Chapter - 17

18.1K 1.2K 85
                                    

Cus langsung baca aja ya❤

Satu minggu berlalu, Mawar tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Dirinya selalu diam dan bersikap cuek kepada Vano. Hatinya sudah sangat sakit merasakan semuanya. Vano memang tak pernah menghargai Mawar sebagai istri, pria itu memperlakukan Mawar layaknya pembantu.

Seperti sekarang ini, Mawar sudah menyiapkan baju kerja suaminya dan sudah pula menyiapkan sarapan untuk Vano. Sudah satu minggu ini pria itu selalu sarapan yang disiapkan oleh Mawar. Vano mengakui, jika masakan Mawar begitu pas di lidahnya.

"Temani aku sarapan!" pinta Vano tegas.

Mawar terbengong dengan ucapan suaminya. Kesambet apa seorang Delvano mengajaknya sarapan. Sungguh, ini rekor bagi Mawar.

Mawar duduk di samping Vano dan mulai menyiapkan makan untuk Vano. Ia diam dan tak berniat mengeluarkan sepatah kata pun. Mereka makan dalam diam, sesekali Vano mencuri pandang kearah Mawar yang tengah makan. Ada rasa sedikit bersalah dalam hatinya, pandangan matanya beralih pada perut buncit Mawar. Entah mengapa hatinya berdesir menatapnya.

"Apakah kau menyidam?" tanya Vano.

Mawar mengerutkan keningnya bingung, mengapa Vano perhatian sekali. Atau ini hanya trik dari pria itu untuk menjebak dalam cintanya.

"Bukan urusanmu kak. Bukankah kau tidak perduli dengan janin ini?" tanya Mawar.

Skakmat

Vano diam membisu, mengapa Ia bisa bertanya seperti itu pada Mawar.

"Jangan percaya diri, aku hanya bertanya saja. Aku tidak ingin di cap suami yang jahat terhadap istrinya!" balas Vano datar.

"Bukankah selama ini kamu memang jahat kepada ku kak?" tanya Mawar lagi.

Vano tak menjawab, pria itu memutuskan untuk pergi ke kantor. Ucapan Mawar membuatnya tidak bisa berkutik lagi.

Mawar menghembuskan napasnya kasar. Vano memang aneh, Ia merasa jika pria itu hanya menjebaknya saja dengan berpura-pura baik padanya.

"Huh, memuakkan" gumam Mawar.

Jika di tanya apakah Mawar masih mencintai Vano maka jawabannya iya. Hatinya masih bertuliskan nama pria brengsek itu.

***
Affan
Mawar, aku akan menjemputmu. Ferly menangis karena ingin bertemu dengan kamu.

Me
Iya mas, aku juga kangen sama Ferly.

Affan
Terima kasih Mawar.

Mawar tak lagi membalas pesan Affan, Ia sibuk mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan Ferly. Bocah imut itu membuatnya rindu.

Setelah memakai dress longgarnya, Mawar menunggu kedatangan Affan di depan.

Suara klakson mobil Affan membuatnya tersadar, ayah dari Ferly sudah sampai di depan rumah. Mawar beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Affan.

"Sudah siap?" tanya Affan. Ia meneguk salivanya susah, mengapa Mawar hari ini sangat cantik. Bahkan jantung Affan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Iya mas" balas Mawar.

Affan mulai mengendarai mobilnya. Sesekali dirinya melirik pada ibu hamil di sampingnya.

"Kamu sudah meminta izin suamimu untuk bertemu dengan Ferly" tanya Affan.

Mawar bergeming sepersekian detik, izin? bahkan tanpa izin pun sudah pasti Vano mengizinkannya. Apalagi jika pergi jauh dari kehidupannya.

Luka (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang