18 - One Less Lonely Girl

1.4K 143 2
                                    

*(backsound) HiVi! - Remaja 🎶*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*(backsound) HiVi! - Remaja 🎶*


"Selama liburan, gue kerjanya cuma makan, tidur, jaga kasir, ngitung stok di display toko sama gudang, ngatur keluar masuk barang terutama beras sama gas, belom lagi nyokap gue dateng-dateng pulang dari kampus minta dibantuin masak makan malem. Kalo mau nonton drama di laptop kudu nunggu mereka tidur dulu."

"Gue sih bosen hunting foto di Jakarta. Rencananya sih beberapa minggu sebelum kita KRS-an, gue mau ke Semarang sama Salatiga. Banyak objek nuansa tempo dulu di sono."

"Ajak-ajak gue kali, Mark."

"Anak babe - emak cuma lo doang di rumah, Tan. Apa kata orang gue ngajak anak gadis keluar kota cuma berdua?"

"Iya sih bener juga.."

Kudengar celoteh dua orang sahabatku di sela sepasang jempolku membalas pesan singkat dari Kak Daffin di hari Sabtu sore menjelang maghrib ini. Karena jadwal liburan masing-masing, kami bertiga akhirnya bisa berkumpul di coffee shop favorit dekat kampus yang biasa kami jadikan markas untuk tempat mengerjakan tugas atau sekedar melepas penat seperti sekarang ini. Bukan maksudku bosan dengan Candramawa, aku hanya sedikit rindu pada ice cappuccino racikan barista favoritku sejak  semester satu itu.

Kak Daffin sendiri asyik bercerita, bahwa ia terpaksa masuk kampus hari ini untuk membimbing mahasiswa yang butuh pengarahan sebelum ujian komprehensif di semester akhir. Ia juga mengikuti rapat dosen business school, membahas program pengajaran di tahun ajaran baru. Kebetulan, Kak Daffin didapuk sebagai ketua pembimbing Discovery Day untuk jurusan art and literature dan bisnis. Tak lupa ia memberitahuku bagaimana kesehatan Kanira hari ini, juga sloppy joe buatan Kak Arimbi sebagai sarapan kekasihku itu. Ya, setidaknya aku ikut senang bila orang-orang yang kukenal terurus dengan baik.

Lagi-lagi, perasaan bersalahku mendera kala menyadari bahwa aku baru saja menikmati mengobrol bersama suami orang diam-diam. Memang, aku tidak berpartisipasi cukup banyak untuk ikut serta dalam pembicaraan Intan dan Mark. Bagiku, mengungkap rindu pada Kak Daffin itu lebih menyenangkan.

Tapi sayangnya, senyum dan tawa kecilku berhasil membuat keduanya menengok ke arahku.

"Ehm," Intan menyedot sedikit choco hazelnut blended-nya, kemudian melirikku jahil. "Ada yang udah kelar galau ditinggal ke London nih."

"Di luar hujan deres noh. Emang paling enak denger lagu indie di kafe, ngopi, terus buka buku, nulis deh isi hati." Mark ikut menimpali.

"Apaan sih elu berdua?" Kutatap wajah-wajah penuh arti itu, tak lupa menyuap sepotong dark chocolate cake yang kuangguri selama lima belas menit di atas piring.

ASMARADANA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang