Chapter - 20

24.1K 1.3K 145
                                    

Ada yang nunggu?


"Bunda disini dulu ya, temeni Felly sampai ayah pulang" pinta Ferly memohon, berharap Mawar mau.

"Tapi, bunda..."

"Felly mohon ya bun. Felly mau belajal baleng sama bunda." ucap Ferly lagi.

Mawar diam sesaat, pulangpun tak ada gunanya. Hanya kesakitan hati yang akan dirasakannya. "Baiklah, bunda temani Ferly" ucap Mawar.

"Makasih bunda" Ferly mencium pipi Mawar dengan cinta, Mawar terkekeh di buatnya.

"Sama-sama sayang" ucap Mawar.

Disisi lain, Affan tak sabar ingin pulang. Tadi Mawar menghubunginya jika Ia tengah berada di rumahnya untuk menjaga Ferly, gadis kecilnya enggan ditinggal oleh Mawar.

Ada rasa bahagia di hati Affan, hati yang selama ini mati kini telah hidup kembali karena adanya Mawar. Affan merasa jika Mawar tidak pernah bahagia dalam pernikahannya, Affan merasa jika Mawar amatlah tertekan menjalaninya.

"Aku akan menunggu jandamu Mawar, karena aku mulai mencintaimu." ucap Affan. Pria itu adalah tipe pria yang setia dan menyangi pasangannya.

***
Vano menginjakkan kakinya di rumah, Ia melihat Mawar yang tengah duduk di ruang tamu dengan mengelus perut buncitnya. Darahnya berdesir, mengapa setiap menatap perut buncit Mawar ada sesuatu yang bergejolak dalam hatinya.

"Mawar" ucap Vano.

Mawar menatap sang suami dengan datar. "Ada apa?" tanyanya juga dengan nada datar.

Vano meraih sesuatu dalam jasnya, pria itu mendekat pada istrinya lalu duduk disampingnya.

"Buat kamu" ucap Vano, Ia memberika kalung yang tadi dibelinya.

Mawar menatap lekat Vano, apa maksudnya belakangan ini bersikap baik kepadanya.

"Apa maksud kamu dengan ini kak?" tanya Mawar.

Vano menghela napasnya pelan, "Aku tidak punya maksud apapun ke kamu. Aku cuma mau kamu pakai kalung ini" ucap Vano.

Mawar bergeming, Ia hanya menatap kalun yang bergelantung di depannya. Kalung itu sangatlah indah.

"Maaf kak, aku tidak bisa menerimanya. Berikanlah pada kekasihmu" ucap Mawar beranjak dari sana.

Vano menatap tubuh istrinya yang mulai hilang dari pandangannya. Hatinya tersentil kala Mawar menolak pemberiannya.

"Ada apa ini" gumam Vano mengelus dadanya.

***

Ting

Melati
Lihatlah, sangat indah kan cincin ini.
Aku sudah tidak sabar menunggu kamu berpisah dari kak Delva. Aku juga tak sabar menjadi istri kak Delva.

Mawar hanya tersenyum sinis, apa Melati mengira jika dirinya cemburu? tidak, Ia tak cemburu sama sekali. Hatinya kini sudah mati untuk Vano.

Dengan cepat Mawar membalas pesan dari Melati.

Me
Aku juga tidak sabar berpisah dari Vano. Oh ya, ternyata kamu munafik ya Mel. Katamu jijik dengan bekasku, tapi kamu malah senantiasa menempel dengan Vano. Gak punya malu!

Disisi lain, Melati geram dengan pesan yang dikirim oleh Mawar. Bisanya Mawar mengoloknya seperti itu, benar-benar tidak tahu malu. Harusnya disini Mawar yang malu karena membuat aib.

"Lihat saja Mawar, aku gak akan rela jika kamu bahagia. Karena aku memperjuangkan cintaku yang kau rusak kebahagiaanku" gumam Melati dengan menggenggam tangannya.

***
Hari ini, Naya bersama mamanya akan datang menengok Mawar. Naya ingin mengobrol dengan kakak iparnya itu.

Disinilah mereka bertiga, duduk saling berbincang di ruang tamu.

"Bagaimana keadanmu nak?" tanya Karin mengelus bahu menantunya.

"Alhamdulillah ma, Mawar baik-baik saja kok" jawab Mawar.

"Kakak gak nyidam apa gitu?" tanya Naya.

"Kebetulan hari ini sih pengen makan yang seger-seger" jawab Mawar.

"Mawar, Vano bersikap baikkan?" tanya Karin memicing, mencari jawaban di mata Mawar.

"Kak Vano baik kok ma" jawab Mawar meyakinkan.

"Kamu yakin?" tanya Karin lagi.

"Iya ma. Kak Vano selalu baik sama Mawar" jawab Mawar, mertuanya itu tak boleh tahu jika dirinya dan Vano ada masalah. Biarkanlah waktu yang menjawabnya.

"Syukurlah kalau gitu. Mama jadi lega mendengarnya" ucap Karin.

"Kak, kapan-kapan kita jalan ya" pinta Naya.

"Naya, kamu gak lihat kakakmu itu lagi hamil. Jangan diajak jalan mulu. Jalan saja sama mama" ucap Karin menatap putrinya.

"Aih, mama kan udah tua. Enakan jalan sama kak Mawar" ucap Naya memutar bola matanya.

Karin menjitak kepala Naya, dasar anaknya itu. "Mama potong uang sakumu selama seminggu" ucap Karin.

"Hah, seminggu? jangan dong ma, Naya kan waktunya beli bedak, lipstik, fondation, handbody, minyak wangi, maskara, blush on, eyeliner, softlen, kutek." ucap Naya menyebutkan make up nya satu persatu. "Bisa gak make up seminggu" gerutu Naya.

Mawar mengulum senyum melihat adik iparnya itu, mengapa Vano tak seasyik adiknya ini.

***
Seperti biasa, Vano pulang bersama Melati dan seperti biasa selalu makan malam hasil masakan Mawar tanpa tahu malu.

"Kak, nanti suapin aku ya" pinta Melati manja.

"Iya sayangku, apasih yang gak buat kamu" ucap Vano tersenyum lembut.

"Makasih kak, kakak selalu bisa buatku bahagia" ucap Melati.

"Dan kalian selalu bisa membuatku sakit hati" batin Mawar, telinganya mendengar jelas perbincangan mesra mereka.

"Ngapain sih masih disini? ganggu aja" sarkas Melati.

"Santai saja Mel, habis minum susu aku pergi dari sini kok" jawab Mawar menyeringai.

"Bagus deh kalau kamu sadar" ucap Melati.

Mawar memutuskan untuk duduk di sofa, Ia menyalakan televisi sebagai hiburan di malamnya ini.

Mawar meraba perut buncitnya dengan lembut. Mengelus anaknya dari luar. "Selalu sehat ya anaknya ibu, ibu sayang sama kamu nak" gumamnya lembut.

Ting

Mas Affan.
Malam Mawar, kamu lagi apa?

Me
Lagi nonton tv mas, Ferly udah tidur ya?

Diseberang sana, Affan mengerucutkan bibirnya. Mengapa Mawar mencari putrinya? mengapa bukan dirinya saja. Padahal dirinya yang merindukan wanita itu.

Mas Affan.
Ferly udah tidur, kamu kok belum tidur?

Me
Belum ngantuk mas.

Mas Affan.
Lekas tidur, tidak baik ibu hamil begadang seperti ini.

Mawar tersenyum tipis, Ah Affan begitu perhatian kepadanya membuat hatinya tersanjung.

Me
Iyaya mas, sebentar lagi.

Mas Affan
Good Night.

Mawar tak lagi membalas pesan dari Affan, Ia hanya tersenyum tipis. Tenggorokannya amatlah kering, Ia beranjak dari duduknya menuju dapur.
Ternyata disana masih ada Vano, Mawar hanya bersikap cuek saja. Mawar menuang air ke dalam gelas.

"Aku masuk dulu ya sayang. Mau ganti baju dulu" ujar Vano.

"Iya sayang" balas Melati mesra.

Melati menatap Mawar yang tengah meneguk air itu, senyum sinis tercetak jelas di bibirnya. Kaki jenjang Melati mendekati Mawar.

"Cuci piring kotor gih, enek lihat barang kotor. Kaya kamu" ucap Melati menatap Mawar penuh kebencian.

Mawar tersenyum manis pada Melati. "Tangan kamu gak sakit kan? cuci saja sendiri, itukan bekas piring kamu sendiri" tolak Mawar.

"Lalu apa gunanya kamu disini? kamu itu cuma dianggap pembantu saja, buktinya tidur saja gak seranjang" ucap Melati terkekeh.

"Memang benar Mel, aku tidur gak seranjang sama kak Vano. Tapi aku istri sah nya, seharusnya kamu ngaca, siapa kamu dan siapa aku." ucap Mawar sedikit emosi.

"Udah deh Mawar, meski kamu kembaranku aku gak akan rela melihat kamu bahagia bersama kak Delva. Dia cuma cinta sama aku" ucap Melati.

"Kamu itu cuma jalang. Jadi gak ada apa-apanya dibanding aku" ucap Melati lagi.

Mawar bergeming menatap Melati, bisanya dia mengatainya dengan sebutan tak pantas.

'Plak'
Tangan Mawar menampar keras pipi Melati hingga merah, kesabarannya sudah habis.

"Apa-apaan kamu?" gertak Vano, pria itu tiba-tiba muncul.

"Kak, sakit" rengek Melati menangis. Entah itu tangis sesungguhnya atau kepura-puraan saja.

Vano menatap nyalang kearah Mawar, emosi sudah di matanya.

'Plak'
Vano menampar pipi Mawar kanan dan kiri, darah segar dari bibir ranum Mawar mengalir. Menyisakan rasa perih di sana.

"Ini balasan karena telah menyakiti kekasihku" ucap Vano emosi.

Mawar hanya bisa meneteskan air matanya, lalu buat apa kemarin Vano bersikap baik jika akhirnya kembali menyakiti dirinya lagi.

"Kak sakit" rengek Melati, gadis itu memegangi pipinya yang merah.

Vano melihat kekasihnya yang kesakitan, lalu menatap Mawar. Dirinya masih emosi dengan apa yang di lakukan Mawar pada Melati. Dengan keras, Vano mendorong tubuh Mawar. Perut Mawar terbentur keras sudut meja makan hingga membuat wanita itu kesakitan.

"Akh, perutku" Mawar memegangi perutnya. Darah segar itu mengalir dari pangkal pahanya.

Tanpa belas kasih, Melati dan Vano meninggalkan Mawar sendiri di sana.

"Kak, tolong aku. Perutku sakit" ucap Mawar lirih.

"Ya Allah, lindungi anakku"

"Mas Affan" gumam Mawar, Ia meraih ponselnya dan menghubungi Affan untuk meminta tolong.

"Mas, tolong aku perutku sakit sekali" ucap Mawar lirih, kepalanya sangat pusing.

Mawar sudah tidak kuat menahan pusingnya, ia pingsan disana dengan darah yang tak henti mengalir dari pangkal pahanya.


Maaf banget, tadi belum selesai ngetik tapi ketekan publish, maaf atas ketidaknyamanan kalian.

Hayo, ada yang kesel gak baca part ini?

Mana timnya Affan-Mawar?

Mana timnya Vano-Mawar?

300 vote untuk chapter 21 ya guys..

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian❤

Kediri,
07 Juli 2019.

Revisi
10 Juli 2021

*

*******************❤❤❤********************

Siapa tahu ada yang minat,Di versi novel ada tambahan part yang tidak ada di wattpad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa tahu ada yang minat,
Di versi novel ada tambahan part yang tidak ada di wattpad. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi di 085804221334

Aku tunggu ya guys...

*******************❤❤❤*********************

Luka (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang