It's Me | 32

1.5K 91 0
                                    

Terima kasih, sudah bahagia tanpaku.
🍂🍂


Arsyfa dan Cindy berdiri berhadapan di koridor kelas yang agak sepi. Karena kelas mereka dan beberapa kelas lainnya sudah selesai. Jelas sekali tujuan mengapa mereka begitu bukan? Tepatnya, itu karena Arsyfa ingin memastikan kalau dugaannya benar.

"Gue tau maksud lo ngajak gue bicara di sini," ucap Cindy memulai. Tangannya ia lipat di atas perut.

Arsyfa tersenyum tawar, "Beneran lo 'kan yang kasih tau Athif?"

Sorot mata Cindy berubah sinis. Cewek itu tersenyum miris lalu menjawab, "Iya, gue yang kasih tau Athif. Terus lo mau marahin gue?"

Arsyfa menggeleng. Kali ini, ia mencoba untuk tersenyum tulus walau ada rasa sesak di dadanya. "Gue gak marah kok sama lo."


"Cih," Cindy menatap Arsyfa dengan tatapan mengejek. "Sok kuat banget lo jadi cewek. Tapi, itu pantas sih buat lo. Sesuai dengan yang lo lakuin buat Athif. Sekarang, gue jadi bebas buat deketin Athif. Jadi, lo cepat-cepat lupain Athif."

Cepat-cepat melupakan Athif? Hei, melakukan itu tidak semudah dengan mengatakan itu. Semuanya butuh waktu. Dan juga, rasa sakit hati yang diharapkan segera pudar.

Arsyfa menatap lekat-lekat ke arah Cindy. Temannya itu, sudah benar-benar berubah. Berada di situasi di mana hubungannya dan Cindy renggang. Lalu sorot tajam yang sangat tak bersahabat. Sungguh, ia benci berada di situasi seperti ini.

"Kasihan banget ya Athif. Harus ngerasain sakit tangan sampai sebulan lebih. Terus, pacaran sama pembohong," sindir Cindy.

Arsyfa menghela napasnya, lalu membalas ucapan Cindy. "Makasih, Cindy."

"Makasih, karena udah kasih tau Athif. Dengan begitu, ada pelajaran yang gue dapat," sambung Arsyfa.

"Bagus, akhirnya lo sadar diri," ucap Cindy. Sekitar tiga detik kemudian, Cindy berlalu pergi.

Arsyfa memandangi tubuh Cindy yang perlahan-lahan menghilang dari pandangannya. Detik ini, ia telah kehilangan seorang teman.

Rika keluar dari kelas dan menghampiri Arsyfa. Ia memang menunggu Arsyfa di kelas karena tidak ingin ikut campur urusan Arsyfa dan Cindy.

"Udah, ayo ke kantin!" ajak Rika.

Mereka pun berjalan bersisian menuju kantin utama kampus.

***

"Gue egois, 'kan?" tanya Arsyfa tiba-tiba setelah meneguk setengah botol air mineral. Matanya menatap Rika yang sedang mengunyah siomay. Sedang dirinya tidak memesan makanan apa pun karena memang tidak menginginkannya.

Rika hanya terdiam, tidak mengangguk. Ia menunggu Arsyfa melanjutkan bicaranya.

"Kita temenan dengan Cindy dari pertama masuk kuliah. Tapi, sekarang karena masalah seorang cowok, hubungan gue dengan dia jadi renggang. Dengan lo juga ikut renggang karena sering ngebelain gue. Itu semua karena keegoisan gue, 'kan? Bego banget gue!" lanjut Arsyfa.

Setelah mengunyah habis siomay dalam mulutnya, Rika mulai berbicara. "Gue tau apa yang lo rasain. Pasti sulit. Kalo udah nyangkut masalah cinta emang susah. Banyak 'kan persahabatan hancur karena cinta. Kalo gue ada di posisi lo, mungkin gue juga bakalan lakuin kayak lo. Sekarang, lo jangan salahin diri lo lagi. Apa yang terjadi sekarang, lo sudah mendapatkan hikmahnya, 'kan?"

Arsyfa mengangguk, "Makasih, Rika. Lo udah mau jadi teman orang ceroboh dan pelupa kayak gue."

"Santai aja kali. Setiap orang punya kekurangannya masing-masing. Jangan terlalu ngerendahin diri lo sendiri. Love yourself." Rika lanjut memakan siomay.

Arsyfa mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin utama. Ada banyak sekali mahasiswa di sana. Selang tiga meja dari meja yang ditempati oleh Arsyfa, tanpa sengaja matanya bertemu pandang dengan Athif yang sedang bercengkerama dengan tiga temannya. Secepat kilat Athif melihat ke arah lain. Beda dengan Arsyfa yang bertahan menatap Athif dengan tatapan hampa.

Cowok itu kadang tertawa bersama teman-temannya seolah tak ada beban. Arsyfa langsung mengambil kesimpulan. Bahwa Athif bahagia tanpanya. Athif, benar-benar menganggapnya sebagai orang asing.

Arsyfa melipat kedua tangannya di atas meja. Lalu menenggelamkan wajahnya di sana. Hatinya jadi sakit.

"Arsyfa, lo gak papa?" Rika bertanya. Ia sempat mengikuti arah pandangan Arsyfa yang tertuju pada Athif.

Arsyfa mengangkat wajahnya. Lengan kanannya tanpa sengaja menepis botol air mineral miliknya dengan keras hingga terjatuh ke lantai.

Bugh!

Menimbulkan bunyi yang agak keras. Membuat beberapa pasang mata melihat ke arahnya. Bodohnya lagi ia lupa menutup botol dengan penutup botol. Sehingga setengah botol air itu membasahi lantai.

"Bego! Kenapa gue ceroboh banget sih?" keluh Arsyfa sembari bangkit berdiri. Ia berjalan ke arah pojok kantin untuk mengambil pel lantai mengabaikan mata-mata yang menatapnya heran.

Sekembalinya ke dekat meja, didapatinya kursi yang ia duduk tadi sudah diduduki oleh Billy. Arsyfa juga sempat melihat ke arah Athif. Cowok itu menatapnya datar lalu kembali fokus pada teman-temannya yang berkurang satu karena satunya lagi sudah mengambil alih kursi yang diduduki Arsyfa tadi.

Setelah mengepel lantai dan mengembalikan pel lantai ke tempat asalnya, Arsyfa duduk di kursi kosong di sebelah Rika.

"Semangat, Arsyfa. Kok lemes banget lo hari ini?" tanya Billy basa-basi. Ia memang sudah tahu kalau Athif dan Arsyfa sudah putus. Hanya saja ia tidak tahu mengapa mereka putus karena Athif memang tidak memberitahu padanya.

Arsyfa bungkam. Bahunya merosot. Jadi ingat ekspresi Athif yang melihat kecerobohannya tadi. Dirasakan bahunya ditepuk-tepuk oleh Rika dua kali.

"Ingat, Fa! Gue juga punya kekurangan. Di luar sana ada banyak kok orang yang ceroboh. Mulai sekarang, coba deh lo lebih hati-hati," ucap Rika.

"Makasih, Rika." Arsyfa bangkit berdiri. Ia berniat pulang.

"Mau ke mana?" tanya Billy dan Rika berbarengan. Kedua orang itu sempat bertukar pandang karena bertanya berbarengan. Lalu kembali menatap ke arah yang sama, yaitu Arsyfa.

"Pulang. Gue gak ada kelas lagi habis ini," jawab Arsyfa. Ia menatap Billy dan Rika bergantian.

"Lo mau ninggalin gue sama Billy berdua aja?" tuding Rika.

Arsyfa mengangguk, "Gue gak mau gangguin kalian. Masa nanti gue jadi obat nyamuk? Kasian gue."

Billy menunduk. Ia jadi malu karena ucapan Arsyfa barusan. Selain itu, ia memang menyukai Rika.

"Apaan sih? Jangan pulang dulu dong, Fa!" pinta Rika.

"Sorry, gue mau pulang. See you," Arsyfa pun berlalu pergi. Meninggalkan Billy dan Rika yang berubah canggung.

Tanpa Arsyfa ketahui, kala ia berlalu pergi, Athif melihat ke arahnya dengan tatapan hampa.

***

See you next part.
Tinggalkan vote dan komentar.

Maaf bila ada kekurangan di part ini.
Terima kasih sudah membaca.

Senin, 17 Juni 2019.
By Warda.

It's Me (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang