It's Me | 19

1.2K 86 0
                                    

Apakah kamu tahu? Setiap hari aku selalu menunggumu.
🍂🍂

Tidak peduli. Arsyfa benar-benar tidak peduli sekalipun Athif menganggapnya parasit. Lelah? Tidak, walaupun Athif begitu dingin padanya tetap saja kobaran semangat dalam dirinya Arsyfa tidak mudah reda. Jika tidak bisa terang-terangan mengikuti Athif, maka Arsyfa akan berubah menjadi seorang penguntit yang memata-matai Athif.

Seperti saat ini, di antara rak-rak buku yang ada di perpustakaan kampus, Arsyfa diam-diam memperhatikan Athif yang fokus pada buku bacaannya. Arsyfa mengambil sebuah novel terjemahan lalu mendudukkan dirinya di kursi yang tentu saja memudahkannya untuk memperhatikan Athif. Ia sengaja mengangkat novel setinggi wajahnya agar Athif tidak menyadari kehadirannya.

Lima belas menit. Sungguh, ia sedang tidak dalam mood ingin membaca. Oleh sebab itu, ia melipat kedua tangannya di atas meja lalu menjatuhkan pipi sebelah kanannya di sana. Novel itu tetap ia gunakan sebagai dinding pertahanannya agar Athif tidak sadar kehadirannya di sana. Matanya terpejam.

"Kenapa gue bisa lihat Athif ya?" batin Arsyfa. Ya, ketika matanya terpejam ia seperti bisa melihat Athif yang tersenyum manis. Ia jadi rindu senyumnya Athif.

Tiba-tiba suara deheman seseorang mengejutkannya.

"Perpustakaan bukan tempat untuk tidur."

Arsyfa terbelalak sekaligus berdebar. Bagaimana tidak? Seseorang yang tadinya tersenyum dalam pikirannya kini berada tepat di hadapannya. Tapi, wajahnya terlihat datar tidak seperti dalam pikirannya.

"Eh, Athif. Tumben lo ke perpus." Arsyfa bertindak senatural mungkin agar Athif tidak curiga padanya.

"Ponsel gue ke mana ya?" mendadak Arsyfa teringat dengan ponselnya yang entah berada di mana saat ini. Yang pasti benda persegi itu ia bawa masuk ke perpustakaan.

Tangan Arsyfa meraba-raba saku roknya, namun ia tidak kunjung menemukan benda yang dicarinya.

"Ini kan yang lo cari?" tangan kiri Athif menyodorkan ponsel milik Arsyfa.

"Kok ada sama lo sih?" heran Arsyfa sembari mengambil ponselnya dari tangan Athif.

"Lo lupa ambil ponsel lo di atas salah satu rak buku di mana lo perhatiin gue tadi," jelas Athif santai.

"Makasih. Eh?" Arsyfa membelalakkan matanya. Sial. Ia tertangkap basah oleh Athif.

"Gue biasa ke sini buat baca buku. Selain itu, gue ke sini karena ada Wi-Fi gratis. Haha, jangan kegeeran ya? Gue gak perhatiin lo kok," kilah Arsyfa.

"Gue gak nanya," Athif bergegas pergi.

Arsyfa pun begitu. Setelah novel itu kembali ke tempat semulanya, ia kembali melancarkan aksinya dengan mengikuti Athif. Berbeda dengan tadi, karena sekarang ia terang-terangan mengikuti Athif.

"Athif, lo mau ke mana? Gue ikut ya? Gue udah puas baca buku, jadi gue butuh refreshing." Alasan Arsyfa kala langkahnya sudah sama dengan Athif.

Tak ada jawaban dari Athif. Dengan wajah cerianya Arsyfa berjalan bersebelahan dengan Athif. Sangking menikmatinya ia tidak sadar kalau dirinya hampir memasuki toilet laki-laki jika saja Athif tidak menunjuk tanda bahwa toilet itu khusus laki-laki.

Athif memasuki tempat itu bertepatan dengan seseorang yang menarik tangannya Arsyfa dan dengan santainya menyeret Arsyfa ke lorong-lorong yang sepi.

"Lo ngapain masuk toilet cowok?" tanya Billy dengan seringainya yang khas.

"Gak masuk kok. Tapi, hampir. Terus, lo ngapain nyeret gue ke tempat sepi kayak gini?" heran Arsyfa juga merinding setelah tahu fakta kalau isi otaknya Billy benar-benar dewasa.

Billy menatap Arsyfa tajam. Tangannya terlipat ke dada.

"Jangan natap gue kayak gitu? Lo bikin gue merinding," jujur Arsyfa.

Billy terkekeh, "Lo lagi mikirin kalo gue bakalan lakuin sesuatu ya sama lo?"

Arsyfa mengangguk, "Abisnya gue tau otak lo gak polos lagi. Dan juga, ngapain lo bawa gue ke sini?"

"Gue penasaran aja, kayaknya ada yang aneh sama lo," Billy terlihat berpikir.

"Lo suka ya sama Athif?" tanya Billy tiba-tiba.

Arsyfa mendelik. Bagaimana Billy tahu? Apa Rika memberitahunya?

"Lo ngaku aja. Dan juga, gak usah khawatir, gue bisa jagain rahasia lo." Billy menepuk pundak Arsyfa dua kali. "Gue dukung lo sama Athif."

Arsyfa bungkam. Percuma ia menyangkalnya karena sepertinya Billy tahu.

"Sebenarnya bukan ini tujuan gue nyeret lo ke sini," Billy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue mau lo titip salam buat Rika. Itu, tujuan gue." Lanjut Billy sembari tersenyum.

"Oke. Gue mau kelas dulu."

"Bentar."

"Apalagi?" tanya Arsyfa malas.

"Lo suka sama Athif, terus gue suka sama Rika. Athif teman gue, dan Rika teman lo. Wah, kebetulan sekali. Bukankah ini berarti kalo gue bisa bantuin lo dekat sama Athif terus lo bantuin gue dekat sama Rika? Bagaimana kalau kita kerjasama? Setuju?"

Arsyfa menggeleng, ia senang dengan caranya sendiri, "Sampai jumpa."

Ia sama sekali tidak tertarik dengan ajakan Billy. Makanya ia berlalu meninggalkan Billy sendiri.

Walaupun Arsyfa selalu menunggu disaat Athif sudah memiliki perasaan yang sama dengannya.

***

15 April 2019

By

Warda

It's Me (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang