*#NowPlaying Westlife - My Love 🎶*
-----------------*****------------------
Di luar auditorium, keramaian terasa bahagia tiada tara. Kini Liana Asmaradana telah bergelar S.Hum. setelah melalui drama perkuliahan selama 3.5 tahun dengan total IPK 3.84.
Sekarang aku mengerti alasan Kak Daffin dan Kak Audi ingin aku lulus cum laude, tentu agar kedua orang tuaku bangga meski tidak hadir di acara sakralku bernama wisuda.
Kulihat Intan dan Mark dikelilingi keluarga masing-masing, termasuk Kak Tarra dan Arin. Buket bunga dan hadiah di tangan dua orang itu terlihat penuh, dijaga hati-hati agar tidak jatuh dan hilang, berbeda denganku yang hanya membawa plakat lulusan terbaik, buket bunga mawar dari Kak Audi, serta rangkaian cokelat hasil kerajinan tangan Kak Hangga, Kak Deo, Kak Wendy, dan Kak Rose.
Kedua orang tua Intan dan Mark, berikut Tante Sunny, tampak berbincang hangat dengan Kak Audi. Sekilas kudengar bagaimana lega dan senangnya mereka karena dua anak itu membanggakan keluarga, disebabkan oleh eratnya pertemanan kami. Meski dipuji berkali-kali mengenai betapa positif aura yang kumiliki sehingga mampu mengajak dua sahabatku menyelesaikan pendidikan lebih cepat dengan nilai memuaskan, Kak Audi tetap menorehkan senyum rendah hati.
Kak Tarra sendiri memberiku kado kelulusan berupa jam tangan G-Shock putih idamanku selama berbulan-bulan. Saat itu aku hanya bisa mereguk liur menatap indahnya jam tangan itu ketika sedang berjalan-jalan bersama Intan dan Mark di Central Park, dua hari sehabis sidang skripsi. Gemas juga saat tahu Intan membocorkan inginku pada Kak Tarra. Tapi rasa terima kasihku tetap tersampaikan.
Pesan ucapan selamat dari Hendery dan teman-teman semasa SMA di Seoul menumbuhkan semangatku siang ini. Sambil menikmati nasi kotak di dalam mobil ditemani Kak Audi, kubalas pesan-pesan itu satu per satu.
Sampai ketika kerupuk udang di tanganku habis, ada sebuah free call yang sangat kunanti sejak didandani jam tiga subuh tadi.
"Angkat, Li. Kamu keluar dulu aja, Kakak nggak bakal nguping kok hehe.."
Oh, sepertinya Kak Daffin sengaja meminta izin Kak Audi lebih dulu untuk meneleponku.
"Halo, Assalamu'alaikum, sarjana humanioraku."
Aku mau meleleh mendengarnya wahai kanjeng gusti pangeran adipati aryo tercinta.
"Wa'alaikumsalam, bapak kepala jurusanku."
Aku bisa melihat Kak Audi bersiul menggoda ke arahku.
Ganggu orang pacaran aja si sexy free and single satu ini.
"Congratulations, love. I'm very proud of you here."
"Terima kasih, Kak. Probably I'm nothing without your pray and support."
"Udah selesai acaranya?"
"Lagi makan siang nih, paling lanjut foto bareng sebentar habis itu baru pulang."
"I really can't wait to marry you, Liana."
Terus Amanda Rawles harus jawab apa, kakanda? Sayang, aku bukan tipe wanita yang bisa langsung berterus terang, meski aku ingin sekali memeluk kencang dirinya dan berkata ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARADANA ✔️
FanfictionIni adalah kisah Daffin dan Liana yang terpisahkan oleh hubungan jarak jauh antara Jakarta - London, dan berjuang ketika semua orang menolak untuk mendukung mereka agar bisa bersatu. Daffin yang dikenal sebagai dosen di salah satu universitas negeri...