Ada yang nunggu?
Jangan lupa klik bintangnya dulu guys...
Happy reading dan tandai typonya❤❤❤
Mawar mengelus perut buncitnya, tidak terasa sudah 6 bulan lamanya anaknya itu bersemayam dalam tubuhnya, tendangan-tendangan ringan membuatnya terharu. Itukan anaknya?. Mawar lebih banyak diam, dirinya sangat malas berhadapan dengan suaminya, terlebih lagi jika Vano datang bersama Melati.
Entahlah, mengapa Melati berubah. Melati sekarang justru malah bersikap cuek dan sering menatap Mawar dengan tatapan sinis dan terkesan tatapan kebencian. Mawar tidak ambil pusing, Ia hanya cukup diam melihat tingkah Melati yang tidak tahu diri itu.
Seperti sekarang ini, Vano dan Melati tengah bersiap menikmati makan malam yang dimasak oleh Mawar.
"Loh, kok kamu ada di sini sih.?" tanya Melati yang melihat Mawar duduk.
Mawar menatap Melati, dalam hatinya ingin sekali mengusirnya dari sini. Tanpa banyak kata, Mawar beranjak dari duduknya dan pergi menuju kamarnya. Tak ada pembelaan dari Vano, pria itu hanya menatap datar ke arah Mawar.
Mawar menuju kamarnya, Ia berdiri di balkon menatap malam yang sunyi. Tangannya terulur mengelus perutnya dengan lembut.
"Sebentar lagi kita akan pergi dari neraka ini nak. Mama akan selalu menjagamu, menjadi papa buat kamu nak" gumamnya tersenyum miris.
Sangat di sayangkan jika Vano membenci janin yang dikandungnya, tak apa membencinya asal bukan anaknya.
Ting
Mawar melihat ID panggilannya, nama Affan yang tertera di sana. Dengan cepat tangannya menggeser tombol hijau itu keatas.
"Bunda, Felly kangen bunda." ucap Felly sumeringah menatap Mawar. Wanita yang telah di anggap bundanya sendiri.
"Hai sayang. Bunda juga kangen sama kamu" Mawar tersenyum ke arah gadis cilik itu.
"Bunda, kapan kita bisa beltemu?" tanyanya di seberang sana dengan sedih.
"Em, kapan ya? kalau besok gimana? bunda jemput Ferly di sekolah?" tawar Mawar.
"Oke bun, besok Felly tunggu ya" ucap Ferly senang.
"Siap" ucap Mawar dengan mengangkat jempolnya.
"Hai Mawar, kamu lagi apa?" tanya Affan.
Mawar melongo, ternyata Affan ada di sana.
"Hai Mas. Aku lagi santai aja mas, lihat taburan bintang" jawab Mawar.
"Makasih ya, kamu sudah mau menuruti keinginan Ferly" ucap Affan.
"Sama-sama mas. Aku sayang sama Ferly" balas Mawar.
***
Mawar melangkahkan kakinya menuju dapur, ternyata Melati dan Vano masih di sana. Mawar hanya bersikap cuek saja. Vano melihat istrinya yang tengah membuat susu hamil, dirinya terpekur menatap Mawar.
"Sayang, kamu gak pulang? ini udah malam loh" ucap Vano.
Melati berdecak menatap kekasihnya. "Kamu ngusir aku?" tanya Melati geram.
Vano gelagapan. "Bukan begitu maksudku sayang, nanti kalau mama dan papa mencari bagaimana?" tanya Vano menjelaskan. Ia tak ingin membuat kecewa kekasihnya.
Melati bergeming, memikirkan ucapan Vano barusan. "Baiklah, aku akan pulang sekarang" ucap Melati.
"Kiss me please" ucap Melati menunjuk pipinya dengan telunjuknya.
Vano mencium singkat pipi Melati, Ia mencium penuh dengan cinta. Setelah itu, Melati meninggalkan rumah milik Vano.
Mawar mencoba menulikan pendengarannya, hatinya sangat sakit, mengapa Melati setega itu padanya.
Mawar meneguk susu itu, setelah mencuci gelasnya Mawar beranjak dari sana.
"Mawar" ucap Vano memanggil Mawar yang hendak masuk kamarnya.
Mawar membalikkan badannya dan menatap Vano penuh tanya. "Ada apa?" tanya Mawar datar.
"Temani aku makan malam" ucap Vano dengan menggandeng tangan Mawar. Mawar melongo, apa maksud suaminya ini?.
Mawar hanya megikuti langkah Vano menuju ruang makan. Ia masih bergelayut manja dengan pemikirannya barusan, apa otak Vano terbentur? itulah pikiran Mawar saat itu.
"Ambilkan aku makan" ucap Vano melembut.
Mawar mulai menyiapkan makanan untuk Vano lalu menyodorkannya.
"Buka mulut kamu" ucap Vano. Mawar terperangah di buatnya.
"Haa" ucap Vano.
Perlahan Mawar membuka mulutnya dan menerima suapan dari Vano, apakah ada maksud lain yang Vano persiapkan untuk menjatuhkannya nanti. Jantung Mawar berdetak dua kali lipat lebih cepat, Ia menatap Vano sekilas. Mengapa saat Ia ingin melepaskan cintanya Vano malah bersikap manis padanya.
"Kamu harus makan yang banyak" gumam Vano tegas.
Mawar menerima suapan dari Vano hingga akhir. Perutnya kini sudah terasa kenyang.
"Makasih ya kak" ucap Mawar lirih.
Vano tersenyum hangat pada istrinya, inikah wanita yang selalu di sakitinya? tetap baik kepadanya bahkan selalu menyiapkan kebutuhannya.
"Iya. Sekarang kamu istirahat" ucap Vano, tangannya terhenti kala ingin meraih piring kotor bekas mereka makan.
"Biar aku yang mencucinya" ucap Vano.
Mawar menatap Vano tak percaya, mengapa Vano berubah sedrastis ini.
***
Seperti janjinya, Mawar kini tengah menunggu Ferly keluar dari kelasnya. Ibu hamil itu tidak sabar untuk bertemu dengan gadis cilik itu.
Tak lama dari itu, gadis cantik itu keluar dari pagar dan memeluk kaki Mawar.
"Hai sayang" ucap Mawar lembut.
"Bunda, kita pelgi jalan-jalan ya" pinta Ferly.
"Iya, Ferly mau jalan kemana nak?" tanya Mawar mengusap rambut Ferly gemas.
"Kita beli es klim ya"
"Oke. Kita berangkat sekarang" ucap Mawar.
Mawar akan membawa Ferly ke kedai es krim milik Risa. Berbicara tentang Risa, kini sahabat Mawar itu telah menjadi pengusaha. Bahkan kabarnya, Risa dan Rendy akan melangkah ke pelaminan.
"Nah, sudah sampai" ucap Mawar.
Setelah membayar argo taksi, Mawar menggandeng tangan mungil itu keluar. Kebetulan sekali, disana ada Risa yang tengah melayani pelanggannya.
"Ris" ucap Mawar melambaikan tangannya, tak lupa Ia tersenyum lebar pada sahabat baiknya itu.
Risa tersenyum hangat melihat kedatangan Mawar, sudah lama Ia mengundang sahabatnya itu untuk datang kesini tapi bari kali ini bisa datang. Mata Risa menatap adanya gadis kecil cantik yang berada di gandengan Mawar, siapa bocah itu. Tidak mungkin anaknya Mawar kan?.
"Kita duduk disana yuk" ucap Risa.
Mawar dan Ferly mengikuti langkah kaki Risa hingga mereka duduk di bagian pojok.
"Ferly mau es krim rasa apa?" tanya Mawar.
"Felly mau lasa coklat" jawab Ferly.
Setelah memesan es krim, Mawar menatap sahabatnya. Sungguh, dirinya merindukan masa-masa kuliah, masa-masa bersama suka dan duka bersama Risa. Di saat terpuruk seperti ini hanya Risa yang memberikan semangat.
"Anak siapa?" tanya Risa dengan melirik Ferly yang tengah bermain game di ponsel milik Mawar.
"Anaknnya pak pol" jawab Mawar.
"Pak Pol? siapa?" tanya Risa, sungguh Mawar selaku saja bermain teka-teki.
"Anaknya mas Affan. Mas Affan adalah seorang polisi mangkanya aku panggilnya pak pol" jelas Mawar yang di akhiri dengan kekehan.
"Oh gitu. Tapi kok nempel banget sama kamu. Kaya ibu dan anak saja" ucap Risa.
"Silakan menikmati" ucap pelayan dengan meletakkan dua cup es krim.
"Makasih mbak" ucap Mawar.
"Bunda, suapin Felly ya" pinta Ferly menatap Mawar.
Risa mengernyit, Ferly memanggilnya 'Bunda'? sebenarnya apa hubungannya dengan Affan dan anak ini.
"Bunda?" beo Risa.
"Panjang ceritanya Ris" ucap Mawar.
"Lo kudu cerita ke gue" pinta Risa.
"Iya iya, tapi gak sekarang" balas Mawar malas.
"Oh ya, gimana sama kandungan lo? sehat kan?" tanya Risa.
"Alhamdulillah, tiga bulan lagi gue bakal lahiran. Gue gak sabar pengen gendong dia" ucap Mawar.
"Semoga lo dan anak lo selalu sehat ya" ucap Risa.
"Aamiin".
Mawar dengan telaten menyuapi Felly, Ia juga mengusap es krim yang belepotan di area mulut Felly.
"Habis ini kita ke mall yuk, gue mau beli bahan es krim" ajak Risa.
"Ferly mau ikut gak nak?" tanya Mawar.
"Mau bun, Felly mau sama bunda terus" ucap Ferly.
Di lain tempat, Vano dan Melati kini berada di mall tepatnya di toko emas. Melati memutuskan membuang cincin lamarannya dengan Vano waktu itu. Gadis itu ingin cincin baru.
"Gimana kak, bagus gak?" tanya Melati dengan menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya.
Vano mengangguk, cincin itu sangat anggun di jari lentik Melati. "Cocok buat kamu sayang" balas Vano.
"Mbak, bungkus ini ya" ucap Melati pada pegawai toko itu. "Kak, aku ke toilet dulu ya" ucap Melati.
Vano kembali menatap kalung indah yang berjejeran di etalase. Tak tahu kenapa Ia teringat Mawar. Pasti leher jenjang Istrinya itu akan terlihat lebih menawan jika memakai kalung itu.
"Mbak, tolong bungkus kalung ini ya. Dan pisahkan sama cincinnya" ucap Vano.
Setelah membayarnya, di waktu yang bersamaan Melati datang dan bergelayut manja di lengan Vano.
Di tempat yang sama, Risa, Mawar dan Ferly tengah berjalan menuju toko perlengkapan bayi. Risa memaksa Mawar untuk memilih baju dan sepatu untuk anaknya nanti. Risa ingin membelikan untuk keponakannya itu.
"Eh, itu kan Vano dan Melati kan?" tanya Risa memastikan. Pandangan mata Mawar mengikuti pandangan mata Risa.
"Toko emas? untuk apa mereka disini?" batin Mawar, Ia melihat jika Melati senantisa melihat jarinya. Bisa ia pastikan jika mereka membeli cincin.
"Kita pulang aja Ris. Gue capek" ucap Mawar lirih. Sakit, itulah yang Mawar rasakan. Apa tidak bisa mereka menghargainya sedikit saja.
Sungguh Vano dan Melati tidak punya hati, mereka sangatlah pintar membuat hati Mawar sakit.
Risa hanya mengangguk mengikuti langkah Mawar, Risa tahu jika hati sahabatnya itu tengah remuk. "Semoga lo bisa dapatin pria yang jauh lebih baik dari si brengsek itu" batin Risa dengan menatap sendu Mawar.Assalamualaikum semua...
Selamat pagi...Tuh, mas Vano mulai swett sama Mawar😁😁
Next gak?
Kediri,
06 Juli 2019Revisi
10 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka (Proses Terbit)
RomanceCerita kolaborasi dari Wife Hurt dan Fall In Love With My Husband. Cinta segitiga antara Mawar, Melati dan Vano. Vano dan Melati saling mencintai, hal itu yang membuat Mawar memendam rasa sakitnya. Ingin rasanya merebut Vano dari kembarannya sendiri...