Chapter - 18

19K 1.2K 122
                                    

Ada yang nunggu gak? atau nunggu aku?

Happy reading guys❤

Vano menarik tangan Mawar hingga memasuki rumah. Vano menatap nyalang kearah Mawar dan siap untuk memakinya.

"Lepas kak sakit" ucap Mawar meronta sakit.

"Itukah selingkuhanmu? atau jangan-jangan kau hamil anak haram itu dengan pria tadi dan melemparkan kesalahan padaku?" ucap Vano, ucapan Vano sungguh menyentil hatinya. Vano meruntuki ucapannya, mengapa Ia bisa kelepasan seperti ini.

'Plak'
Tamparan di pipi Vano bergema dalam ruangan. Hati Mawar sangatlah sakit mendengar ucapan Vano.

Mawar meneteskan air matanya. "Kamu jahat kak, aku tahu jika kita menikah karena keterpaksaan. Jika kamu tidak menginginkan janin ini, cukup kamu diam jangan menghinanya. Aku sudah sering berkata seperti itu ke kamu. Dan asal kamu tahu, dia hanya temanku, demi Tuhan aku tidak berselingkuh seperti kamu" ucap Mawar panjang, Mawar terisak.

Vano terperangah mendengar ucapan Mawar, Mawar membalikkan ucapannya sendiri.

"Aku janji sama kamu kak, aku merelakanmu dengan Melati. Kalian saling mencintai kan? bukan cinta sepihak seperti aku" ucap Mawar.

Vano diam, menatap Mawar dengan dalam. Mawar mencintainya?

"Sudah ngocehnya?" tanya Vano datar.

"Seharusnya kau paham. Kau adalah seorang istri, tidak pantas kencan dengan lelaki lain selain suamimu sendiri" ucap Vano lagi.

"Dan seharusnya kamu ngaca. Mana pernah kamu ngajak aku jalan? nggak kan? kamu selalu nyakitin aku." ucap Mawar.

"Oh ya, kamu tadi juga pergi sama Melati kan? dia memang munafik, bukankah dia jijik dengan bekasku? tapi kenapa malah lengket sama kamu. Kalau aku jadi dia, aku malu" ucap Mawar terkekeh.

"Jangan sekalipun kau menghina kekasihku. Mulut kotormu tak pantas menjelekkannya" desis Vano dengan mengangkat tangan dan segera melayangkan pada pipi Mawar, namun gerakannya terhenti.

"Ayo tampar lagi! tampar" Mawar meraih tangan Vano dan menempelkan di pipinya.

"Terserah kamu kak. Aku akan menunggu hari perpisahan kita" ucap Mawar lirih.

Deg!

Mawar melenggang dari sana, sudah terlalu banyak luka yang Vano tanamkan di hatinya. Jika dirinya sendiri mana kuat menjalaninya.

Vano bergeming, menatap kepergian Mawar masuk ke kamarnya.

"Akh" Vano menjambak rambutnya frustrasi.

Vano beranjak dari sana, Ia teringat jika meninggalkan Melati sendirian di tempat tadi.

Persetan! batin Vano berteriak.

***
Alvian tengah menunggu Melati, kata sekretarisnya gadis itu tengah makan siang dengan seseorang. Berulang kali, pria itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir satu jam Ia menunggu, namun belum ada tanda-tanda gadis pujaannya itu datang. Ia sedikit penasaran dengan siapa Melati makan siang, apakah dengan Vano? pria itu ragu.

Luka (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang