Chapter - 13

15.5K 1K 45
                                    

Assalamuakaikum...

Ada yang nunggu gak sih?

Happy reading dan tandai typonya❤

Mereka semua nampak menikmati makan malamnya. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang memenuhi ruangan. Vano tak mengeluarkan sepatah katapun, sama seperti mereka. Hanya keheningan yang terjadi.

"Mawar, kamu makan yang banyak ya" ucap Karin lembut.

"Bener kak, kata dokter kakak harus makan yang banyak. Biar dedek bayinya juga sehat" Naya menimpali ucapan mamanya, rupanya gadis itu mengingat dengan jelas apa yang dikatakan oleh dokter tadi.

Mawar tersenyum dan mengangguk, mertua dan adik iparnya itu baik. Mawar merasa nyaman.

"Huh, udahlah Mama gak usah ngingatin dia. Dia kan udah dewasa udah bisa mikir mana yang terbaik" ucap Vano ketus. Senyum Mawar luntur, mengapa Vano jahat sekali padanya.

Karin menatap putranya nyalang, anaknya itu berubah tidak seperti dulu. Karin tidak habis pikir, jika putranya menjadi seperti ini.

"Jaga ucapan kamu Van" ucap pria paruh baya yang tak lain adalah David. David tidak ingin jika putranya itu sama seperti dirinya dulu.

"Bela saja dia!" balas Vano beranjak dari sana.

Mawar menatap nanar punggung suaminya. Matanya berkaca, hatinya sakit.

"Jangan pikirkan ucapan Vano ya, mama yakin jika Vano akan berubah" ucap Karin. Wanita paruh baya itu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh menantunya.

"Mawar gak papa kok ma" balas Mawar tersenyum.

Seteleh membantu Karin, Mawar masuk ke kamar. Mawar melihat suaminya yang sudah tertidur pulas dengan memeluk bingkai poto Melati. Mawar hanya bisa tersenyum miris, tangannya meraih selimut untuk menyelimuti tubuh suaminya.

Ingin rasanya Ia membuang semua poto Melati, namun dirinya sadar siapa dirinya di hidup Vano. Pernikahannya hanya kesalahan, hanya sebuah bentuk tanggung jawab dan setelah melahirkan nanti mereka akan berpisah. Cintanya sendiri membawa luka baginya, cintanya sendiri menghancurkan kebahagiaannya.

***
Mawar menyiapkan baju untuk suaminya berkerja, tanpa sengaja tangannya menyenggol pigura poto Melati hingga jatuh dan pecah. Vano yang mendengar dari kamar mandi langsung saja keluar dan melihat apa yang terjadi. Matanya terbelak kemudian menatap tajam wanita berstatuskan sebagai istrinya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Vano tajam.

"Maaf kak, aku tidak sengaja menyenggolnya" jawab Mawar lirih, Ia tak berani menatap sang suami.

"Keterlaluan. Sudah ku bilang jangan sekali-kali menyentuh poto kekasihku, tapi apa? kau merusaknya" ucap Vano membentak.

Mawar berjongkok membersihkan pecahan kaca itu dengan hati-hati. Dengan sadar, kaki Vano menginjak tangan Mawar hingga beling-beling kecil itu melukai tangannya.

Mawar mendongak menatap Vano, sakit sekali rasanya. "Kak, lepas. Ini sakit" ucap Mawar bergetar.

"Rasa sakit itu tidak seberapa. Lebih sakit hatiku dari pada tangan kotormu itu" ucap Vano dengan lebih kuat menginjak tangan kanan Mawar.

"Hiks, kak sakit kak" ucap Mawar berderai air mata. Perlahan Vano melepaskan kakinya diatas tangan Mawar.

Tangan Mawar terasa perih dan banyak mengalir darah. Ibu hamil itu mati-matian menahan rasa perih di tangannya.

'ceklek'
Karin terbelak melihat tangan Mawar yang bersimbah darah. Hatinya mendidih kala melihat Vano yang diam saja. Sebenarnya wanita paruh baya itu datang ke kamar untuk memanggil anak dan menantunya sarapan. Tapi apa yang di lihatnya? sungguh miris.

Luka (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang