"Papah udah berangkat kerja?" tanya Athif pada Raihan karena papahnya tidak ikut sarapan pagi ini.
Raihan mengangguk setelah meneguk setengah air putih. "Papah ada rapat darurat di kantor. Oh ya, kamu kapan selesai kelas hari ini? Bisa temenin Mamah ke mall, gak?"
Athif menggeleng. Pasalnya ia masuk kelas pagi ini dan setelah kelasnya usai ia akan latihan basket bersama timnya untuk persiapan turnamen basket antarkampus tingkat nasional yang tinggal dua hari lagi.
"Sore ini ada latihan basket buat persiapan turnamen, jadi, Athif gak bisa temenin Mamah."
"Yah, sayang sekali." Raihan jadi kurang semangat. "Inilah deritanya gak punya anak perempuan."
Raihan mengalihkan tatapannya pada sosok yang ada di sebelahnya.
Rifqie, sedari tadi hanya bungkam saja sembari menikmati sarapannya dengan tenang agar Raihan tidak mengajaknya. Kala pandangan Raihan tertuju padanya, ia merasa terancam. Bila ia menemani Raihan belanja otomatis ia akan menenteng belanjaan Raihan yang banyak itu. Lalu perihal waktu, pasti Raihan akan berlama-lamaan di mall. Rifqie sudah berpengalaman.
"Kamu gimana? Bisa temenin Mamah?" tanya Raihan pada Rifqie.
Rifqie terdiam sesaat untuk berpikir. Lebih tepatnya untuk mencari alasan.
"Rifqie hari ini sibuk, Mah."
Raihan tidak mudah percaya. "Sibuk kenapa?"
Agak lama jawaban dari mulut Rifqie mengudara. Ditengah keterbungkamannya, ia meminta otaknya agar lebih cepat menemukan alasan.
"Rifqie, mau ke suatu tempat sama teman. Dan Rifqie gak mungkin cancel buat pergi sama mereka karena Rifqie udah janji." Jelas Rifqie yang tentu saja ada kebohongan di sana.
"Bohong itu dosa loh," Athif menyindir Rifqie. Mereka duduk berseberangan dan saling berhadapan. "Bilang aja lo mau ketemu pacar."
Tepat sekali. Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Athif sepenuhnya benar. Rifqie memang sudah janjian dengan pacarnya sore ini.
Rifqie menatap Athif dengan sorot tajam, "Diem gak lo!"
"Pacaran itu dosa. Lebih baik lo temenin Mamah aja. Biar jadi anak yang berbakti kepada orang tua. Terus lo dapat pahala karena udah buat hati Mamah senang." Ucap Athif sengaja.
Rifqie terlihat kesal, "Kayak situ gak pernah pacaran aja. Oh ya, gue lupa, lo kan jomblo. Kasian, gak ada yang mau."
Athif berniat menimpali lagi, namun ia urungkan karena Raihan menengahi ucapan mereka.
"Cukup! Rifqie, kamu nemenin Mamah nanti sore. Gak ada penolakan." Pungkas Raihan.
Athif tersenyum mengejek melihat wajah Rifqie yang berubah cemberut.
"Mah, Athif berangkat dulu, ya?" Athif bangkit berdiri, lalu berpamitan pada Raihan.
***
Akhir-akhir ini Arsyfa jarang bertemu dengan Athif. Karena Athif sibuk latihan basket disore hari dan ia masuk kelas dipagi hari. Jadi, ia memilih pulang dengan angkutan umum. Mungkin hanya kala ia kelas sore saja ia bisa pulang bersama Athif. Jujur, ia rindu pada Athif.
Mie ayam itu hanya ditatapnya tanpa berniat untuk memakannya sedikitpun. Yang ada dipikirannya Arsyfa saat ini hanya Athif. Wajah tampan cowok itu layaknya video yang terus berputar di otaknya. Rasanya susah untuk menepis wajah Athif di sana.
"Lo kenapa, sih? Lagi diet?" tanya Rika melihat Arsyfa tak berselera dengan makanan yang sedari tadi belum sedikitpun masuk ke dalam mulut temannya itu.
"Lagi mikirin siapa?" heran Cindy yang duduk berhadapan dengan Arsyfa.
Saat ini mereka berada di salah satu kantin kampus yang terdekat dengan kelas mereka.
Arsyfa menggeleng. "Gak kok. Gue gak lapar." Dalihnya. Tak mungkin kan bila ia mengatakan bahwa dirinya rindu pada Athif?
Apalagi bukan hanya dirinya yang menyukai Athif. Di sana ada Cindy. Dan Cindy kan juga menyukai Athif.
"Ke lapangan basket yuk!" ajak Cindy setelah menghabiskan makanannya.
"Ngapain? Mau lihat doi?" tanya Rika yang langsung diangguki oleh Cindy.
Arsyfa tahu kalau Cindy ingin melihat Athif. Faktanya, hari ini mereka kelas sore dan tentu saja Athif tengah latihan basket di lapangan.
"Ayo cepetan!" semangat Cindy berbanding balik dengan Arsyfa yang terlihat lesu.
"Ayo, Fa!" ajak Rika pada Arsyfa.
Tanpa menyahut, Arsyfa mengikuti langkah kedua temannya yang sudah mendahuluinya.
Di lapangan basket outdoor, Arsyfa dan kedua temannya itu duduk di tribun penonton di barisan paling depan. Dari tadi, tatapannya Arsyfa hanya tertuju pada Athif. Walau berkeringat, ketampanan Athif tak berkurang sedikitpun.
Beberapa menit kemudian, Athif bersama timnya beristirahat sejenak. Tanpa sengaja, tatapan Athif bertemu dengan Arsyfa. Karena itu, Athif hendak menghampiri Arsyfa.
Cindy bangkit berdiri kala Athif berada di hadapannya. Padahal yang ingin dihampiri Athif hanyalah Arsyfa bukan dirinya.
Sebelum ke lapangan, Cindy membeli sebotol air mineral untuk Athif dan sekarang cewek feminim itu menyodorkan sebotol air mineral itu pada Athif.
"Buat lo." Ucap Cindy malu-malu.
"Makasih." Balas Athif sembari tersenyum manis.
Serius, jantung Cindy berdebar-debar saat itu.
"Lo jago banget sih main basket?" Cindy memuji Athif.
Athif tersenyum dengan mata curi-curi pandang ke arah Arsyfa. Namun sayangnya Arsyfa malah melihat ke arah lain. Bagaimana tidak? Arsyfa cemburu dengan interaksi antara Athif dan Cindy. Setahunya Athif tak kenal dengan Cindy. Dan sekarang, jelas-jelas Athif sudah kenal dengan Cindy apalagi Cindy adalah temannya.
"Masa sih?" balas Athif pada Cindy.
"Iya. Gue pengen jago juga kayak lo." timpal Cindy lagi.
Rika sedari tadi memperhatikan interaksi antara Athif dan Cindy, lalu Arsyfa yang terlihat cuek. Ia juga sadar kalau Athif mencuri-curi pandang ke arah Arsyfa. Ia mulai curiga kalau Athif sebenarnya juga menyukai Arsyfa.
"Cinta segitiga kah ini?" ucap Rika dalam hati.
Tak ada satu kata pun yang mengudara dari Arsyfa. Makanya Athif bertanya, "Lo mau pulang sama gue?"
Arsyfa mengangguk.
"Lo masih ada kelas, kan?"
Arsyfa mengangguk.
"Abis kelas lo usai, tungguin gue ya?"
Arsyfa mengangguk lagi.
Membuat Athif gemas karena cewek itu tidak bersuara.
"Lo kenapa? Lagi puasa ngomong?"
Arsyfa menggeleng. Karena tak tahan dengan diamnya Arsyfa, Athif mengacak-acak rambut cewek itu.
"Cih," Cindy sangat tidak suka dengan kedekatan Athif dan Arsyfa. Ia, ingin Athif hanya dekat dengannya saja.
***
Maaf atas segala kekurangannya.
Terima kasih sudah membaca.See you next part.
By Warda,
08 Februari 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (END)✔️
Fiksi RemajaArsyfa berusaha bertanggung jawab atas kecerobohannya. Namun, pada akhirnya kecerobohan yang ia coba sembunyikan terkuak hingga melebarkan jarak antara dirinya dan Athif, orang yang dicintainya. Ia ingin memangkas jarak itu. Tapi, jika bentangan jar...