It's Me | 24

1.4K 99 0
                                    

Senyumnya tertahan. Langkahnya santai saja seolah tidak memiliki beban apapun. Wajahnya juga terlihat cerah hari ini. Suasana hati Arsyfa sedang sangat baik saat ini. Di pikirannya, Athif terus bermunculan.

Karena terus memikirkan Athif, Arsyfa tidak memperhatikan jalan. So, ia manabrak tubuh seseorang di koridor. Berjalan santai di tengah lalu-lalang penghuni kampus. Apakah dia berpikir kalau ia seorang ratu yang dengan senang hati diberi jalan oleh rakyatnya? Ayolah, yang kuliah di sana bukan hanya dirinya.

Untung saja yang ditabraknya adalah temannya sendiri.

"Berjalan di koridor tanpa memperhatikan jalan. Lalu senyum-senyum sendiri. Lo gila? Ataukah sedang membayangkan kalau kampus ini milik lo?" heran Rika sembari melipatkan kedua tangannya di dada.

"Kayaknya dia mulai gila," Cindy menyahut.

"Gue lagi senang banget." Ucap Arsyfa dengan antusias.

"Lo baikan sama Athif?" tebak Rika. Dan itu, benar sekali.

Arsyfa mengangguk, "Iya, lo tau darimana?"

Rika menatap Arsyfa datar, "Menurut lo gue tau darimana?"

Arsyfa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia mencoba berpikir. Darimana Rika tahu kalau ia baikan sama Athif?

Apa Rika bisa membaca pikirannya? Tidak, itu tidak mungkin. Arsyfa mengedikkan bahunya, tandanya ia tidak tahu.

"Itu jelas sekali, Fa. Setelah lo galau karena Athif, terus tiba-tiba lo senang kayak gini apalagi senyum-senyum sendiri. Gue yakin, pasti ada hubungannya dengan Athif," jelas Rika.

"Cih," Cindy berdecih.

"Ternyata lo tipe cewek licik. Gue gak nyangka punya teman kayak lo, Fa. Menurut gue, lo lebih pantas dibenci sama Athif," lanjut Cindy. Setelah berucap demikian, Cindy berlalu. Meninggalkan tanda tanya untuk Rika dan Arsyfa.

Arsyfa menghela napasnya. Benar juga yang dikatakan Cindy. Ia pantas dibenci Athif. Seharusnya ia jujur saja pada Athif. Tidak sepengecut ini.

Tepukan menenangkan terasa di bahunya. Arsyfa tahu itu dari Rika.

"Lo kan lagi senang? Jadi, sekarang bukan saatnya untuk kembali sedih. Maklum saja Cindy kayak gitu. Dia gak suka lo dekat sama Athif. Lo harus semangat!" Rika menyemangati Arsyfa.

"Siap bos!"

***

Hujan mengguyur kawasan kampus sejak lima belas menit yang lalu. Sambil menunggu angkot lewat, tangan kirinya Arsyfa terulur untuk menampung air hujan yang berjatuhan dari atap halte.

Tiba-tiba sebuah tangan terulur di atas tangannya. Menghalangi air hujan menyentuh tangannya. Refleks Arsyfa menoleh ke arah kiri untuk melihat sang empunya tangan.

Langsung saja jantungnya tidak karuan. Wajah sang empunya tangan begitu dekat dengannya. Empunya tangan itu adalah Athif. Cowok itu berdiri tepat di belakang Arsyfa. Lalu tangan kirinya terulur di atas tangan Arsyfa. Saat itu, Athif persis seperti tengah memeluk Arsyfa dari belakang.

Ketika mata mereka saling bertemu, bukan hanya Arsyfa yang jantungnya berdetak kencang. Karena Athif pun begitu.

"Lo sejak kapan ada di sini?" tanya Arsyfa sambil sedikit menjauh dari Athif. Karena jika terus berada dalam posisi seperti itu, ia pasti akan sangat gugup.

"Sejak lo ada di sini," ucap Athif santai sembari menarik tangannya dari basahan air hujan.

"Tapi, tadi gue gak liat lo." Arsyfa mulai bingung.

Bagaimana bisa Athif tiba-tiba ada di sana? Tidak mungkin kan cowok itu memiliki kemampuan teleportasi? Pikir Arsyfa.

"Dari tadi lo terus pandangin air hujan. Jadi, gak nyadar kalo ada gue di sini," Athif menjeda, "Padahal gue lebih menarik untuk dipandang."

Arsyfa hampir tergelak mendengar kalimat terakhir Athif. Tapi, jujur, menurutnya Athif memang lebih menarik.

"Lo nungguin siapa?" Athif mengedarkan pandangannya ke sekeliling halte.

"Nungguin Om sopir angkot."

"Kenapa gak nungguin gue aja?" tanya Athif ketika sebuah mobil bewarna hitam berhenti di depan mereka.

"Ayo masuk! Sopir gue udah datang, biar kami antar lo pulang," ajak Athif.

***

Maaf pendek.
See you next part:)

24 April 2019

By Warda.

It's Me (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang