Hening. Tak ada suara musik yang mengiringi perjalanan mereka menemui seseorang. Hanya ada Athif yang sibuk menyetir mobil dan Arsyfa yang mencoba menghitung jumlah toko yang mereka lewati.
Entah ke mana mobil itu membawanya, yang pasti mereka akan menemui seseorang dan Arsyfa tidak tahu siapa orang itu dan di mana tempatnya karena Athif tidak memberitahunya. Arsyfa tidak tahu apakah orang yang akan mereka temui itu ada kaitannya dengan teror yang dituju padanya beberapa hari terakhir ini.
Sesampainya di tempat tujuan yang tak lain adalah sebuah kafe, Arsyfa hanya mengikuti langkah Athif yang berjalan memasuki kafe dan menempati salah satu meja tanpa bertanya apapun lagi.
Athif memesan minuman untuk dirinya dan Arsyfa, sembari menunggu kedatangan seseorang.
Tiga menit kemudian, seorang cewek cantik muncul di hadapan Athif dan Arsyfa. Cewek itu langsung mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Athif. Ya, cewek itulah yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh Athif.
"Kenapa lo ngajak gue ketemuan?" Tanya cewek itu ketus pada Athif dan tidak berniat untuk berkenalan dengan Arsyfa.
"Lo mau pamerin pacar baru lo sama gue?" Cewek itu menatap Arsyfa sinis beberapa detik.
"Dia bukan pacar gue." Ucap Athif.
"Terus? Calon istri lo?" Cewek itu melipat kedua tangannya di dada.
"Gue mau lo jujur." Balas Athif tanpa menjawab pertanyaan dari cewek di hadapannya yang tak lain adalah mantan pacarnya.
Arsyfa yang duduk di sebelah kirinya Athif hanya diam mendengar pembicaraan Athif dan cewek yang tidak dikenalinya.
"Jujur apanya? Emangnya gue bohong apa sama lo? Bukannya lo udah tau kalo gue selingkuh? Terus tujuan lo ngajak gue ketemuan buat apaan? Lo mau balikan sama gue?" Tanya cewek itu beruntun.
"Lo kan yang teror cewek di sebelah gue?" Bukannya menjawab, Athif malah kembali bertanya pada mantan pacarnya itu. Ia memang curiga kalau mantan pacarnya adalah dalang dari teror yang dituju pada Arsyfa.
Mantan pacarnya Athif tertawa sarkastis sembari menatap Arsyfa. "Ngapain gue teror orang yang gak gue kenal? Terus, lo pikir gue kurang kerjaan apa? Oh ya, gue udah punya pengganti lo. Jadi, jangan kegeeran deh lo. Gue gak butuh lo lagi, dan gue gak pernah harapin lo lagi buat balikan sama gue. Karena gue tau," jeda tiga detik, "lo gak pernah cinta sama gue. Gue udah berhenti buat cinta sama lo, Thif. Sekarang gue udah bahagia sama orang yang pantas gue cintai."
Mantan pacarnya Athif bangkit berdiri. "Makasih atas waktu lo selama ini. Satu lagi, jadi orang jangan asal tuduh sebelum ada bukti." Pungkasnya lalu berlalu menjauh dari Athif dan Arsyfa.
***
Keduanya duduk bersebelahan di salah satu bangku taman sembari menatap langit sore yang dihiasi semburat jingga. Diam membisu membiarkan ketenangan menyapa juga menikmati angin sore yang menyapu kulit wajah sebelum salah satu diantaranya bersuara.
"Gue baru tau kalo lo juga punya mantan." Ini suara milik Arsyfa. "Gue pikir lo gak mau pacaran dulu."
Athif melirik Arsyfa sekilas lalu pandangannya kembali ke hamparan langit sana yang tak akan lama lagi ditelan kegelapan malam.
"Gue sebenernya gak pernah cinta sama mantan gue dan yang lo temui tadi cuma satu-satunya mantan gue. Tapi," jeda tiga detik, "gue ngerasa nyaman sama dia, makanya gue pacari dia. Dan pas tau kalo dia selingkuh, gue marah. Karena gue merasa dibohongi. Gue lebih suka orang yang jujur."
Athif bingung sendiri mengapa ia berbicara terbuka seperti itu pada Arsyfa.
"Jadi, lo gak pernah cinta sama seorang cewek pun?"
"Entahlah," jawab Athif santai sembari menatap wajah Arsyfa.
"Kalo lo gimana? Lo lagi suka sama siapa?" Pertanyaan tiba-tiba dari Athif membuat Arsyfa terbungkam sesaat.
Lo, Athif. Gue bahkan mulai cinta sama lo. Batin Arsyfa dan tidak mungkin ia menjawabnya seperti itu untuk sekarang.
"Gue suka sama seseorang." Jawab Arsyfa.
"Gue boleh tau siapa orangnya? Ganteng gak?"
Orangnya lagi duduk di samping gue. Batin Arsyfa di dalam hatinya.
"Rahasia." Jawab Arsyfa enteng sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya.
Jangan lupakan kalau Arsyfa itu ceroboh. Ponselnya yang baru beberapa detik berada di dalam genggamannya malah jatuh di antara kakinya dan kaki Athif yang dibaluti sepatu kets. Serempak keduanya hendak memunguti ponsel milik Arsyfa itu sebelum pada akhirnya kepala mereka berbenturan.
"Aww..."
Deg!
Wajah mereka terpaut sangat dekat dan hanya menyisakan beberapa senti lagi. Mata mereka bertemu pandang. Bukan hanya Arsyfa, karena saat itu jantung Athif juga berdebar di luar kadar normal.
Sadar akan posisi, Arsyfa cepat-cepat mengambil ponselnya yang terjatuh. Untung saja layar ponselnya tidak retak. Untuk saat ini, Arsyfa sedikit terlupakan dengan masalah teror.
Athif melihat ke arah lain agar tidak bertemu pandang lagi dengan Arsyfa. Ia merasa aneh dengan dirinya. Ia tidak tahu perasaan apa itu. Yang pasti, jantungnya berdetak lebih cepat.
***
Maaf atas segala kekurangannya.By Warda
09-01-2019
![](https://img.wattpad.com/cover/154225575-288-k219227.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (END)✔️
Fiksi RemajaArsyfa berusaha bertanggung jawab atas kecerobohannya. Namun, pada akhirnya kecerobohan yang ia coba sembunyikan terkuak hingga melebarkan jarak antara dirinya dan Athif, orang yang dicintainya. Ia ingin memangkas jarak itu. Tapi, jika bentangan jar...