*#Nowplaying Westlife - Miss You 🎶*
--------------*****---------------
Kusetel jarum jam tangan menyentuh angka tujuh lewat sepuluh pagi, menyesuaikan udara bersuhu 11°C pada hari Senin pertamaku di sebuah negara yang merupakan salah satu pusat ekonomi keuangan dunia bernama Inggris. Seusai shalat subuh dan mandi, kuandalkan bahan-bahan yang kubelanjakan semalam sebelumnya di sebuah pasar super bersih nan murah, dekat dari tempat tinggalku kini. Berbekal resep sarapan sederhana ala britania raya dari Kak Audi, aku berusaha membuat dapur flat ini berfungsi lebih baik.
Tak kusangka, kisah dongeng Aria dan Si Kelinci Cerdik berlatar lokasi pedesaan eropa kesukaanku sejak kecil mampu mengantarku pada kenyataan 17 tahun kemudian. Sendiri, tanpa satu orang pun keluarga mendampingiku. Tidak menakutkan bagiku untuk pergi dan tinggal beberapa waktu sebagai turis asing solo karena mimpi terburuk dalam hidup telah berlalu.
Ya, Liana, bukalah halaman baru bukumu, tulislah semua keindahan bertatahkan perih sebagai pelajaran di masa depan.
Jangan tanya soal jetlag. Dibanding mengalaminya, aku justru bersorak kegirangan menginjakkan kaki setelah turun dari pesawat, mengesampingkan tatapan geli plus tawa para penumpang dan awak di sekitar. Bagaimana tidak? Inggris! Akhirnya! Aku bisa menghirup udara yang sama dengan Kak Daffin selama dua tahun disatukan oleh kinerja satelit komunikasi.
SIM Card Indonesiaku juga telah berganti kemarin pagi tepat saat pesawat mendarat mulus di Heathrow. Hal pertama yang kulakukan adalah mengucap syukur, menelepon Kak Audi lewat aplikasi memakai fasilitas wifi bandara, dan membeli tiket kereta menuju Warwick, kota di bagian selatan Coventry.
Di perjalanan, aku seolah menaiki Hogwarts Express. Duduk di dalam kompartemen, memakan butter croissant dan menikmati secangkir kertas vanilla latte panas, berkhayal ada Ron juga Hermione bersamaku.
Meski begitu, aku harus cukup merasa damai ditemani hamparan rumput hijau dan pemandangan menyegarkan selama hampir setengah jam.
Aku sengaja memilih tinggal di Warwick untuk sementara waktu, karena salah satu flat di daerah sana sudah disewakan Kak Audi. Ia berpikir bahwa Kak Daffin akan terus mengajar di kampus sebelumnya, di mana tempat tinggalku berjarak terjangkau dengan Coventry University. Walau pun begitu, aku tidak menyesal jika nanti siang akan menjumpai si calon suami menggunakan kereta.
Satu hal penting wajib kuungkapkan di sini. Kak Daffin tidak tahu aku akan pergi menemuinya di London. Jadi kubiarkan saja ia kelabakan mencariku dua hari ini yang sulit dihubungi.
Maaf, Kak, saking aku tidak tahu lagi bagaimana cara mengekspresikan perasaanku, terpaksa detak jantungmu dikorbankan kalau nanti kita berjumpa.
Semoga semua bisa terlaksana sesuai rencana.
Ini baru hari kedua, tapi aku sudah merindukan nasi uduk, bihun goreng, orek tempe, dan kentang balado kampus.
Dasar lidah tanah air. Kuharap setangkup scone beroles selai stroberi, soft boiled egg, dan english breakfast tea kali ini tidak mengecewakan sebagai pihak substitusi pengganjal perutku.
Berusaha multitasking, kuajak teman-temanku bermedia sosial sambil mengunyah sekaligus mendengarkan lagu lewat airpods, sekedar memamerkan foto-foto terbaikku kemarin kala berjalan-jalan di sekitar flat. Beberapa di antara mereka pun terkejut atas kehadiranku di Inggris. Tak sedikit bertanya alasan utamaku bisa bertindak mandiri sejauh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARADANA ✔️
FanfictionIni adalah kisah Daffin dan Liana yang terpisahkan oleh hubungan jarak jauh antara Jakarta - London, dan berjuang ketika semua orang menolak untuk mendukung mereka agar bisa bersatu. Daffin yang dikenal sebagai dosen di salah satu universitas negeri...