Jika hadirku di dekatmu tak kau harapkan, maka aku akan membentangkan jarak antara kita.
🍂🍂Matanya Athif terus menatap ke luar mobil. Ia duduk di belakang kemudi dengan Raihan di sebelahnya. Mereka baru saja pulang dari rumah sakit untuk terapi pergelangan tangannya Athif yang patah.
Karena tidak betah dalam keheningan, Raihan pun membuka suara.
"Athif, Mamah gak betah kamu diami terus."
Athif menatap Raihan datar.
"Hm," hanya ini tanggapan Athif.
"Gimana kuliah kamu? Banyak enggak cewek-cewek cantik di sana?" tanya Raihan basa-basi.
"Hm," yah sesingkat ini lagi tanggapan Athif.
"Kalo kamu butuh sesuatu bilang aja ke Mamah. Dan juga, kalo kamu mau curhat apapun itu, Mamah dengan senang hati mendengarnya. Mamah gak suka lihat kamu kurang semangat kayak gini," Raihan benar-benar khawatir dengan putranya itu.
"Makasih, Mah. Udah peduli sama Athif," ucap Athif dan ia langsung senang kala mobil sudah dekat dengan rumahnya.
Sesampainya di rumah, ia langsung turun dari mobil dan bergegas masuk rumah.
"Muka lo kok serem amat sih? Lo lagi galau?" tanya Rifqie ketika berpapasan dengan Athif.
Athif tidak menjawab karena ia ingin cepat-cepat masuk kamar dan bersiap-siap ke kampus.
***
Saat istirahat, seperti ada teriakan senang dalam hatinya Arsyfa kala waktu yang ditunggu-tunggu olehnya itu tiba. Ada alasan yang membuatnya sesenang itu. Bukan karena ingin mengisi perut dengan aneka makanan di kantin. Tapi, ia ingin bertemu dengan Athif di kantin. Harap-harap kalau cowok itu benaran ada di sana.
Langkahnya begitu cepat. Karena semangatnya yang menggebu-gebu itu, Arsyfa memilih duluan ke kantin dan ia sudah mengatakan itu terlebih dahulu pada kedua temannya.
Senyumnya merekah kala matanya menangkap sosok Athif yang menempati salah satu meja di kantin bersama Billy. Sebelum menyapa dua cowok itu, Arsyfa menyempatkan diri untuk membeli jus jeruk untuk Athif dan dirinya sendiri.
"Gue duduk di sini, ya?" tunjuk Arsyfa pada kursi yang ada di sebelah Athif.
Athif tidak menjawab apa pun. Hanya ada anggukan dari Billy. Pertanda ia diizinkan duduk di sana.
"Ini, buat lo." Arsyfa mendekatkan satu jus jeruk ke Athif.
"Lo gak lihat? Gue udah punya minuman sendiri," ucap Athif dingin.
Di depan Athif memang ada sebotol air mineral. Hanya air mineral saja, cowok itu bahkan tidak memesan makanan apapun. Matanya kini fokus pada layar ponselnya.
"Buat gue aja!" Billy mengambil jus jeruk itu dari dekat Athif.
"Athif gak terlihat manly lagi, ya?"
"Dia kayak orang cacat aja."
Suara bisik-bisik itu berasal dari belakang Athif dan Arsyfa. Meski bisik-bisik, indra pendengaran Athif dan Arsyfa bahkan Billy dapat mendengarnya dengan baik.
Arsyfa menatap ke arah Athif. Cowok itu diam saja, seolah-olah tidak mendengar apapun yang berhubungan dengannya. Arsyfa menoleh ke belakang. Ada tiga mahasiswi yang tengah membicarakan Athif tepat di meja belakang Athif dan Arsyfa. Sepertinya mereka tidak menyadari kehadiran Athif.
Karena tidak tahan atas ejekan mereka pada Athif, Arsyfa mengambil tindakan untuk menghentikan mereka.
"Bisa gak sih kalian diam aja? Dari tadi asyik ngomong yang buruk buat orang lain. Kalian tau gak? Ucapan kalian itu bisa nyakitin hati orang yang kalian ejek itu. Kalian rugi punyak otak kalau gak bisa mikir," hardik Arsyfa pada tiga mahasiswi itu.
Mereka langsung kicep setelah sadar kalau ada Athif di sana.
Arsyfa kembali duduk di tempat semulanya. Tatapan tajam Athif langsung menabrak manik matanya. Ia merasa aura kemarahan dari dalam sana. Apalagi setelah tangan kiri Athif tiba-tiba menarik lengannya. Memaksanya berdiri dan menjauh dari tempat itu.
Di lorong-lorong paling sepi di kampus, Athif memojokkan Arsyfa di sana. Tinggal menghitung saja saat-saat di mana emosi dalam diri Athif meletus.
Tangan Arsyfa gemetar. Berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sekarang jelas sekali kalau Athif sangat marah.
"Maksud lo tadi itu apa?" tanya Athif sembari menahan sesuatu dalam dirinya.
"Ucapan mereka pasti nyakitin hati lo. Jadi, gue pengen lindungi lo," jelas Arsyfa dengan suara pelan. Ia tahu, ejekan tiga mahasiswi itu pasti menyakiti hati Athif.
"Gue terlihat semenyedihkan itu, ya?" tanya Athif sarkastis.
"Bukan begitu Athif," jawab Arsyfa.
"Lalu apa?" suara Athif terdengar membentak.
"Lo mau lindungi gue karena gue terlihat menyedihkan, bukan? Di mata lo, gue itu terlihat lemah. Gue itu cowok, Fa. Gue gak butuh lo buat lindungi gue! Dan juga, gue gak selemah yang lo anggap! Gue bisa jaga diri sendiri. Gue gak butuh lo!" teriak Athif marah.
"Cukup! Lo gak usah kasih ini itu buat gue. Asal lo tahu, gue risih sama lo. Lebih baik lo pergi dari dekat gue. Lo buat gue benci sama lo. Mulai hari ini, jaga jarak sama gue," pungkas Athif lalu pergi dari hadapan Arsyfa. Jika ia terus berada di sana, ia yakin sekali kalau ia akan terus memarahi Arsyfa. Jadi, lebih baik ia pergi saja.
Arsyfa masih mencerna ucapan Athif yang terdengar menyakitkan itu.
Menganggap Athif lemah? Hal itu sama sekali tidak terpikirkan oleh Arsyfa.
Athif memintanya untuk menjauh. Bukankah itu berarti kalau dirinya sudah dihentikan agar tidak melakukan sesuatu sebagai tanggung jawabnya? Bagaimana ini? Athif benar-benar tidak mengharapkan kehadirannya. Athif risih karenanya.
Arsyfa menangis. Sakit sekali rasanya saat orang yang kita cintai membentak kita lalu meminta kita untuk menjauh. Seperti itulah yang dirasakan Arsyfa saat ini. Ia masih ingin berada di dekat Athif. Ia masih ingin menatap wajah Athif meskipun datar yang tercetak di sana.
Ia menunggu saat-saat di mana senyum manis terlukis kembali di wajah Athif. Sekarang, harapan untuk itu dipatahkan. Memaksanya untuk merelakan keinginannya.
Matanya Arsyfa buram karena air mata. Untung tempat ini sepi. Cocok sekali untuk menangis.
Ucapan cowok itu benar-benar serius. Wajah marahnya Athif masih terbayang-bayang dalam otaknya Arsyfa. Jika ia melakukannya lagi akan membuat Athif tambah membencinya.
Baiklah, tadi yang terakhir kalinya. Arsyfa sudah memutuskan untuk tidak melakukannya lagi. Karena Athif tidak suka ada di dekatnya, maka Arsyfa akan menjaga jarak. Dengan itu Athif tidak akan risih lagi.
Arsyfa menyeka air matanya meskipun ia masih ingin menangis. Sebelum kembali ke kelas, ia mencuci wajahnya terlebih dahulu agar tidak terlihat seperti habis menangis.
"Bagaimana ya kalau Athif tahu gue cinta sama dia? Apa dia bakalan tambah marah sama gue?" batin Arsyfa.
***
See you next part.
Kamis, 18 April 2019.By
Warda
![](https://img.wattpad.com/cover/154225575-288-k219227.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (END)✔️
Novela JuvenilArsyfa berusaha bertanggung jawab atas kecerobohannya. Namun, pada akhirnya kecerobohan yang ia coba sembunyikan terkuak hingga melebarkan jarak antara dirinya dan Athif, orang yang dicintainya. Ia ingin memangkas jarak itu. Tapi, jika bentangan jar...