Chapter - 10

17.4K 891 21
                                    

"Kamu akan menikah dengan Vano secepatnya" ucap Keenan tegas.

"Nggak, Mawar gak mau pa. Melati yang akan menikah dengan kak Vano." ucap Mawar menolak, seharusnya dirinya senang bisa menikah dengan pria yang dicintainya, tapi bukan dengan cara seperti ini.

"Sudah cukup kamu membuat malu keluarga kita. Menikah dengan Vano atau kamu keluar dari sini dan jangan menganggap kami ini orang tua kamu" ancam Keenan.

Mawar bergeming. Pilihan yang sangat sulit baginya. "Mawar, kamu mau ya nak. Penuhi permintaan papa" ucap Gladyss lembut dengan nada memohon.

Mawar masuk ke kamarnya, saat Ia melewati kamar Melati dirinya melihat kembarannya itu menangis pilu. Ia tak tega melihat keadaan Melati seperti itu.

Mawar memutuskan untuk menghampiri Melati.
"Mel"

Melati menatap nyalang Mawar, tatapan tajam yang bergitu menghunus Mawar.

"Maafin aku Mel, aku terpaksa menerima pernikahan itu." ucap Mawar sendu.

"Sudahlah, gak usah berpura-pura. Seharusnya kamu senang bisa mendapatkan Vano" ucap Melati.

Mawar menggeleng, Ia tak bahagia dengan semua ini. Bahagianya tidak ada gunanya kala melihat Melati terluka seperti ini.

"Mel, aku akan bercerai setelah aku melahirkan nanti. Dan kamu akan bersama kak Vano lagi." ucap Mawar dengan menatap Melati.

"Dan aku menerima bekas darimu. Aku jijik Mawar. Sekarang kamu keluar dari kamarku. Aku muak sama kamu!" ucap Melati menggebu pada Mawar.

Mawar keluar dari kamar Melati, hatinya sakit mendengar kata bekasnya. Pasti dirinya sangat menjijikkan.

***
Pagi ini, Mawar bersiap berangkat ke kantor. Melati tadi meninggalkannya, biasanya mereka akan berangkat bersama. Pagi ini juga tidak ada sarapan seperti biasanya. Ini pasti karenanya. Mawar hanya bisa tersenyum miris melihat semua ini.

"Kamu mau kemana Mawar?" tanya Gladyss yang hendak berangkat.

"Mawar mau ke kantor ma" jawab Mawar tersenyum.

Gladyss menatap sendu Mawar, tadi pagi sebelum Melati berangkat. Melati berpesan pada Gladyss jika Mawar tidak perlu repot bekerja, karena Melati tidak mau jika Mawar menjadi sekretarisnya lagi.

Gladyss menggandeng Mawar lalu mengajaknya duduk di sofa.  "Ada apa ma?" tanya Mawar.

"Melati bilang, jika kamu tidak lagi menjadi sekretarisnya" ucap Gladyss. Mawar tercenung, matanya berkaca. Sebenci itukah Melati padanya.

"Tapi ma, Mawar juga punya hak akan kantor papa. Mengapa Melati seenaknya padaku.?" tanya Mawar pada Gladyss, bahkan suaranya terdengar serak karena menahan tangis.

"Atau karena dia atasan Mawar ya ma. Jadi aku di pecat" ucap Mawar lagi.

"Sayang, kamu di rumah saja ya. Kamu harus jaga kandungan kamu" ucap Gladyss. "Mama juga tidak tahu mengapa Melati bilang seperti itu. Mama yakin, kalau Melati tak ingin kamu kelelahan dalam berkerja" lanjutnya.

Mawar diam. Dirinya sudah tak tahu lagi harus berkata apa. Melati benar-benar membencinya sekarang.

"Mawar ke kamar ma" ucap Mawar kemudian.

Dadanya sesak, Ia tak kuat menahan semua ini sendiri. Risa, nama sahabatnya itu terpintas di otak cantiknya.

Me
Ris, kita ketemu yuk. Aku mau cerita sama kamu. Kamu mau ya, Pliss🙏🙏

Risa
Kapan? Aku tuh juga kangen sama kamu. Gimana kalau tempat biasa kita nongkrong?

Me
Iya disana saja, nanti jam 9 ya.

Luka (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang