio. Bel masuk berbunyi, kami belajar seperti biasa hingga bel istirahat pertama berbunyi. Kantin kelas 10 sudah ramai. Termasuk beberapa anak kelas 11 dan kelas 12. Para senior bebas ke kantin kelas 10, sedangkan para junior tidak boleh ke kantin para senior. Resiko adik kelas.

Aku, Vio, dan beberapa teman sekelasku ke kantin. Setelah memesan makanan kami memilih tempat. Renata dan teman-temannya kembali menghampiriku. Otomatis wajah teman-temanku yang tadinya ceria berubah jadi ketakutan dan sedikit pucat. Tapi, tidak termasuk aku, karena aku mencoba untuk positive thinking.

“Gua udah peringatin elo kemarin, tapi lo tetep ngedeketin Juno! Lo tau apa yang akan lo dapatin setelah ini?!” seru Renata yang memegang kerah seragamku.

“Ma, maaf, kak... sa, saya nggak ngedeketin kak Juno...”

“Orang bodoh juga tau kalo lo itu ngedeketin Juno!” sergah Renata.

“Stop Renata!” seru Juno dari kejauhan.

Aku sedikit bernapas lega. Juno mendekat. Renata melepaskan kemejaku yang dia tarik dan melihat kearah Juno.

“Dia nggak ngedeketin gua! Gua yang ngedeketin dia! Puas lo?! Sebaiknya lo pergi! Gua nggak mau ngelawan cewek!” sergah Juno.

Juno mendekatiku dan mendekapku.

“Apa sih Jun yang lo lihat dari dia? Apa kelebihan dia? Nggak ada Juno!” balas Renata dengan nada tinggi.

“Pergi sekarang Renata!” tegas Juno.

“Gua nggak akan pergi sebelum lo jawab!” balas Renata.

“Oke kalo itu mau lo! Dia nggak suka sama gua, itu kelebihan dia daripada lo ataupun cewek lainnya! Puas lo?!” seru Juno yang menunjuk Renata.

“Mulai sekarang yang nggak suka sama Bulan bilang sama gua dan kalian langsung berhadapan sama gua! Ngerti?!” seru Juno dengan menunjukkan kekuasaannya, “Vio, ikut gua!”

Darimana Juno tau Vio? Tanyaku dalam hati. Juno mangantarku ke kelas tanpa berkata apapun. Lalu meninggalkan aku dan Vio di kelas. Kamipun saling diam hingga bel masuk. Lalu semua kembali belajar. Ketika istirahat kedua, aku dan Vio hanya mengobrol di kelas. Kali ini tidak berkaitan dengan Juno, melainkan Vio yang curhat mengenai kakak kelas yang dia suka. Yang ternyata adalah Fahri, teman dekat Juno.

Ketika bel pulang aku dan Vio keluar. Juno sudah menunggu di koridor utama. Dia duduk dikursi dan membuat takut para juniornya yang ingin melewatinya. Ketika dia melihatku, dia langsung menarik tanganku. Tinggal beberapa jam lagi kami akan mendapat kebahagiaan yang telah hilang sejak 10 tahun silam.

Kami langsung menuju KUA. Papa dan mama hanya mengundang beberapa orang. Itupun hanya orang kepercayaan papa. Setelah semua selesai kami kembali pulang. Merayakan kembalinya keluarga kami yang pernah hilang.

Setelah detik-detik menegangkan, membahagiakan, sekaligus mengharukan itu selesai. Aku menangis. Kami menangis.

Keluargaku kembali bersatu. Kebahagian itu kini datang kembali menghampiri kami. Keterpurukan telah hilang. Amarah dan dendam terhadap orang yang menghancurkan dan memisahkan keluarga kami perlahan sirna. Semua kuasa Allah. Semua takdir Allah. Masa dimana aku hidup tanpa papa dan kak Bintang hidup tanpa mama terbayar sudah. Aku tak ingin masa-masa kelam itu terulang. Aku tak ingin masa-masa membahagiakan ini berakhir.

Terima kasih atas kebahagiaan yang kembali Engkau berikan pada kami. Terima kasih karena Engkau telah memberikan kepercayaan pada kami untuk membina sebuah keluarga. Satu pintaku pada-Mu ya Rabb, jangan pisahkan kami sampai ajal yang memisahkan kami. Sampai akhir waktu...

***

Hallo, maybe this is the end.
Ceritanya gantung? Atau kurang panjang? Aku mau lanjutin tapi aku butuh vomment kalian, karena aku nggak tau kalian suka atau nggak. As usual, thank you for reading, guys!

It's Not A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang