Chapter - 08

14.6K 818 12
                                    

Selamat membaca
Jangan terbawa emosi karena Vano.
Tandai typonya

Dua bulan kemudian...

Mawar menjalani aktivitasnya seperti biasa, sudah dua bulan lamanya Ia tak pernah bertemu dengan Vano, dan terakhir bertemu kala di cafe itu. Hari ini adalah hari minggu, dimana hari untuk beristirahat bagi seorang pekerja seperti dirinya.

Mawar menatap kalender duduknya, bukankah seharusnya minggu lalu dirinya menstruasi? namun hingga detik ini tidak ada tanda-tandanya. Biasanya dirinya akan mengalami nyeri di perutnya saat bulannya itu datang. Pikiran negatif itu menghinggap di otaknya, tidak, ini tidak boleh terjadi.

Mawar meraih tas selempangnya lalu pergi dari rumah, Ia tak menghiraukan panggilan dari mamanya. Ia harus ke apotek. Ia harus memastikan kebenarannya.

Setelah sampai di apotek, Mawar langsung menyebutkan barang yang di belinya. Mawar membeli barang itu 5 sekaligus.

Kini, Mawar sudah berada di kamarnya. Ia mengunci pintu kamarnya itu dan berharap tidak ada yang mengganggunya. Ia mulai mencoba testpack yang di belinya tadi.

"Semoga ini tidak benar" gumamnya.

Kembaran dari Melati itu harus menunggu selama beberapa menit untuk bisa melihat hasilnya.

Tangan lembut Mawar meraih testpack itu, tangannya bergetar. Dirinya memejamkan matanya.

"Dua garis" gumamnya. Napasnya tercekat melihat itu. Masalah baru telah menghampirinya.  Tubuhnya melorot, kakinya bagai jelly yang lembek dan tak kuat menahan berat badannya sendiri.

"Hiks" Mawar menangis sejadi-jadinya. Mengapa dirinya harus hamil.

"Kak Vano" gumamnya, Mawar beranjak dari sana dan menghubungi Vano.

"Kak kita ketemu di cafe, ada hal penting yang ingin ku bicarakan" ucap Mawar, Ia tak menunggu jawaban Vano, Ia langsung mematikan panggilannya.

***
"Kamu mau kemana Mawar?" tanya Gladyss, wanita paruh baya itu melihat mata Mawar yang sembab.

"Mawar keluar sebentar kok ma" jawab Mawar. "Assalamualaikum" ucap Mawar kemudian.

Galdyss menatap Mawar dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ma, Mawar kemana?" tanya Melati yang baru keluar dari kamarnya.

"Mama juga tidak tahu Mel" jawab Gladyss. "Kamu mau ngapain cari Mawar?" tanya Gladyss.

"Aku mau ambil flashdiks tentang jadwalku minggu ini ma. Apa aku ambil saja di kamarnya ya" jawab Melati.

"Iya kamu cari saja, mama antar" ucap Gladyss, Ia ingin melihat keadaan kamar Mawar.

Mereka berdua masuk ke kamar Mawar. Melati mulai mencari keberadan flashdiks itu dan Gladyss duduk di pinggiran ranjang.

"Sudah ketemu Mel?" tanya Gladyss.

"Sudah ma" jawab Melati. "Kalau gitu Melati keluar dulu Ma." ucap Melati.

"Ya, mama mau merapikan kamar Mawar dulu" ucap Gladyss, Ia melihat selimut itu berantakan.

Gladyss mulai menata selimut itu, pandangan matanya menatap pintu kamar mandi yang terbuka. Tidak seperti biasanya, Gladyss melangkahkan kakinya. Matanya menayapu kamar mandi itu hingga terfokus pada empat testpack yang berceceran, matanya membulat sempurna.

"Mawar, ini tidak mungkin." gumam Gladyss, air mata wanita paruh baya itu menetes seketika.

***
"Ada apa Mawar?" tanya Vano lembut.

Luka (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang