#NowPlaying Bunga Citra Lestari - Saat Kau Pergi 🎶
"Nggak pergi ke mana-mana, Dek?" Kak Audi menyapaku yang sedang bermain ponsel di kursi makan. Dia baru saja pulang dari acara reuni SD di Central Park bersama Kak Tarra.
"Nggak, Kak. Lagi nggak enak badan." Kataku jujur memandangnya.
Sekotak martabak manis isi keju susu hadir di atas meja dari tangan Kak Audi, disusul keberadaan Kak Tarra yang duduk di sofa seberang sambil menorehkan senyum untukku. Entah, malas sekali aku menanggapi dua orang ini. Alhasil, tanpa mengucap sepatah kata pun dalam berbasa-basi, kutinggalkan mereka terbengong-bengong masuk kamar.
"Adek lo kenapa?"
"Paling lagi dateng bulan."
Kak Audi benar. Ini baru hari pertama tepat di jadwal off, sehingga tidak terlalu menyusahkanku di kafe. Tapi tetap saja, wanita mana yang tidak akan mengeluh dengan kodratnya ini? Perutku kram luar biasa, lelah bolak-balik kamar mandi, makan pun tak bernafsu. Akhirnya kuputuskan untuk merebahkan diri di atas ranjang lalu mematikan jaringan internet ponsel.
Kalau dipikir-pikir, sudah tiga hari ini Kak Daffin tidak mengabariku. Pesan tidak ada yang terbalas. Niatku untuk menghubunginya lebih dulu pun terpatahkan karena seringkali berada di waktu yang salah, entah ketika ada banyak orang di kafe atau diawasi Kak Audi tanpa kusadari. Apakah dia baik-baik saja? Kak Arimbi dan Kanira juga, mereka dalam keadaan yang sama baiknya, bukan?
Separuh isi kepalaku melayang ke London ketika ketukan di pintu kamarku terdengar.
"Masuk aja." Lirihku tak nyaman. Ya Allah, mau bangun rasanya perut seperti diremas-remas bagai spons cuci.
"Hari pertama, ya?"
Aku mengangguk menjawab kekhawatiran di wajah Kak Audi yang duduk di tepi ranjang.
Cowok itu menghela napas. "Udah makan malem? Itu Tarra bawain martabak manis kesukaanmu, aku sengaja minta buat lunasin PJ-nya sama Intan. Nanti tinggal kamu gantian palak si Intan aja."
Aduh, kakak satu ini.. bisa-bisanya tersenyum padahal aku tahu di lubuk hati terdalamnya sedang mengulum kecewa.
"Nggak laper, Kak. Buat kalian aja."
"Kakak udah ambil tadi. Kalau kamu mau, ambil di kulkas aja."
"Iya, makasih."
Kak Tarra tiba-tiba ikut masuk ke dalam kamar, tampak menenteng botol sirup berukuran sedang berisi air dan menyerahkannya pada Kak Audi. Kak Audi kemudian menarikku perlahan agar aku bangun dan duduk.
Rupaku sungguh luar biasa tak enak dilihat oleh dua manusia tampan berwujud kakak dan pacar sahabat ini. Rambut tergerai kusut, muka pucat belum mandi, baju piyama seadanya, serta senyum lemah tercetak jelas pada diriku, berhasil menyulut iba bagi mereka berdua.
"Kompres aja dulu perutnya," tangan Kak Audi cukup hati-hati menempelkan botol air panas itu ke bagian bawah perutku, kemudian kuambil alih.
"Mau makan sesuatu, nggak? Bubur atau sup krim, biar bisa minum obat pereda rasa sakit? Kemaren si Intan juga sama. Gue paksa aja dia makan, cuma dua sendok terus minum obat baru bisa tiduran." Kak Tarra antara memberi perhatian sekaligus curhat. Berkah benar hidup Intan sekarang bisa memiliki Kak Tarra.
Seandainya, hal yang sama berlaku juga padaku dan Kak Daffin sekarang..
"Sebenernya nggak baik juga sih, Tar, kalau keseringan minum obat buat haid. Seinget gue, Liana kalau lagi haid begini cuma butuh istirahat cukup. Cuma lagi-lagi orang kan beda-beda, ya.. mungkin si Intan ngerasa sakit banget sampe guling-guling jadi mau nggak mau harus minum obat."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARADANA ✔️
FanfictionIni adalah kisah Daffin dan Liana yang terpisahkan oleh hubungan jarak jauh antara Jakarta - London, dan berjuang ketika semua orang menolak untuk mendukung mereka agar bisa bersatu. Daffin yang dikenal sebagai dosen di salah satu universitas negeri...