Ada rasa aneh yang diam-diam hinggap ke hatiku. Awalnya aku ragu mengartikan rasa itu. Tapi, sekarang aku yakin.
Aku telah jatuh hati padamu.
🍂🍂
1 bulan 7 hari kemudian.Arsyfa dan Athif jadi semakin dekat. Jauh-jauh hari sebelum kedekatan mereka, Arsyfa memang sudah memiliki rasa untuk Athif. Berbeda dengan Athif yang baru merasakan itu akhir-akhir ini.
Es krim di tangan Arsyfa perlahan-lahan mencair. Ia sibuk memandang gedung bertingkat dua puluh yang ada di depannya saat ini. Kini matanya mengedar, memicing sesaat untuk melihat orang-orang yang keluar masuk gedung itu. Namun, tidak ada yang ia kenal.
Arsyfa mengalihkan tatapannya pada Athif yang berdiri di sampingnya tepat saat cowok itu merangkul bahunya.
"Kita ngapain ke sini?" tanya Arsyfa di sela-sela makan es krim yang ada di tangan kanannya.
"Sekarang udah sore, mau gelap ini. Kenapa kita gak pulang aja?" Arsyfa bertanya lagi.
"Habisin dulu es krimnya!" titah Athif.
Arsyfa mengangguk. Setelah es krim habis, Arsyfa kembali menatap Athif, "Kita ngapain ke sini?"
"Ini kantor Papah gue," jawab Athif.
Arsyfa mengangguk tanda ia paham.
"Ayo!"
Arsyfa mengekori setiap langkah Athif yang menuntunnya masuk ke dalam kantor perusahaan papah Athif.
Athif bertegur sapa kala berpapasan dengan orang-orang yang dikenalnya di kantor. Setelah itu, mereka memasuki lift. Arsyfa hanya diam saja. Tanpa curiga sedikitpun, ia mengikuti ke manapun Athif membawanya. Hingga mereka keluar dari lift kala berada di lantai dua puluh.
Di sebelah lift, ada tangga yang terhubung ke atap gedung kantor. Ke sanalah tujuan Athif yang sebenarnya.
Matanya Arsyfa berbinar. Ia takjub melihat pemandangan dari atas gedung bertingkat dua puluh itu.
Athif mendudukkan dirinya di tempat yang menghadap ke arah barat. "Sini!" Athif membuat gestur agar Arsyfa duduk di sebelahnya.
Arsyfa duduk di sebelah Athif. Matanya tidak henti-henti menatap warna oranye di langit bagian barat sana. Matahari yang akan terbenam itu, dan juga orang yang ada di sebelahnya. Sama-sama menarik di mata Arsyfa. Namun, baginya Athif lebih menarik.
"Tangan lo udah banyak kemajuan," ucap Arsyfa kala menatap tangan Athif yang tidak terpasang gips lagi.
Pergelangan tangan Athif memang hampir sembuh. Cowok itu bahkan tidak merasa sakit lagi. Tinggal menunggu sembuh total.
Meskipun Athif tidak merasa sakit lagi, tetap saja Raihan belum mengizinkan Athif menyetir atau mengangkat benda yang berat. Takut sesuatu yang buruk menimpa tangan cowok itu lagi.
"Iya, gak lama lagi bakalan sembuh," balas Athif.
Hening. Hingga tiba-tiba Arsyfa dikejutkan oleh Athif yang menyandarkan kepala di bahunya. Tidak terelakkan jika dibuat seperti itu oleh Athif pastinya jantung Arsyfa berdebar-debar kencang. Lagi-lagi Athif membuat jantung Arsyfa seperti itu.
"Bukan cuma gue kan yang ngerasainnya?" tiba-tiba Athif bertanya seperti itu.
Arsyfa mengernyitkan keningnya, ia tidak mengerti maksud Athif.
"Lo juga kan, Fa?" Athif bertanya lagi dengan suara pelan.
"Maksud lo apa?"
Athif menjauhkan kepalanya dari bahu Arsyfa. Lalu menatap manik matanya Arsyfa.
"Gak salah lagi...." Athif menggantung ucapannya. Matanya tidak teralihkan dari manik matanya Arsyfa. "Gue jatuh cinta sama lo, Fa."
Deg!
Barusan apaan? Athif mengungkapkan perasaannya pada Arsyfa? Ini terlalu mendadak.
Arsyfa mencubit wajahnya sendiri untuk memastikan kalau ini bukanlah mimpi. Sakit. Berarti, ini bukan mimpi. Athif juga punya perasaan yang sama dengannya. Ia senang. Ralat. Ia sangat-sangat senang. Emangnya siapa yang tidak senang setelah tahu orang kita cinta ternyata juga mencintai kita?
"Cinta gue terbalas, kan?" Athif bertanya dengan sorot mata teduh.
Arsyfa mengangguk. Rasanya ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di hatinya.
"Gue juga cinta sama lo," jawab Arsyfa meyakinkan Athif.
Athif tersenyum manis, hari sudah menggelap, ia mengalihkan tatapannya ke arah matahari terbenam. Lalu menunjukkan tangannya ke arah sana.
"Sekarang, sejak matahari terbenam, lo resmi jadi pacar gue," ucap Athif.
Arsyfa tidak bisa mendeskripsikan lagi seberapa senangnya ia sore ini. Keinginannya terkabul. Sekarang status mereka lebih dari teman. Sekarang, Athif adalah pacarnya.
"Maaf, kalo gue gak romantis," Athif berucap lagi.
"Gak romantis apanya? Jantung gue kayak mau loncat," balas Arsyfa jujur. Lagian Athif sudah tahu perasaannya.
Athif tertawa kecil. "Yasudah, ayo kita pulang!"
***
Senyum bahagia tidak luntur dari wajah Arsyfa. Ia senyum-senyum sendiri mengingat pengakuan Athif tadi. Apalagi mengingat dirinya yang resmi menjadi pacarnya Athif sekarang.
Arsyfa menyandarkan tubuhnya ke kepala tempat tidurnya. Matanya terfokus pada layar ponselnya. Ia menambahkan emoji hati pada nama kontak Athif. Sekitar satu menit kemudian, ia mendapat chat dari Athif.
Athif ❤️
Fa....Arsyfa
Iya, Athif.Athif ❤️
Eh,
Sayang maksudnya.Untung saja tidak ada Athif di rumahnya Arsyfa saat ini. Karena pipi cewek itu merona.
Athif ❤️
Sekarang, ngomongnya pakek 'aku-kamu' ya?Arsyfa
OkeAthif ❤️
Kok cuma 'oke', sih?Arsyfa
Emangnya apa lagi? 🤔Athif ❤️
Seharusnya 'oke sayang'Arsyfa
Oke, sayangAthif ❤️
Nah gitu dong😍Arsyfa
Yasudah tidur sana!Aduh, kenapa ia malah menyuruh Athif tidur? Padahal ia masih ingin chat dengan Athif.
Athif ❤️
Kok disuruh tidur, sih? Padahal kamu kan masih pengen chat sama aku? 😒Wah, tebakan Athif seratus persen benar.
Arsyfa
Sebenarnya iya.
Yasudah, gak usah tidur dulu. Aku masih pengen chat sama kamu❤️Akhirnya mereka berlanjut hingga tengah malam. Maklum, orang baru jadian.
***
See you next part.Entah kenapa, saya senyum-senyum sendiri pas nulis part ini🤔
Maaf atas segala kekurangannya.
Tinggalkan jejak ya!27 April 2019
By Warda
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (END)✔️
Teen FictionArsyfa berusaha bertanggung jawab atas kecerobohannya. Namun, pada akhirnya kecerobohan yang ia coba sembunyikan terkuak hingga melebarkan jarak antara dirinya dan Athif, orang yang dicintainya. Ia ingin memangkas jarak itu. Tapi, jika bentangan jar...