Ya, ini aku si cewek ceroboh yang mencintaimu.
🍂🍂
Hari sudah gelap lagi. Pertanda malam sudah tiba. Kentara sekali kekhawatiran di wajah Arsyfa yang sedari tadi mondar-mandir di ruang tamu rumahnya. Sejak kemarin, ayah tercintanya tidak juga menampakkan batang hidungnya. Sebagai anak, bagaimana ia tidak cemas? Apalagi Dedi satu-satunya keluarga yang ia miliki.Berkali-kali ia menelpon Dedi, namun ayahnya itu tidak juga mengangkat telepon darinya.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu menyadarkan Arsyfa dari kekhawatirannya. Hampir saja ia senang ketika menduga itu adalah ayahnya. Nyatanya dugaannya salah. Karena yang berdiri di hadapannya ini dua laki-laki berseragam polisi.
"Apa benar Anda keluarganya bapak Dedi?" tanya salah satu polisi yang wajahnya terlihat lebih tua.
Arsyfa mengangguk.
"Bisa ikut kami ke kantor polisi?"
Saat itu pula, jantungnya Arsyfa bergerak tak keruan. Pikiran negatif mulai menyerangnya. Sekarang, apalagi yang dilakukan ayahnya itu?
***
"Bapak Dedi akan kami tahan karena melakukan perampokan pada minimarket."
Arsyfa perlahan-lahan menjauh dari halaman kantor polisi. Otaknya terus memutar kata-kata dari salah satu polisi di sana. Hatinya berdenyut sakit. Bagaimana bisa ayah yang paling ia sayang itu menjadi perampok? Sulit mempercayai itu di saat dirinya masih memiliki masalah lainnya. Bukannya berkurang, masalah terus bertambah.
Ia pernah disebut pembohong. Lalu sekarang, ia juga akan disebut anak perampok begitu?
Arsyfa tersenyum hampa. Lagi-lagi ia diuji.
"Fa, lo habis dari kantor polisi, ngapain?" suara itu tiba-tiba terdengar.
Arsyfa menoleh ke arah sumber suara. Di atas motor sport yang menepi di jalan raya didapatinya Billy yang tengah menatapnya penasaran.
Arsyfa tidak langsung menjawab. Bagaimana ia bisa menjawab sedangkan dirinya tengah berusaha mati-matian agar tidak menangis. Matanya sudah berkaca-kaca. Jika ia mengatakan apa yang terjadi pada Billy sekarang pasti tangisnya akan pecah."Gue pembohong. Dan sekarang, gue, adalah ... anak perampok!"
Setelah berhasil mengucapkan itu, Arsyfa berlari menjauh dari Billy. Ia akan mencari tempat yang tepat untuk menumpahkan sesuatu yang menyesakkan dadanya.
Billy terdiam, otaknya mulai mencerna maksud ucapan Arsyfa. Matanya menatap Arsyfa yang perlahan-lahan menghilang dari pandangannya.
"Kantor polisi dan ... anak perampok?" tanya batin Billy. Mata cowok itu langsung melotot setelah menemukan jawabannya.
Kantor polisi memang tidak terlalu jauh dari rumahnya Arsyfa. Cewek itu bahkan sanggup bila hanya berjalan dari rumahnya ke kantor polisi.
Sekarang, Arsyfa berada di taman yang biasa ia kunjungi. Taman yang pernah ia kunjungi bersama Athif dan mendiang ibunya. Di sanalah ia menumpahkan rasa sesak di dadanya. Duduk di ayunan dan menangis sepuasnya. Taman itu terlihat sepi, makanya ia berani menangis di sana.
Kilat, hingga suara menggelegar menyapa telinganya Arsyfa. Beberapa detik kemudian tumpahlah air hujan membasahi tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (END)✔️
JugendliteraturArsyfa berusaha bertanggung jawab atas kecerobohannya. Namun, pada akhirnya kecerobohan yang ia coba sembunyikan terkuak hingga melebarkan jarak antara dirinya dan Athif, orang yang dicintainya. Ia ingin memangkas jarak itu. Tapi, jika bentangan jar...