"Ini udah bener belum, Bunda?"
"Udah, sayang. Tinggal tambahin dua kalimat lagi di bawahnya."
Kutemani si gadis kecil mengerjakan PR di bagian outdoor sebuah kafe tak jauh dari kampus LSE berada, merasakan nikmat udara sore hari sambil menunggu kepulangan kepala keluarga sebentar lagi. Kubenahi surai panjang gadis itu, mengamati betapa mirip dirinya dengan sang ayah ketika sedang serius belajar.
"Ayah masih lama nggak sih?" Tanya si gadis manis bernama Filia itu padaku.
Dibuat dari gabungan nama Daffin dan Liana, lengkapnya adalah Filia Fiannisa Damarion.
"Kenapa? Kangen sama ayah?"
Filia mengangguk dibarengi seutas senyum kecil. Si manja ini benar-benar, sulit sekali jauh dari jangkauan Kak Daffin sejak ia sembuh dari demam dua hari yang lalu. Pergi ke sekolah minta diantar, makan malam selalu ingin dimasakkan, tidur pun hanya mau ditemani Kak Daffin. Sementara ibunda tercinta, alias aku, cukup kebagian jatah menjemput dari sekolah, membantu mengerjakan PR, dan menyisiri rambutnya sebelum tidur.
Kelahiran Filia kurang lebih delapan tahun lalu, tidak hanya membahagiakanku dan Kak Daffin, namun juga menggegap gempitakan kedua belah pihak keluarga.
Sampai kini, aku lebih dari bersyukur mampu mengurus suami dan anak dengan baik.
"Aku selesein dulu deh. Kalau ayah belum datang juga, kita pulang aja ya, Bun?"
Mana bisa kuturuti mau siswi kelas tiga SD ini? Bagaimana pun, Kak Daffin sudah berjanji akan mengajak kami bertiga makan bersama di kedai ramen Kak Yuta. Meski pun sang pemilik sedang di Brisbane, kalau kata Kak Tarra sih, asyik membudak cinta bersama Kak Arimbi.
Rajin sekali sih kamu, Nak. Keturunan siapa sih?
"Maaf terlambat," ucap seseorang tiba-tiba di sampingku, mengecup keningku dan Filia sambil tersenyum. Lalu duduk di hadapan kami berdua. "Jadi, bisa kita pergi sekarang?"
Kulirik Filia di sampingku, terlihat sekali mode ngambek diaktifkan anak itu.
"Hei, ditanya Ayah itu.." senggolku pelan, namun ia tetap tak menghiraukan.
"Putri Mahkota ada masalah? Apa karena Ayah masih harus ada bimbingan sama beberapa mahasiswa, jadi nggak tepat waktu untuk temuin Putri Mahkota di sini?"
Dasar, Kak Daffin, anak merajuk malah digoda.
Saling tukar pandang, aku kemudian menahan tangan Filia yang hendak menulis lagi. "Udah, kita pergi makan sekarang, yuk? Ayah kan udah dateng. Filia jadi mau shoyu ramen atau gyoza?"
"Nggak, Bun. Mau pulang aja." Kata anak itu datar.
Wah, ini sih nggak bisa dibiarkan. Kumasukkan alat tulis dan buku-buku di atas meja ke dalam ransel kecil ungu, mengangkat pelan dagu Filia agar mau membalas tatapan lembutku. Di seberang, Kak Daffin hanya tersenyum menghabiskan sisa ice café latte-ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARADANA ✔️
FanfictionIni adalah kisah Daffin dan Liana yang terpisahkan oleh hubungan jarak jauh antara Jakarta - London, dan berjuang ketika semua orang menolak untuk mendukung mereka agar bisa bersatu. Daffin yang dikenal sebagai dosen di salah satu universitas negeri...