Empat Belas

3.6K 234 0
                                    

"Van, sepertinya kita jangan pulang ke rumah gua dulu deh,takutnya nanti bibi ngelapor ke mama kalo gua pulang dengan keadaan begini..."

"Yaudah kalo gitu lo bersihin di rumah gua dulu, setelah itu gua antar lo pulang." Delvan tersenyum lembut, dan mau tak mau itu membuatku lebih tenang.

"Thanks, Van!"

"Sorry ya karena gua lo jadi gini, beneran deh ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan rencana gua dan Bintang waktu itu. Gua beneran minta tolong untuk urusan sekolah, dan tadi temen Bintang yang nantang untuk one by one dengan Bintang, yaudah deh gua terima aja tantangannya. Sorry banget, Lan, gua nggak ada maksud apapun..."

"Nggak apa-apa kok, Van, tenang aja gua percaya sama lo."

Sesaat kemudian kami tiba di rumah Delvan. Aku segera membersihkan tubuhku dan mengganti baju, Delvan meminjamkan baju tante Jihan untukku. Setelah itu kami beristirahat di ruang keluarga atas.

"Tadi bibi udah buat hot chocolate, diminum dulu aja, Lan."

"Oke, thanks, Van."

Aku dan Delvan mengobrol tentang sekolah Delvan dulu, walaupun dengan orang lain terlihat dingin, sebenernya Delvan adalah orang yang hangat kalau kita sudah mengenalnya. Beberapa jam kemudian kak Bintang menelepon Delvan untuk menanyakan kami dimana.

Jujur saja aku sangat penasaran dengan apa yang dilakukaan Juno kepada Renata dan Natasha tadi.

Kak Bintang langsung menghempaskan tubuhnya di sofa, berhadapan denganku, "Oke jangan tanya apapun dulu!" ucapnya yang langsung meminum hot chocolate milik Delvan.

"Yang jelas untuk Renata, dia nggak akan berani lagi sama kamu. Karena kakak punya suatu hal yang buat dia nggak bisa berkutik. Sedangkan untuk Natasha, kalo kakaknya aja nggak berani apalagi adiknya." jelas kak Bintang. Dia sepertinya sudah tahu apa yang ingin aku tanyakan tadi.

"Oh ya, lusa ada konser Maroon 5 loh. Untuk permintaan maaf karena kakak kamu jadi begini, kakak punya 2 tiket Maroon 5, kakak tau deh kamu fans mereka! Lo juga kan, Van? Jadi tiketnya buat kalian aja deh." seraya memberikan 2 lembar tiket.

"Really? Thank you so much!" Aku langsung berhambur kepelukan kak Bintang.

"Ih masih bau jus alpukat!" ledeknya yang disambut tawa oleh Delvan.

"Enak aja, aku udah mandi bersih tau!"

"Lo nggak ikut, bro?" Devan bertanya dengan tenang.

"Nggak terlalu suka Maroon 5. Lebih asik balapan sih..." akunya, "eh gua baru beli film nih, nonton yuk!"

Aku mengambil CD yang dipegang kak Bintang dan melihatnya sejenak, "kenapa harus horror sih kak!"

Lagi-lagi kak Bintang dan Delvan tertawa. Memangnya aku selucu itu?

"Yaudah yuk langsung ke home theatre aja!" ajak Delvan.

Selama 2 jam kami menonton film horror, atau mungkin hanya Delvan yang menonton. Kak Bintang tertidur setelah beberapa saat film dimulai. Sedangkan aku, aku sejak kecil tidak pernah mau menonton film bergenre horror. Delvan hanya menertawaiku setiap aku menutup mata atau menyembunyikan wajahku dibalik punggung kak Bintang.

Lagi-lagi perasaan nyaman itu tumbuh lebih cepat, bahkan disaat kami belum genap kenal selama seminggu. Apakah ini yang namanya cinta? Aku belum pernah merasakan perasaan ini. Ini yang pertama. Aku suka melihat senyumnya. Aku suka mendengar tawanya. Aku suka ketika dia terlihat serius memikirkan sesuatu. Dan aku suka berada di dekatnya...

Ketika film itu selesai, aku langsung mengajak kak Bintang pulang.

"Gimana nonton bareng Delvan?" tanyanya yang tetap fokus menyetir.

It's Not A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang