Chapter - 12

15.6K 895 44
                                    

Up lagi guyss

Happy reading dan tandai typonya❤

Siang ini, Vano dan Mawar sudah sampai di rumah milik David. Karin menyambut menantunya dengan senyum yang mengembang, begitu pula dengan Naya. Gadis itu tersenyum manis kepada kakak iparnya itu.

"Kalian sudah datang" ucap Karin. Mawar tersenyum lembut kepada mertuanya.

"Vano capek ma, Vano langsung ke kamar" ucap Vano datar seraya membawa koper besar milik Mawar. Mawar tersenyum kecut melihat suaminya.

"Kita masuk kak" ucap Naya.  Mawar mengangguk mengiyakan.

"Kamu sudah makan nak?" tanya Karin menatap wajah ayu Mawar.

"Sudah ma" balas Mawar.

"Nay, antar kakakmu ke kamar. Dia harus beristirahat" ucap Karin pada Naya.

"Ayo kak, Nay antar" ucap Naya.

Mawar mengikuti langkah Naya, letak kamar Vano berada di lantai dua rumah ini.

"Ini kamarnya kak" ucap Naya.

"Makasih ya Nay" Mawar tersenyum tulus pada adik iparnya. Dulu Mawar takut jika adik iparnya ini tak menyukainya.

Mawar memasuki kamar suaminya dengan rasa gugup. Ia masuk dan melihat banyak foto kebersamaan suaminya dengan Melati, lagi hatinya nyeri saat ini.

"Ngapain masuk ke kamar?" tanya Vano sinis.

Mawar bergeming, apakah dirinya salah memasuki kamar suaminya sendiri.

"Kalau ditanya tuh jawab. Malah membisu" ucap Vano lagi.

Bukankah lebih baik diam dari pada menjawab pertanyaan Vano yang menyentil hatinya.

"Aku cuma mau istirahat kak. Kepala ku pusing" jawab Mawar kemudian.

"Aku tidak ingin tidur seranjang denganmu. Kamu tidur di sofa. Aku tidak mau kasurku menjadi kotor seperti dirimu" ucap Vano.

"Kak, apa salahku? kenapa kamu begitu membenciku?" tanya Mawar serak. Air matanya siap tumpah kapan saja.

"Kamu yang menjebakku malam itu kan? rupanya kau belajar menjadi jalang?" tanya Vano, hati Mawar terasa sangat perih. Dirinya bukan wanita seperti itu.

"Jaga mulut kamu. Aku bukan jalang dan bukan aku yang menjebak kamu." ucap Mawar tegas.

Vano mendekat pada Mawar lalu mencengkram dagunya kencang membuat wanita itu meringis menahan sakitnya.

"Jangan pernah berharap ada kebahagiaan disini. Pernikahan ini akan membawamu dalam penderitaan." ucap Vano menyeringai dan menghempaskan dagu Mawar.

"Jangan pernah aku akan mencintaimu dan anak haram itu. Karena bagiku, kalian hanyalah sampah yang kupungut" ucap Vano tajam.

"Jika aku dan anakku sampah. Berarti dirimu adalah pemulung." balas Mawar datar.

'Plak'
Tamparan keras itu mendarat dipipi kiri Mawar, rasa nyeri itu menjalar terasa sakit.

"Jangan pernah membantahku. Aku tidak suka itu" ucap Vano emosi.

Mawar meneteskan air matanya. Bukan karena dagunya tapi hatinya yang sakit. Belum genap seminggu pernikahannya, Vano sudah menyakitinya.

***
Mawar menuruni tangga, Ia melihat mertuanya yang tengah menyiapkan makan malam. Mawar tak ingin berdiam diri, Ia memutuskan untuk membantu Karin.

"Ma." ucap Mawar.

Karin menoleh ke sumber suara, ternyata menantunya tersenyum kearahnya.

"Kamu nak" ucap Karin.

Luka (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang